Mongabay.co.id

Mengenal Supervolcano di Dunia, dan yang Paling Berbahaya Saat Ini

 

Jika kita mendengar istilah “supervolcano”, maka bisa jadi yang terlintas pertama kali dalam benak kita adalah Gunung Toba dan letusan raksasanya di masa lalu yang mempengaruhi seluruh planet bumi. Namun, pernahkah kita membayangkan apa jadinya jika gunung-gunung api raksasa di dunia, termasuk Toba, meletus lagi?

Apa itu Sebenarnya Supervolcano?

Supervolcano, seperti yang kita kenal secara umum, adalah gunung api yng biasanya memiliki beberapa karakteristik umum, termasuk kawah besar mirip panci (disebut “caldera”) dan sumber magma yang besar. Secara umum, istilah ini biasanya digunakan untuk gunung berapi yang menghasilkan letusan yang sangat jarang terjadi dan sangat eksplosif, dengan nilai tinggi pada Indeks Eksplosivitas Vulkanik (VEI).

VEI sendiri diciptakan oleh sekelompok ahli vulkanologi pada tahun 1982, dan merupakan satu-satunya standar secara numerik untuk mendefinisikan seberapa “eksplosif” sebuah letusan dengan memperhitungkan beberapa kriteria, termasuk tinggi awan abu, jumlah material vulkanik yang terlempar, dan seberapa sering jenis letusan ini terjadi.

Meskipun perhitungan tersebut tidak sempurna, secara umum, dapat digambarkan bahwa VEI 0-1 adalah letusan yang terjadi terus-menerus sepanjang waktu  dan menghasilkan lava secara perlahan seiring waktu. Mereka hampir tidak pernah eksplosif. Di ujung skala yang lain,  VEI 7-8 adalah letusan yang menghasilkan jumlah material vulkanik yang sangat besar, mampu menutup seluruh kota, maupun kawasan yang luas, dengan cepat. Umumnya meletus sekali setiap 1.000 hingga 50.000 tahun.

Dalam 36 juta tahun terakhir, telah terjadi 42 letusan VEI 8. Dari jumlah tersebut, beberapa dianggap sebagai super-erupsi yang dihasilkan oleh supervolcano, sementara letusan panjang, pelepasan lava dalam waktu lama tampaknya tidak memenuhi kriteria tersebut menurut sebagian besar ahli vulkanologi.

Supervolcano sendiri adalah istilah yang sebagian besar dipopulerkan oleh media dan organisasi seperti United States Geological Survey (USGS) di awal abad 20.

Dengan berbagai pertimbangan, inilah beberapa supervolcano di dunia yang mungkin dalam kondisi tidur (tidak punah), yang mampu menghasilkan letusan yang sangat kuat :

1 – Yellowstone Caldera, Wyoming (AS)

2 – Danau Toba, Indonesia

3 – Taupo, Selandia Baru

4 – Campi Flegrei, Italia

5 – Long Valley Caldera, California (AS)

6 – Valles Caldera, New Mexico (AS)

7 – Kaldera Aira, Jepang

Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana mengetahui supervolcano mana yang berpotensi menghancurkan dunia – atau mendekatinya.

Untuk melakukannya, kita perlu melihat sejarah letusan gunung berapi ini. Di peringkat 1 ada Yellowstone. Kaldera Yellowstone ini memiliki diameter 72 kilometer – sangat besar sehingga kita hanya bisa melihatnya dari luar angkasa.

baca : Terkuak, Misteri Pemicu Letusan Dahsyat Supervolcano Toba

 

Kaldera Yellowstone yang sangat besar dengan diameter 72 kilometer. Sumber : flickr

 

Tiga letusan di Yellowstone – 2,1 juta tahun yang lalu, 1,3 juta tahun yang lalu, dan 640.000 tahun yang lalu – membentuk kaldera yang berbeda-beda, dan yang terakhir inilah yang dinamakan Kaldera Yellowstone. Yang paling kuat dari ketiganya adalah yang pertama, dengan VEI 8, yang menghasilkan 2.500x volume material vulkanik letusan Gunung St. Helens pada 1980.

Letusan yang paling lemah, masih dengan VEI 6-7, adalah yang kedua, sedangkan letusan yang terakhir menjadi yang kedua terkuat, juga VEI 8.

Dari data-data di atas, kalau kita perhatikan Yellowstone meletus sekali setiap 660.000-800.000 tahun, yang menunjukkan bahwa letusan berikutnya akan terjadi sekitar 50.000 tahun lagi. Beberapa ilmuwan, bagaimanapun, berpikir bahwa Yellowstone mungkin sudah lewat waktu untuk letusan lain sekitar 20.000 tahun yang lalu, tetapi tidak ada data yang cukup untuk memastikannya.

Saat ini, sumber magma di bawah Yellowstone sungguh luar biasa besar. Selama bertahun-tahun, para geofisikawan mengira hanya ada satu cadangan magma dangkal yang cukup besar di bawah Taman Nasional tersebut – tetapi sebenarnya ada lagi yang lebih dalam yang ditemukan pada tahun 2015. Secara keseluruhan, ada cukup batuan leleh di sana untuk mengisi hingga cekungan 14x Grand Canyon hingga penuh.

Ketika meletus, hampir seluruh kamar magma akan tumpah ke permukaan dalam sebuah peristiwa dekompresi yang sangat eksplosif. Aliran piroklastik akan menghapus hampir segala sesuatu di Taman Nasional, tetapi bahaya nyata bagi negara – dan dunia – adalah hujan abu.

Berdasarkan letusan kuno, ribuan kilometer kubik abu akan menutupi sekitar 60-70 persen wilayah Amerika Serikat (kira-kira ukurannya sedikit lebih besar dari Indonesia) dalam satu atau dua hari, dengan sebagian besar wilayah ini akhirnya terendam dalam lapisan abu setebal 1 meter. Bencana ini akan menghentikan aktifitas pertanian, menyebabkan jutaan bangunan runtuh karena bobotnya, dan menyebabkan jutaan orang menderita masalah pernapasan, dan kemungkinan mengakibatkan banyak korban jiwa.

Ada juga kemungkinan besar bahwa di beberapa wilayah di dunia tidak akan mengalami musim panas selama beberapa tahun (bahkan beberapa dekade) karena partikel sulfur yang dikeluarkan selama letusan akan menghalangi sinar matahari menembus permukaan bumi.

baca : Paparan Ultraviolet ke Bumi Meningkat, Akibat Letusan Supervolcano Toba

 

Peta Napoli yang berdiri di lereng gunung berapi Vesuvius, yang letusannya paling terkenal dalam sejarah, yaitu Pompeii dan Herculaneum. Sumber : volcano foundation

Namun, seperti yang dicatat USGS, 20 letusan terakhir telah berupa pelepasan lava, yang hanya akan mencapai batas Taman Nasional. Bahkan, probabilitas tahunan terjadinya letusan yang membentuk kaldera lain dapat diperkirakan sebagai satu dari 730.000 atau 0,00014 persen. Itu sangat rendah.

Super-erupsi kemungkinan besar akan terjadi puluhan ribu tahun lagi, dan bahkan aliran lava tidak akan terjadi selama beberapa abad. Tidak ada tanda-tanda bahwa ruang magma tersebut tertekan saat ini – masih perlahan terus terisi, dan menunggu waktunya.

Lalu bagaimana dengan yang lainnya?

Salah satu yang sering kita baca adalah supervolcano Taupo di Selandia baru, yang kini berupa danau kawah yang indah.  Di masa lalu, gunung ini meletus hebat sekitar 1,25 hingga 1 juta tahun yang lalu. Begitu hebatnya letusan Taupo,  sebagian besar North Island di Selandia Baru sepenuhnya tertutup oleh abu panas.

baca juga : Letusan Gunung Berapi Purba Picu Kepunahan Massal di Bumi

 

Kaldera supervolcano Taupo di Selandia Baru. Sumber : IFLScience

 

Sekitar 26.500 tahun yang lalu, letusan VEI 8 yang disebut Oruanui menghasilkan aliran piroklastik yang sangat luas sehingga mereka mengubur North Island dengan abu setinggi hingga 200 meter. Hujan abu yang besar juga menyebar ke sebagian besar kawasan di Asia Pasifik.

Jika hal yang sama terjadi lagi di masa sekarang, letusan Taupo akan membunuh sebagian besar dari 3,6 juta orang yang tinggal di sana. Kemudian, letusan lain pada tahun 180, meskipun “hanya” letusan VEI 7, menghasilkan aliran piroklastik yang sama kerasnya yang menutupi area yang setara dengan 25 Kota New York. Letusan menghasilkan begitu banyak abu sehingga langit di atas Italia dan Tiongkok berubah merah.

Tidak ada pola sederhana dari letusan ini yang dapat memberikan petunjuk kepada vulkanolog mengenai kapan letusan (atau bahkan letusan raksasa/super-eruption) akan terjadi lagi.

Gunung Toba di Sumatra Utara meletus pertama sekitar 1,5 juta tahun yang lalu, tetapi itu bukan letusan yang cukup dahsyat.

Sekitar 73.000 tahun yang lalu, letusan raksasa menghasilkan kaldera sepanjang 100 kilometer. Letusan ini menghasilkan begitu banyak material vulkanik sehingga dunia diyakini  tenggelam dalam musim dingin vulkanik selama enam tahun.

Dalam beberapa hari, kawasan Asia Selatan tertutup oleh lapisan abu setebal 15 sentimeter, dengan daerah yang lebih dekat tertutup abu dan deposit aliran piroklastik yang berat ratusan meter. Ini bukan hanya peristiwa VEI 8, namun juga letusan gunung berapi terbesar dalam 2,5 juta tahun terakhir, dan untuk beberapa waktu dianggap hampir membawa umat manusia ke ambang kepunahan.

Hal yang mengkhawatirkan, ada sumber magma di bawah Toba saat ini yang sama besarnya dengan yang di bawah Yellowstone, dan jelas dinamis – pusat Danau Toba sedang naik ke atas, menunjukkan bahwa magma di bawahnya sedang berkembang ke luar.

Lalu supervolcano apa yang, jika meletus lagi, akan menelan banyak korban jiwa secara langsung?

Dilansir dari IFLScience, Campi Flegrei, di bawah Teluk Napoli ada di kategori ini. Gunung ini masih sangat muda, kalderanya ‘baru’ terbentuk sekitar 40.000 tahun yang lalu saat terjadi ledakan VEI 6-7. Menurut definisi USGS, gunung ini tidak masuk dalam daftar supervolcano. Saat ini, magma di bawah gunung ini tampaknya sebagian besar keluar dari Vesuvius, yang meletus beberapa kali sejak tahun 1631.

baca juga : Hidup Mati Gunung Api di Jawa Barat yang Sewaktu-Waktu Bisa Meletus

 

Kaldera supervolcano Campi Flegrei di Italia. Foto : vesuviolive.it

 

Namun, lokasi gunung inilah yang begitu membahayakan.

Pertama, satu juta orang tinggal begitu dekat dengan kawahnya, jadi letusan super apa pun akan langsung membunuh mereka. Wilayah sekitarnya juga padat penduduk, sehingga letusan besar apapun akan dengan cepat mengubur sebagian wilayah Italia, sementara awan abu kemungkinan besar akan menutupi sebagian besar wilayah Eropa.

Kedua, seluruh kaldera terus membengkak dan mengempis, dan para ilmuwan tidak bisa memastikan mengapa. Saat ini, tanah naik ke atas dengan kecepatan yang nyata, tetapi antara tahun 1982 dan 1984, tingkat kenaikannya 24 kali lipat dari saat ini. Saat itu, para ahli vulkanologi mengira bahwa itu adalah magma yang mendorong atap ruangan, tetapi kemungkinan besar ini adalah gas yang mengembang.

Namun, sekali lagi memprediksi kapan dunia akan mengalami letusan super (super-eruption) lagi hampir tidak mungkin dilakukan karena jarak waktu letusan yang begitu lama . Bahkan gunung yang memiliki pola letusan tertentu pun, mungkin tidak akan sesuai polanya lagi di masa depan.

Ilustrasi letusan supervolcano. Sumber : pixabay

 

Sumber:  iflscience.comnewsweek.com dan teara.govt.nz

 

Exit mobile version