Mongabay.co.id

Sekolah di Kepulauan Aru Ini Ajak Siswa Peduli Lingkungan, Seperti Apa?

 

 

 

 

 

Anak-anak  SMP Negeri Gwamar di Desa Durjela, Dobo, Kepulauan Aru, Maluku ini mendapatkan pelajaran lingkungan hidup agar terbangun kepedulian sejak dini. Pendidikan kecintaan lingkungan ini antara lain lewat aksi penanaman anakan wakat-wakat (mangrove) di pesisir desa. Belum lama ini aksi menanam mereka usung lewat tema “Gwamar Kalesang Kampung.”  Dalam aksi ini, para pelajar, pihak sekolah dan berbagai kalangan lain ikut andil menanam di area hutan mangrove yang rusak.

Soji Stevano Ganobal, siswa SMP Negeri Gwamar Dobo, mengatakan, penanaman mangrove untuk mengajak dan mengedukasi peserta didik maupun masyarakat untuk peduli lingkungan.  Harapannya, kalau mangrove terjaga, bisa mengurangi abrasi.

“Kedepan perlu juga teman-teman sekolah lain hingga sama-sama tergerak mencintai lingkungan,”  kata Ketua Osis SMP Negeri Gwamar Dobo ini.

Atua mengatakan, tak hanya penanaman pohon, saat ini sekolah juga merancang beberapa kegiatan lain. “Kita sementara siapkan tim untuk menjaga supaya jangan apa yang katong tanam ini bisa rusak dan hancur karena ombak atau perbuatan manusia yang tidak bertanggung jawab.”

Selain penghijauan, sekolah juga mengenalkan pola hidup bersih dengan menjaga lingkungan. Misal, minim pakai plastik sekali pakai dan berupaya memanfaatkan dan tak buang sampah sembarangan.

“Ini kita baru selesai, pada pekan lalu kampanyekan tentang sampah-sampah di sekolah maupun kepada masyarakat umum, sekaligus pemanfaatan sampah plastik,” katanya.

“Kegiatan ini merupakan penguatan profil pelajar Pancasila, akhlak kepada alam,” kata Nicolas Atua, Kepala SMPN Gwamar Dobo.

Dia  mengatakan, SMPN Gwamar salah satu yang ditetapkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) sebagai sekolah pengerak dalam kurikulum merdeka belajar di Kepulauan Aru.

Ide ini lahir atas kerjasama luar biasa dari pihak sekolah dengan komite sekolah untuk bersama menjawab isu perubahan iklim.

 

Pelajar bersama guru SMP Negri Gwamar melakukan penanaman anakan wakat-wakat (mangrove) di pesisir Desa Durjela, Dobo, Kabupaten Kepulauan Aru. Foto: Mika Ganobal

 

Dia bilang, ada tiga hal penting dalam berkaitan dengan krisis iklim kalau dihubungkan dengan profil pelajar Pancasila. “Generasi muda harus diajarkan, dididik dan ditunjukkan tentang pentingnya perilaku beriman dan berakhlak mulia terhadap alam sebagai karya yang wajib dijaga, dilindungi dan dipulihkan,” katanya.

Kegiatan ini, melatih generasi muda bernalar kritis dan bergotong royong.  Tanggung jawab pemulihan bumi, katanya, tak bisa dikerjakan sendiri tetapi harus kolektif.

SMPN Gwamar didirikan 7 Agustus 2017 dengan sebagian besar siswa dari anak-anak kampung pesisir.

Nikolas mengatakan,  kegiatan itu akan jadi agenda rutin sekolah setiap tahun. Selain peserta didik, masyarakat umum, katanya, juga pemerintah daerah terlibat dalam kampanye memerangi sampah plastik ini.

“Ini merupakan tanggungjawab bersama.”

Mika Ganobal, pejuang lingkungan, Ketua Komite SMPN Gwamar Dobo  mengatakan,  kegiatan ini, kata Ganobal, muncul karena kegelisahan bersama melihat kondisi lingkungan. Belum lagi, katanya, dampak perubahan iklim, benar-benar dirasakan masyarakat di Kepulauan Aru, seperti kenaikan air laut, dan abrasi pantai.

Gutandjala, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kepulauan Aru mengatakan, kalesang kampung melalui tanam pohon sebagai bentuk kepedulian para pelajar dalam menjaga lingkungan.

Dia berharap, penanaman mangrove oleh siswa-siswi SMP Gwamar ini bisa memotivasi warga Dobo selalu menjaga dan merawat lingkungan sekitar.

Anggi Prayoga, Pengkampanya Hutan Forest Watch Indonesia (FWI) mengatakan, SMP Negeri Gwamar bisa menjadi terdepan di Kepulauan Aru. Bukan hanya dari sisi prestasi akademik juga non akademik, terutama yang berkaitan dengan isu-isu lingkungan.

SMP Negeri Gwamar, katanya,  menjadi garda terdepan mencetak siswa-siswi cinta alam, hutan, dan peduli lingkungan hidup.

 

SMP di Kepulauan Aru, saat persiapan kegitan bersih-bersih sampah. Foto: Mika Ganobal

 

Sebagai sekolah di pulau kecil, kata Anggi, sudah sejatinya mengenalkan permasalahan lingkungan sekaligus potensi daerah sejak dini.

“Kepedulian ditanamkan mulai dari hal-hal kecil untuk menjawab tantangan global.”

SMPN Gwamar, kata Anggi, juga harus bisa menjadi motor penggerak kepedulian lingkungan bagi semua generasi muda di Kepulauan Aru.

“Seperti mengadakan Youthcamp atau kelas hutan di alam bebas agar siswa siswi bisa langsung mempraktikkan pelajaran di sekolah, tidak sekadar teori yang cenderung membosankan bagi mereka,” katanya.

Mercy Chriesty Barends, Anggota Komisi VII DPR hadir pada penanaman mangrove, mengapresiasi Gwamar Kalesang Kampung ini.

Menurut dia, ada tiga hal penting dari Gwamar Kalesang Kampung ini. Pertama,  pemaknaan spiritual sebagai wujud tanggung jawab iman sesuai agama masing masing. Kedua, sosiologis. Ia jadi gerakan bersama, dan pola hidup bersama. Ketiga,  mengadopsi kemajuan IPTEK, kekinian, teknologi baru.

Agustinus Kastanya,  Guru Besar Manajemen/Perencanaan Hutan, Universitas Pattimura mengatakan, sebagai sekolah penggerak, telah menunjukkan keberhasilan beraksi dan berkolaborasi. Keberhasilan ini dilihat dari gagasan besar acara dengan tiga rangkaian penting, pertama, penanaman mangrove di pesisir pantai.

Kedua, kampanye bahaya narkoba dan ketiga, panel mengatasi dampak perubahan iklim  bagi kehidupan manusia, makluk hidup dan keutuhan pulau-pulau kecil yang terancam.

Sekolah, katanya,  berhasil membangun jaringan besar bersama Save Aru, Forest Watch Indonesia dan lain-lain dalam mendukung agenda ini.

Dengan penanaman mangrove di pesisir pantai, katanya,  jadi upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim dengan menggerakkan siswa,  warga dan tokoh masyarakat.

“Memberikan pelajaran berharga dalam membangun kesadaran Generasi Z dan masyarakat untuk menjaga dan mengkonservasi mangrove serta vegetasi pantai. Juga mengkonservasi wilayah pesisir dari ancaman kenaikan muka laut, abarasi, banjir rob, ancaman badai tropis akibat kenaikan suhu bumi dan perubahan iklim.”

 

Kampanye para siswa dan guru serta wali siswa di Kepulauan Aru menyuarakan soal sampah. Foto: Mika Ganobal

 

******

Exit mobile version