Mongabay.co.id

Studi: Tumbuhan dan Jamur di Dunia Terancam Kepunahan, Sebelum Kita Tahu Manfaatnya

 

 

Sebuah laporan baru dari Royal Botanic Gardens, Kew (RBG Kew) memperingatkan bahwa sejumlah besar spesies tumbuhan dan jamur di bumi terancam punah, dan masih banyak darinya yang mungkin telah punah sebelum sempat dicatat oleh sains.

Laporan tentang “Kondisi Tumbuhan dan Jamur Dunia” dilakukan oleh 200 ilmuwan dari 30 negara. Inti laporan ini adalah Daftar Periksa Tanaman Vaskular Dunia (World Checklist of Vascular Plants) yang dipimpin oleh Rafaël Govaerts, seorang saintis senior dari Kew.

Daftar yang dibuat selama 35 tahun ini, mewakili katalog lengkap pertama dari 350.386 spesies tumbuhan yang diketahui dan wilayah sebaran globalnya. Saintis menyebut daftar ini sebagai “langkah penting pertama untuk mendokumentasikan kehidupan di muka Bumi.”

Lewat model prediktif, para ilmuwan memperkirakan risiko kepunahan hampir 400.000 tanaman berbunga yang terdokumentasi untuk pertama kalinya. Mereka memperkirakan bahwa 45 persen tumbuhan berpotensi terancam punah.  Adapun pulau-pulau seperti Hawaii, Madagaskar, Kaledonia Baru, Kalimantan (Borneo), dan kepulauan Filipina diprediksi menjadi titik-titik rawan kepunahan.

Meski para ilmuwan berhasil mendeskripsikan 100.000 spesies tumbuhan dan jamur sejak awal tahun 2020, mereka memperkirakan itu baru sekitar kurang dari 15 persen flora dunia yang telah teridentifikasikan.

Para peneliti pun mengakui jika riset yang dilakukan hingga saat ini masih terlalu lambat untuk dapat mendokumentasikan semua spesies, sebelum mereka dinyatakan punah.

Studi permodelan baru dalam laporan itu, menyebut jika dari sekitar 300.000 tumbuhan yang masih belum ditemukan, 77 persen diantaranya mungkin telah punah sebelum dapat ditemukan.

Laporan tersebut mengidentifikasi 32 titik kurang data dimana tumbuhan endemik kurang terdokumentasikan dengan baik. Diantaranya: Kolombia, Pulau Papua, dan Tiongkok Tengah-Selatan. Adapun Pulau Papua (Indonesia dan Papua Niugini) adalah area tropis yang belum terklasifikasikan sebagai satu dari pusat keanekaragaman hayati global.

 

Abutilon pitcairnense terakhir yang diketahui mati akibat tanah longsor di Pulau Pitcairn di selatan Samudera Pasifik. Tumbuhan ini sekarang dianggap punah. Foto: Marcella Corcoran.

 

Spesies Jamur yang Terancam

“Kita bisa kehilangan separuh [potensi] sumber obat-obatan di masa depan,” sebut Matilda Brown, penulis utama studi dan analis ilmu konservasi RBG Kew kepada Mongabay tentang konsekuensi dari lenyapnya tumbuhan dan jamur dari muka bumi.

“Masyarakat tidak menganggap serius isu kepunahan. Jika mereka telah punah, kita benar-benar tidak tahu apapun [tentang mereka].”

Laporan tersebut juga memperkirakan terdapat 2 hingga 3 juta spesies jamur di dunia. Lebih dari 90 persen diantaranya belum dideskripsikan oleh para saintis. Dengan tingkat kelajuan riset saat ini, itu berarti bisa memakan waktu hingga berabad-abad.

Kurang dari 0,4 persen jamur yang teridentifikasi telah dinyatakan punah saat ini. Sedangkan separuh dari yang telah dianalisis dinyatakan dalam kondisi terancam. Ribuan lainnya mungkin hilang sebelum sains sempat mencatatnya.

Khusus berbagai spesies jamur, para ilmuwan di Kew merekomendasikan penetapan status terancam pada spesies baru, mengintegrasikan upaya konservasi jamur, pemanfaatan teknologi baru, dan meningkatkan persebaran pembagian data lewat akses terbuka (saat ini baru sekitar 23 persen literatur taksonomi terbaru yang merupakan akses terbuka), serta menargetkan penelitian dan konservasi di titik-titik kurang data seperti Pulau Papua.

 

Jamur yang tumbuh di dataran Yunnan, China. Foto: Rhett A. Butler.

 

Target Konservasi Global

Menurut Platform Intergovernmental Science-Policy Platform on Biodiversity and Ecosystem Services (IPBES), lebih dari satu juta spesies tumbuhan dan hewan saat ini terancam punah.

Para ilmuwan berpendapat kita telah melampaui batas daya dukung keanekaragaman hayati, bagi kehidupan di Bumi.

“Melestarikan beragam komunitas spesies membuat kita dapat lebih melestarikan berbagai genetik, bentuk (forma) dan fungsi yang membentuk ekosistem yang sehat yang memiliki potensi tinggi untuk dimanfaatkan oleh manusia,” jelas laporan tersebut.

Memahami prioritas upaya perlindungan dan konservasi juga menjadi penting seiring upaya untuk memenuhi tujuan kerangka keanekaragaman hayati global PBB dan komitmen “30 by 30” yang bermaksud untuk melindungi 30 persen planet bumi pada tahun 2030.

 

 

Tulisan asli: Gone before we know them? Kew’s ‘State of the World’s Plants and Fungi’ report warns of extinctions. Artikel ini diterjemahkan oleh Akita Verselita.

 

CATATAN: “State of the World’s Plants and Fungi 2023″ diterbitkan bersama dengan kumpulan laporan penelitian yang diterbitkan oleh New Phytologist and Plants, People, Planet. Laporan ini diluncurkan bersamaan dengan simposium internasional di RBG Kew pada 11-13 Oktober 2023.

 

Referensi:

Antonelli, A., Fry, C., Smith, R.J., Ede*, J., Govaerts, … Zuntini, A.R. (2023). State of the World’s Plants and Fungi 2023. Royal Botanic Gardens, Kew. DOI: doi: 10.34885/wnwn-6s63

Brown, M.J.M., et al. (2023a). Three in four undescribed plant species are threatened with extinction. New Phytologist. DOI: 10.1111/nph.19214

Ondo, I., Dhanjal-Adams, K., Pironon, S., Silvestro, D., Deklerck, V., Grace, O., … & Antonelli, A. (2023). Plant diversity darkspots for global collection priorities. bioRxiv, 2023-09. doi: 10.1101/2023.09.12.557387

 

Gambar spanduk: Jamur muncul melalui kayu mati yang ditutupi lumut. Gambar oleh adege melalui Pixabay

 

 

Exit mobile version