Mongabay.co.id

Melihat Peran Swasta dalam Pendanaan Program Adaptasi

Saat ini terdapat banyak program adaptasi perubahan iklim, baik yang dilakukan pemerintah maupun pihak non pemerintah yang dilakukan di Indonesia.

Walau secara umum skala kegiatan, baik luas wilayah maupun pilihan intervensinya relatif tidak besar, namun tetap memberikan pembelajaran yang baik dan itu akan menjadi lebih maksimal apabila dikelola secara efisien dan efektif.

Merancang, melaksanakan dan mengevaluasi kebijakan atau program adaptasi perubahan iklim membutuhkan kemampuan untuk mengidentifikasi bagaimana ekosistem dan masyarakat yang rentan terhadap variabilitas iklim dan perubahan iklim serta faktor eksternal-internal yang mempengaruhinya.

Kondisi lingkungan akan mempengaruhi fungsi jasa ekosistem dan berpengaruh terhadap tinggi atau rendahnya kerentanan masyarakat, dimana kebijakan adaptasi harus bertujuan untuk mengurangi kerentanan dari sistem ekologi dan sosial secara bersamaan.

Pada skala lokal dan nasional, penerapan alat dan metode suatu program adaptasi perubahan iklim, memungkinkan interaksi dengan para pemangku kepentingan, isu utama dalam menilai kerentanan dan perencanaan adaptasi. Hal ini juga dapat melibatkan stakeholder lokal pengetahuan yang dari konteks lokal membuat mereka ‘paham’ untuk penilaian kerentanan lokal.

baca : Kekeringan dan Bencana Iklim: Menakar Aksi Adaptasi dan Ketahanan Iklim di Indonesia

 

Masjid Wal Adhuna yang terendam air laut di Muara Baru, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Perlunya adaptasi dari dampak perubahan iklim yang melanda di kawasan pesisir seperti di Jakarta Utara ini.  Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Siklus aksi pada adaptasi perubahan iklim, baik pada level sektor/bidang maupun wilayah,  dimulai dari 1.) identifikasi dan kajian kerentanan dan pilihan adaptasi, 2.) mengintegrasikan ke dalam perencanaan pembangunan (termasuk didalamnya cost and benefit analysis) mencakup penyiapan instrument teknis/operasional, 3.) implementasi proyek dan kegiatan adaptasi yang mencakup kegiatan struktural dan non struktual, 4.) monitoring dan evaluasi yaitu menilai sejauh mana efektifitas dari adaptasi yang telah dilakukannya.

Proses adaptasi adalah proses yang literasi yang tak pernah berakhir, sehingga hasil monitoring dan evaluasi kembali menjadi dasar pemikiran dalam menilai kerentanan (karena pada dasarnya juga terjadi perubahan kondisi dan risiko), yang dilanjutkan dengan kegiatan perencanaan dan seterusnya.

Sebuah proses perencanaan adaptasi perubahan iklim yang sukses harus mampu dirancang untuk para pemangku-kepentingan terlibat dan tujuan bersama dirancang atas dasar kesepakatan para pemangku-kepentingan.

Aksi/tindakan adaptasi perubahan iklim tidak pernah lengkap karena kondisi dan risiko yang selalu berubah. Akibatnya, proses perencanaan adaptasi yang berulang, sehingga masalah, pengambilan keputusan kriteria, kerentanan dan penilaian risiko, dan pilihan untuk disempurnakan.

Setiap fase mungkin terdiri dari beberapa langkah berjenjang, yang memungkinkan pengambil keputusan dan pemangku kepentingan lainnya untuk menyaring, mengevaluasi dan memprioritaskan kerentanan, risiko dan langkah selanjutnya, dan belajar dari satu sama lain sebelum pindah ke penilaian yang lebih rinci dan opsi penilaian.

baca juga : Menguatkan Kembali Strategi Adaptasi Perubahan Iklim

 

Seorang warga menerjang banjir yang terjadi di Batam beberapa waktu lalu. Banjir bisa terjadi sebagai akibat bencana hidrometrologi karena terpengaruh dampak perubahan iklim. Foto : Yogi Eka Sahputra/Mongabay Indonesia

 

Pilihan adaptasi perubahan iklim menjadi kebutuhan untuk mengisi kesenjangan dalam mengidentifikasi strategi yang diperlukan untuk menghindari terjadinya mal adaptasi atau tindakan dan pilihan yang salah yang berpotensi menyebabkan kerusakan atau dampak lebih besar.

Sebaliknya penilaian pilihan adaptasi ini akan menjawab secara spesifik kebutuhan adaptasi yang harus dilakukan. Pilihan adaptasi patut pula mempertimbangkan aspek pendanaannya. Selain menyampaikan kebutuhan tehnikal dan metodologi adaptasi, struktur mekanisme pendanaan yang paling riil dilakukan menjadi penting untuk ditawarkan oleh institusi keuangan publik maupun swasta.

 

Peran Swasta

Dalam beberapa waktu terakhir, terjadi pergeseran yang mencolok dalam fokus sektor swasta terhadap prinsip-prinsip lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG), dengan tujuan mengintegrasikannya ke dalam rantai pasokan mereka. Transformasi ini memerlukan komitmen jangka panjang dari perusahaan untuk melibatkan pemangku kepentingan dan mengembangkan keberlanjutan dalam operasi mereka. Menanamkan ESG dalam rantai pasokan bukan hanya tren jangka pendek, melainkan pendekatan strategis untuk membangun ketangguhan dan memastikan keberlanjutan lingkungan dan sosial untuk tahun-tahun yang akan datang.

Peran sentral sektor swasta dalam adaptasi perubahan iklim melampaui dukungan keuangan. Bisnis swasta memiliki kapasitas untuk berinvestasi dan mengimplementasikan teknologi dan infrastruktur yang tahan terhadap perubahan iklim, termasuk proyek energi terbarukan, praktik pertanian berkelanjutan, dan inisiatif pengurangan risiko bencana.

Kolaborasi dengan komunitas lokal dan pemerintah memungkinkan mereka untuk memimpin proyek adaptasi yang sekaligus memperkuat ketahanan lingkungan dan sosial. Keterlibatan sektor swasta ini dapat menghasilkan manfaat ekonomi yang signifikan sambil berkontribusi secara besar-besaran pada upaya ketangguhan iklim.

baca juga : Kota Terapung dan Upaya Adaptasi Perubahan Iklim

 

Warga kabupaten Lamongan, Jawa Timur, melintas di deretan pohon yang meranggas karena musim kemarau. Musim kemarau yang panjang bisa terjadi sebagai akibat bencana hidrometrologi karena terpengaruh dampak perubahan iklim. Foto: Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Untuk memperkuat adaptasi perubahan iklim, sektor swasta, termasuk institusi keuangan baik publik maupun swasta harus membentuk mekanisme pembiayaan khusus. Mekanisme ini dapat mencakup pembentukan dana khusus seperti CSR atau grant untuk ketangguhan iklim, penyediaan pinjaman bunga rendah untuk proyek adaptasi, dan perumusan perjanjian berbagi risiko untuk mendorong investasi di wilayah yang rentan terhadap perubahan iklim.

Kerjasama erat antara institusi keuangan, pemerintah, dan organisasi internasional sangat penting untuk mengalokasikan sumber daya secara efisien ke dalam inisiatif adaptasi, sehingga pembiayaan iklim tersedia dengan mudah untuk komunitas yang paling rentan.

Selain itu, institusi-institusi ini harus memberikan prioritas pada transparansi dan akuntabilitas dalam alokasi pembiayaan iklim, memastikan bahwa upaya adaptasi mencapai dampak maksimum. Melalui kontribusi dan dukungan mereka terhadap proyek-proyek yang tahan terhadap perubahan iklim, sektor swasta dan institusi keuangan secara bersama-sama memainkan peran sentral dalam mengatasi tantangan-tantangan multiaspek yang ditimbulkan oleh perubahan iklim. (***)

 

*Ari Mochamad, Program Director Climate Change and Circular Economy – Save the Children, Indonesia.

**Billy Verian Salim, Digital and Lead Fundraising Manager – Save the Children, Indonesia.

 

Exit mobile version