Mongabay.co.id

Platform Aplikasi ini Ditawarkan untuk Membuktikan Klaim Ramah Lingkungan Pelanggannya

 

Sebuah platform aplikasi teknologi baru yang diberi nama NatureHelm, digadang-gadang akan memungkinkan pemilik lahan maupun perusahaan untuk memantau kekayaan ekosistem yang ada di wilayah konsesi atau properti mereka. Mereka dapat menyajikan data yang ada secara interaktif secara dinamis, berbagai perubahan faktor yang ada, dari waktu ke waktu.

Hal ini disebut akan memudahkan perhitungan kekayaan keanekaragaman hayati yang ada, seiring dengan semakin banyaknya aturan pemerintah di seluruh dunia yang mengharuskan perusahaan untuk memasukkan perhitungan keanekaragaman hayati dalam portofolio mereka.

“Ini sangat revolusioner. Saya biasa mengamati burung untuk pekerjaan saya, dan tiba-tiba, saya merasa dapat membantu menciptakan perubahan positif dalam skala global,” sebut Debbie Saunders, ahli ekologi konservasi dan sekaligus pendiri NatureHelm. NatureHelm sendiri direncanakan akan diluncurkan di bulan ini.

“Kami tidak berpikir untuk menjadi basis data seluruh data keanekaragaman hayati; sudah ada organisasi besar yang membangun database yang telah dapat diakses oleh banyak orang, namun itu masih sebatas data,” lanjutnya.

Penghitungan keanekaragaman hayati telah masuk dalam Kerangka Kerja Keanekaragaman Hayati Global Kunming-Montreal, yang diadaptasi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa pada bulan Desember 2022. Ini mencakup bagian yang disebut sebagai target ’30×30′, sebuah target global yang bertujuan untuk melindungi 30 persen daratan dan wilayah pesisir dan laut, dan 30 persen ekosistem terdegradasi pada tahun 2030.

 

Antarmuka untuk platform baru NatureHelm yang memungkinkan perusahaan, pengelola dan pemilik dapat melacak penanda keanekaragaman hayati yang penting. Dok: NatureTech.

 

Ide Saunders untuk NatureHelm datang setelah dia selama satu dekade bekerjasama dengan perusahaan Wildlife Drones yang fokusnya menjual piranti nir-awak (drone) yang mampu melacak penanda frekuensi radio satwa liar.

Saat bekerja dengan para ahli biologi dan organisasi konservasi, Saunders melihat betapa banyak data yang dapat dikumpulkan oleh teknologi baru seperti gambar dari kamera jebakan, jalur pelacakan hewan, pengukuran tutupan pohon melalui satelit, hingga survei bioakustik.

Namun informasi ini jarang digunakan untuk mengukur kesehatan manusia dan keseluruhan ekosistem.

Ketika Uni Eropa mengadopsi Kerangka Kunming-Montreal, dia melihat peluang untuk memanfaatkan semua data tersebut dengan lebih baik. Dalam konteks rantai produksi, sebelumnya Uni Eropa telah secara resmi mengadopsi peraturan yang mengharuskan perusahaan membuktikan bahwa produk mereka tidak menyebabkan deforestasi atau degradasi hutan.

Sebagai contoh seorang petani kopi yang memiliki lahan pertanian kecil. Setelah berlangganan NatureHelm, aplikasi ini akan menerapkan algoritma yang mengumpulkan database global dan makalah ilmiah tentang area tersebut, yang lalu mencari target keanekaragaman hayati lokal yang signifikan untuk dilindungi.

Ini mencakup misalnya, jenis-jenis burung langka yang memerlukan perlindungan, tikus invasif yang dapat dijadikan sasaran pemusnahan, atau penyerbuk lokal yang diketahui berperan penting dalam tanaman kopi.

Ketika para pengelola lahan mulai melacak langkah-langkah ini, misalnya lewat survey lahan, monitoring bioakustik, atau jebakan kamera (camera trap), secara otomatis atau secara manual hasilnya terunggah dan ditambahkan ke portal pemilik akun masing-masing.

Grafik dan bagan yang tersedia dalam aplikasi pun akan menunjukkan bagaimana metrik dinamika keanekaragaman hayati berubah dalam ruang dan waktu. Setiap tahun, pelanggan akan menerima laporan perubahan indikator keanekaragaman hayati di lahan mereka.

NatureHelm juga menawarkan konsultasi kepada setiap pelanggan yang ingin mempelajari cara menerapkan teknologi baru untuk pemantauan, yang nantinya dapat digunakan untuk melakukan tindakan konservasi yang diperlukan.

“Jika memungkinkan, kami ingin melibatkan [para pelanggan], karena itu adalah cara paling tepat untuk melakukan penjangkauan dan keberlanjutan,” jelas Saunders.

NatureHelm saat ini merupakan usaha dari Wildlife Drones. Namun Saunders mengatakan mereka berencana untuk memisahkannya sebagai perusahaan sendiri pada tahun mendatang.

Selain perusahaan pertanian skala kecil, NatureHelm juga menargetkan layanannya kepada pihak perusahaan besar, yang memungkinkan mereka menerapkan standar metrik yang sama di seluruh rantai pasokan mereka.

 

Pembukaan dan pembakaran hutan dan lahan di Sumatera. Foto: Rhett A. Butler/Mongabay.

 

Platform ini menarik perhatian perusahaan produsen minyak kelapa organik dari Indonesia, Aluan yang telah menjadi mitra awal dari NatureHelm. Perusahaan ini menjual minyak kelapanya ke beberapa perusahaan besar, termasuk Lush Cosmetics yang berbasis di Inggris.

Aluan memiliki beberapa proyek konservasi di sekitar 300 area pertanian petani mitranya, termasuk restorasi beberapa kawasan bagi spesies penyu, -salah satunya Copsychus malabaricus, serta pemantauan burung-burung lokal yang penting.

“Kami sudah mengumpulkan cukup banyak data dari monitoring yang kami lakukan di lapangan, namun belum tersaji dengan baik,” kata Luke Swainson salah satu pendiri Aluan. “Salah satu hal besar yang kami cari adalah cara menyatukan data tersebut dan menyajikannya dalam cara yang lebih interaktif.”

Vince Heffernan, pelanggan lainnya adalah pemilik peternakan domba Moorlands Biodynamic Lamb, yang luas lahannya 1.214 hektar, berlokasi di New South Wales, Australia.

Dia memiliki program konservasi, seperti penanaman pohon untuk menciptakan habitat bagi burung migrasi seperti Gallinago hardwickii dan Merops ornatus. Heffernan menyebut dengan upaya memasukkan data-data konservasi ini, turut membantunya menjual produknya ke para pembeli yang berpikiran konservasi. Tapi dia punya pemikiran benefit lebih jauh lagi.

“Saat bank kreditur senang dengan gagasan produk yang ramah lingkungan, maka saat debitur seperti saya dapat membuktikannya, saya harap mereka bisa memberi tingkat suku bunga yang lebih baik untuk saya,” jelasnya.

Pada akhirnya, lewat NatureHelm Saunders ingin memastikan adanya transparansi dalam penghitungan keanekaragaman hayati, dan memastikan bahwa transparansi itu akan mengarah pada perubahan.

“Yang ingin saya lihat adalah peningkatan keanekaragaman hayati.  Saya ingin melihat masyarakat dapat memperbaiki lahan dan menjadi bagian dari perubahan tersebut. Ini perihal perubahan pola berpikir, tidak saja hanya sekedar memenuhi standar pasar.”

Tulisan asli: New platform offers toolkit for companies to prove their eco claims. Artikel ini diterjemahkan oleh Ridzki R Sigit.

 

***

Foto utama: Burung blekok sawah. Foto: Falahi Mubarok

 

Exit mobile version