Mongabay.co.id

Aceh Tenggara yang Mulai Langganan Banjir

 

 

Banjir kembali melanda Kabupaten Aceh Tenggara, Provinsi Aceh, sejak awal November 2023. Bencana ini menyebabkan dua orang terluka dan satu balita meninggal akibat terseret air.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Aceh [BPBA] Ilyas, mengatakan banjir yang terjadi akibat hujan deras dan meluapnya sejumlah sungai menyebabkan 50 desa di 14 kecamatan terendam.

“Kecamatan itu adalah Bambel, Semadam, Babussalam, Lawe Bulan, Ketambe, Lawe Sumur, Bukit Tusam, Tanoh Alas, Babul Rahmah, Lawe Alas, Darul Hasanah, Deleng Pokhkisen, Lawe Sigala, dan Kecamatan Babul Makmur,” terangnya, Selasa [14/11/2023].

Baca: Aceh Banjir Lagi, Perbaikan Lingkungan Harus Dilakukan

 

Banjir yang menybabkan rusaknya infrastruktur di Aceh Tenggara, Aceh. Foto: Dok. Warga Aceh Tenggara

 

Banjir yang disertai bongkahan kayu sisa penebangan di hutan itu menyebabkan sejumlah rumah dan fasilitas publik rusak.

“Ini yang membuat banyak banyak bangunan rusak,” ujar Khairul Nizam, warga Kecamatan Babul Rahmah, Kamis [16/11/2023].

Foto Udara: Melihat Langsung Penyebab Banjir di Aceh Utara

 

Banjir menerjang sejumlah kecamatan di Aceh Tenggara. Foto: Dok. Warga Aceh Tenggara

 

Rusli, warga Aceh Tenggara, mengatakan banjir ini menjadi bukti adanya penebangan liar dan perambahan hutan di Aceh Tenggara dan Gayo Lues. Banyak alat yang bisa digunakan untuk melihat kegiatan ilegal tersebut, bahkan melalui aplikasi Google Earth bisa ditemukan.

“Bencana ini menyengsarakan kami,” ujarnya.

Baca juga: Catatan Klimatologi untuk Banjir Besar di Banda Aceh

 

Bangunan yang hancur akibat diterjang banjir awal November di Aceh Tenggara. Foto: Dok. Warga Aceh Tenggara

 

Penyebab banjir

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia [Walhi] Aceh menilai, kerusakan hutan di Aceh Tenggara dan Kabupaten Gayo Lues merupakan penyebab utama kabupaten ini mulai sering dilanda banjir.

“Secara alami, setiap akhir tahun intensitas hujan di Aceh memang tinggi, tetapi karena kondisi lingkungan yang kritis, memicu bencana, baik banjir bandang maupun banjir luapan,” ujar Kepala Divisi Advokasi dan Kampanye Walhi Aceh, Afiffudin, Kamis [16/11/2023].

Pembukaan beberapa ruas jalan baru di Aceh Tenggara dan Gayo Lues menyebabkan perambahan kawasan hutan dan pembalakan semakin masif. Hal ini disebabkan akses jalan yang sangat mudah bagi para pelaku.

“Banjir menjadi persoalan klasik di Aceh, hanya direspons saat kejadian. Mitigasi masih diabaikan.”

Afifuddin menambahkan, luas Kawasan Ekosistem Leuser di Kabupaten Aceh Tenggara mencapai 380.457 hektar. Hal tersebut berdasarkan Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. SK.580/MENLHK/SETJEN/ SET.1/12/2018.

“Namun, terjadi penyusutan. Pada 2022, luas tutupan hutannya hanya 326,048 hektar.”

 

Sungai Alas-Singkil yang yang berhulu di Kabupaten Gayo Lues dan alirannya menuju Samudera Hindia. Foto drone: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Parahnya, kerusakan tutupan hutan di Aceh Tenggara mayoritas terjadi di hutan lindung dan taman nasional.

“Hutan Lindung di Aceh Tenggara berdasarkan SK 580 luasnya 79.267 hektar, sekarang tersisa 68.218 hektar. Artinya pada 2022, tutupan hutannya hilang seluas 11.049 hektar, atau hampir dua kali lipat luasan Kota Banda Aceh,”

Sementara Taman Nasional Gunung Leuser di Aceh Tenggara, awalnya seluas 278.205 hektar dan kini 257.610 hektar.

“Menyusutnya hutan di Aceh Tenggara memicu terjadi banjir saat hujan lebat melanda,” ujar  Afifuddin.

 

Sungai Alas-Singkil yang melewati empat kabupaten/kota yaitu, Kabupaten Gayo Lues, Kabupaten Aceh Tenggara, Kota Subulussalam, dan Kabupaten Aceh Singkil. Foto drone: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Berdasarkan perhitungan Tim GIS Yayasan Hutan Alam dan Lingkungan Aceh [HAkA], Aceh Tenggara pada 2019 kehilangan tutupan hutan mencapai 464 hektar, tahun 2020 [555 hektar],  pada 2021 [336 hektar], dan 2022 [162 hektar].

Di sini lain, rusaknya tutupan hutan di Gayo Lues berpengaruh pada Aceh Tenggara, karena beberapa sungainya berhulu ke Gayo Lues.

“Gayo Lues pada 2019 kehilangan tutupan hutan 1.231 hektar, tahun 2020 [1.1162 hektar], pada 2021 [516 hektar], dan 2022 [176 hektar],” papar Manager GIS Yayasan HAkA, Lukmanul Hakim.

 

Exit mobile version