Mongabay.co.id

Kisah Dewa, Nelayan Inspiratif di Kota Kupang

Perahu nelayan tradisional saat merapat ke Pelabuhan Perikanan Tenau, Kecamatan Alak, Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Foto: Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia

 

 

Bagi warga kampung nelayan Oesapa, Kecamatan Kelapa Lima, Kota Kupang, NTT, nama Muhammad Mansur Dokeng [41] dianggap sebagai penyelamat. Dia dikenal dengan panggilan Dewa, karena berulangkali selamat saat melaut dan juga menyelamatkan warga.

“Saya melaut sejak kelas empat sekolah dasar. Beberapa kali kapal kami tenggelam dan saya selalu selamat,” tuturnya, Senin [6/11/2023].

Dewa berceritera pengalamannya melaut hingga perairan Australia. Tercatat, 12 kali dia ditangkap dan 9 kali dipenjara selama 3 hingga 7 bulan, di beberapa negara bagian Australia. Ini dikarenakan dia tidak mengetahui bila telah melewati batas negara karena tidak Global Positioning System [GPS], sistem navigasi berbasis satelit.

“Saya dan anak buah kapal pernah ditangkap dan dipenjara selama 5 bulan. Kami dipekerjakan di sebuah peternakan dengan gaji 54 dollar Australia per minggu,” kenangnya.

Dewa pun pernah didenda senilai Rp300 juta dan diberikan kursus Bahasa Inggris lantaran dia merupakan nelayan dengan pelanggaran tapal batas terbanyak.

“Ketika ditangkap yang disorot adalah negara. Asumsi mereka, potensi ikan kita tidak ada lagi sehingga kita dianggap mencuri di perairan Australia,” tuturnya.

Baca: Kapal Nelayan dari Luar NTT Perlu Dibatasi?

 

Perahu nelayan tradisional saat merapat pagi hari di Pelabuhan Perikanan Tenau, Kecamatan Alak, Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Foto: Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia

 

Pengalaman ditangkap karena melaut melewati batas negara, menginspirasi Dewa mengedukasi nelayan di Kota Kupang dan NTT agar tidak melakukan hal tidak baik tersebut.

“Ayo hentikan menangkap ikan lintas batas dan segala aktivitas lintas batas demi martabat dan kehormatan bangsa kita, Indonesia,” pesannya.

Dewa mengaku, pernah mengkampanyekan ini dengan Dirjen Kementerian Kelautan dan Perikanan [KKP]. Pemerintah Australia juga sering datang ke Kupang, menyampaikan banyak nelayan NTT yang menangkap ikan lintas batas.

“Jangan ambil yang bukan hak kita. Kita tunjukan, hasil laut Indonesia itu banyak,” tegasnya.

Baca: Apa Dampak Perubahan Iklim Bagi Nelayan NTT?

 

Muhammad Mansur Dokeng atau Dewa, nelayan asal Kelurahan Oesapa, Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur [NTT], penerima penghargaan BMKG. Foto: Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia

 

Konservasi laut

Dewa berinisiatif membentuk kelompok nelayan Angsa Laut. Anggotanya sebanyak 39 nelayan. Jumlah kapalnya sebanyak 2 GT ke bawah 37 unit, 3-5 GT [47 unit], dan 5-9 GT [14 unit].

Kelompok ini sudah berkembang menjadi Kelompok Usaha Bersama [KUB] Angsa Laut.

“Di sini, nelayan diajarkan untuk tidak menangkap biota laut dilindungi dan tidak menangkap ikan menggunakan alat tangkap yang merusak ekosistem laut,” tuturnya.

Lelaki kelahiran Kupang 21 Juli 1982 ini, juga gencar mengedukasi nelayan dan warga agar tidak membuang sampah ke laut. Angsa Laut juga rutin membersihkan sampah di pesisir pantai Oesapa, terutma plastik.

“Ada upaya berarti. Sebagai Ketua Rukun Tetangga juga, saya meminta warga tidak membuang sampah ke laut,” tuturnya.

 

Perahu nelayan di pesisir pantai Oesapa, Kota Kupang, NTT. Foto: Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia

 

Raih penghargaan

Dewa bersyukur, sejak mengikuti sekolah lapang cuaca nelayan yang diselenggarakan BMKG, dia dan beberapa anggota kelompoknya mengerti soal cuaca dan peta ikan. Mereka juga mendapatkan informasi melalui grup WhatsApp.

Bahkan, BMKG [Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika] memberikan penghargaan kepada Dewa sebagai tokoh inspiratif.

“Saya pernah menyampaikan ke 120 warga di lingkungan kami, agar segera mengungsi karena akan ada badai. Kami aman. Ketika badai Seroja datang, kami semua telah menyelamatkan diri,” ujar ayah dua anak ini.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menilai, Anugerah BMKG 2021 kategori Tokoh Inspiratif pantas diberikan kepada Dewa.

Dalam acara yang digelar secara daring Kamis [29/7/2021], Dwikorita mengatakan, berbekal informasi dari BMKG, Dewa memimpin evakuasi warga sehingga selamat dari ancaman Siklon Tropis Seroja.

Keteladanannya dalam hal sadar bencana terbukti bermanfaat.

“Kisah Dewa dan Anugerah BMKG diharapkan menjadi inspirasi, motivasi bagi kita agar sadar bencana untuk menuju Indonesia tangguh dan tumbuh,” pungkasnya.

 

Exit mobile version