- Yayasan Konservasi Laut (YKL) Indonesia merilis tiga film pembelajaran terkait konservasi melalui program Penguatan Ekonomi dan Konservasi Gurita Berbasis Masyarakat (Proteksi Gama) di Pulau Langkai dan Lanjukang Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
- Film yang berjudul ‘Berdansa dengan Laut’ ini terdiri dari tiga film yang terpisah, yang bisa ditonton di di Youtube YKL Indonesia.
- Program Proteksi Gama ini sendiri dinilai sukses oleh sejumlah pihak, sehingga perlu disebarluaskan. Selama dua tahun berjalan telah dilakukan empat kali upaya buka-tutup kawasan perairan dengan luas kawasan konservasi sekitar 375 hektar.
- Bagi pemerintah daerah, khususnya Pemerintah Kelurahan Barrang Caddi menilai kehadiran program Proteksi Gama memberi hal yang positif bagi nelayan dan perbaikan ekosistem pesisir dan laut.
Baru-baru ini Yayasan Konservasi Laut (YKL) Indonesia merilis tiga film pembelajaran terkait konservasi melalui program yang disebut Penguatan Ekonomi dan Konservasi Gurita Berbasis Masyarakat (Proteksi Gama) di Pulau Langkai dan Lanjukang Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Ketiga film ini diharapkan bisa menjadi model pembelajaran terkait program konservasi berbasis masyarakat di daerah lain.
Proteksi Gama sendiri merupakan program yang dijalankan YKL Indonesia sebagai mitra Critical Ecosystem Partnership Fund (CEPF) dan Burung Indonesia ini bertujuan untuk memperkuat pengelolaan perikanan gurita skala kecil berbasis masyarakat di Pulau Langkai dan Pulau Lanjukang.
“Kami berharap ketiga film ini bisa menjadi media pembelajaran bagi lembaga lain, pemerintah daerah dan komunitas nelayan yang mau melakukan inisiatif yang sama di daerahnya masing-masing,” ungkap Alief Fachrul Raazy, Program Manager YKL Indonesia untuk Proteksi Gama, di Makassar, Senin (20/11/2023).
Film yang berjudul “Berdansa dengan Laut” ini terdiri dari tiga film yang terpisah, dengan total waktu tonton 19,44 menit, yang bisa ditonton di Youtube YKL Indonesia.
Film pertama bercerita tentang pelaksanaan program Proteksi Gama secara umum dengan aktivitas utama berupa buka-tutup kawasan selama tiga bulan di beberapa lokasi.
Film kedua terkait pelaksanaan pengawasan yang dilakukan masyarakat serta pemerintah dan ketiga terkait kegiatan lain yang dilakukan YKL Indonesia selama dilaksanakannya program, seperti pemberdayaan perempuan, pendidikan anak-anak pulau serta konservasi penyu.
“Kisah bagaimana kami berprogram, proses dan interaksi dengan nelayan, serta bagaimana antusiasme nelayan menyambut program ini, termasuk dukungan berbagai pihak seperti pemerintah daerah dan dinas, terangkum dalam film ringkas ini,” jelas Alief.
baca : Buka-Tutup Kawasan Tangkap Gurita di Makassar Sukses. Bagaimana Keberlanjutannya?

Kisah Sukses Program Proteksi Gama
Proteksi Gama ini sendiri dinilai sukses oleh sejumlah pihak, sehingga perlu disebarluaskan. Selama dua tahun berjalan telah dilakukan upaya buka-tutup sebanyak empat kali dengan luas kawasan konservasi sekitar 375 hektar. Kawasan ini sendiri rencananya akan diintegrasikan ke dalam pencadangan kawasan konservasi daerah dari Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sulsel.
“Melalui sistem buka-tutup ini memberikan perlindungan terhadap terumbu karang yang ada di sini dan tentunya juga spesies-spesies yang dilindungi secara global. Dan ini adalah pintu masuk bagi perlindungan seperti itu,” jelas Alief.
Bagi pemerintah daerah, khususnya Pemerintah Kelurahan Barrang Caddi menilai kehadiran program Proteksi Gama memberi hal yang positif bagi nelayan dan perbaikan ekosistem pesisir dan laut.
“Dengan adanya buka-tutup ini akan sedikit membantu masyarakat bagaimana menjaga ekosistem. Kedua menjaga hasil tangkapannya sehingga bisa terprogram. Tadinya memang nelayan dapat tangkapan tapi tidak banyak. (Setelah diadakan buka tutup) nelayan dapat gurita yang lebih besar,” ungkap Hamzah, Lurah Barrang Caddi, Kecamatan Kepulauan Sangkarrang.
Hamzah berharap upaya konservasi berbasis masyarakat ini tetap dilanjutkan, baik oleh pemerintah maupun masyarakat atau lembaga lain karena dinilai telah menurunkan aktivitas destructive fishing yang dulunya banyak ditemukan di sekitar perairan kedua pulau.
“Sejak mengenal alat tangkap bius tahun 1989, banyak kegiatan-kegiatan nelayan Kelurahan Barrang Caddi khususnya Pulau Langkai yang dilakukan dengan melakukan penangkapan ikan dengan tidak ramah lingkungan,” katanya.
Erwin, salah seorang nelayan di Pulau Langkai mengakui mendapat banyak pembelajaran penting dari kehadiran program ini, termasuk bagaimana memahami karakteristik gurita, dan pentingnya menjaga keberlanjutan dengan tidak menangkap gurita seenaknya, tanpa memperhatikan ukuran.
“Dulunya kita menangkap itu asal tangkap saja, tidak memandang ini grade B, C, D, yang penting kita bisa menghasilkan uang. Tidak teratur ceritanya, biar grade D, kita ambil, grade E yang bisa menghasilkan. Semenjak berkurangnya gurita kita itu mencari istilahnya membabi buta,” katanya.
baca juga : Program Pengelolaan Gurita ternyata juga Lindungi Spesies Terancam Punah di Perairan Makassar

Program ini kemudian membantu nelayan serta memberi penyadaran bagaimana supaya gurita bisa tetap ada, tidak hanya dengan seleksi dalam menangkap tetapi juga menjaga terumbu karang yang merupakan rumah bagi gurita.
Apresiasi yang sama dinyatakan oleh Kepala DKP Sulsel, Muhammad Ilyas. “Saya kira dengan program buka-tutup itu adalah salah satu upaya untuk menjadikan program konservasi sumber daya perikanan di sekitar Selat Makassar atau terutama di pulau-pulau yang termasuk di wilayah Kota Makassar, ini menjadi upaya untuk menjaga stabilitas dari keberadaan ikan kita,” katanya.
Menurut Ilyas, dengan program buka-tutup itu menunjukkan bahwa bagaimana mengantisipasi sumberdaya ikan sendiri yang terbatas dalam menjaga reproduksi, yang disebut environmental capacity, sesuatu yang perlu terus dijaga.
“Ini saya kira adalah sebuah upaya yang sangat strategis dengan biaya murah karena kita berupaya mengubah mindset mereka bahwa dengan program ini bisa mendapatkan hasil yang lebih banyak karena ikan ditangkap adalah ikan-ikan yang berkualitas dan cukup besar. Ikan atau biota tersebut bernilai dan mereka secara berkelanjutan melakukan penangkapan di saat dibuka kembali,” jelasnya.
Ilyas sendiri telah menunjukkan dukungannya atas program ini dengan mengikuti salah satu kegiatan patroli bersama pada pertengahan September 2023 silam.
“Saya harus hadir di sana untuk menunjukkan dukungan kepada masyarakat tentang bagaimana program buka-tutup ini sebagai suatu upaya konservasi sumber daya kelautan dan perikanan kita yang harus kita apa namanya tiru di tempat lain. Kita menjadi kisah success story dan ini bisa dikembangkan di tempat-tempat lain.”
baca juga : Patroli Bersama Lindungi Perairan Pulau Langkai – Lanjukang dari Destructive Fishing

Bahkan, lanjut Ilyas, dalam rangka pengawasan dan penegakan hukum, DKP Sulsel telah mendapat mandat dari penjabat gubernur untuk membentuk Satuan Tugas Jaga Laut, yang dinamai Forum Penjaga Sumber daya Perikanan dan Kelautan Provinsi Sulsel, yang akan segera launching melibatkan seluruh stakeholder terkait. Tim satgas ini akan dibentuk hingga ke level desa.
“Ini luar biasa konsepnya dan mungkin kita tinggal bersama-sama mengimplementasikan bagaimana ke depan tentu dengan bekerja secara pentahelix itu. Ini yang akan kita lakukan ke depan,” pungkasnya. (***)
Film Berdansa dengan Laut 1:
https://www.youtube.com/watch?v=4wkxpmHOzlM
Film Berdansa dengan Laut 2:
https://www.youtube.com/watch?v=D0Xu9Zy0-is&t=79s
Film Berdansa dengan Laut 3:
https://www.youtube.com/watch?v=2djjnCF51KI&t=325s