Mongabay.co.id

Lukisan Prasejarah Bumerang di Papua dan Keterancaman Lingkungannya

 

 

Bumerang dikenal sebagai senjata tradisional Suku Aborigin yang merupakan penduduk asli di Benua Australia. Meski demikian, lukisan purba bermotif bumerang dapat ditemukan di tanah Papua, tepatnya di tebing karst pada situs-situs arkeologi di kawasan Teluk Berau, Kabupaten Fakfak, Provinsi Papua Barat. Padahal, suku-suku yang ada di Papua tidak ditemukan menggunakan bumerang sebagai senjata mereka.

Selama ini, flora fauna antara Papua dan Australia dikenal banyak memiliki kemiripan. Hal itu juga terjadi pada kebudayaan leluhur orang Papua dan leluhur pribumi Australia. Para peneliti banyak menyebut hubungan di masa lalu itu bisa terjalin karena adanya daratan unik yang disebut dengan Paparan Sahul atau daratan sahul [sahul land], sebagai penghubung antara Australia bagian utara dengan Pulau Papua serta Kepulauan Aru.

Selain lukisan bermotif bumerang, berbagai motif lukisan prasejarah juga bisa ditemukan pada tebing atau dinding karst pesisir dan pulau-pulau kecil di Teluk Berau, Fakfak. Motif lukisan purba tersebut berupa bulatan-bulatan merah, telapak tangan, lengan, bumerang, geometris, matutuo, garis-garis, tameng, kadal, ikan, garis lengkung, lingkaran, sisir, dan bulan sabit, serta masih banyak gambar yang sulit teridentifikasi.

Baca: Ikan Kaca, Ikan Aneh yang Hanya Ditemukan di Papua dan Australia

 

Lukisan motif bumerang di Fakfak. Foto: Hari Suroto/BRIN

 

Belum lama ini, tepatnya pada 24 November 2023, Presiden Joko Widodo meresmikan groundbreaking atau peletakan batu pertama Proyek Strategis Nasional [PSN] di Distrik Arguni, Kabupaten Fakfak, Provinsi Papua Barat. Proyek tersebut bernama Kawasan Industri Pupuk Fakfak, yang disebut pertama kali di kawasan timur Indonesia.

Proyek Kawasan Industri Pupuk Fakfak itu dibangun di lahan seluas 2.000 hektar dengan rencana nilai investasi sebesar kurang lebih 30 triliun Rupiah, dan ditargetkan selesai pada 2028. Kapasitas produksi untuk produk ammonia sebesar 2.500 metrik ton per hari [MTPD] dan urea sebesar 3.500 MTPD. Industri pupuk di Kabupaten Fakfak ini akan menopang pembangunan food estate yang telah lebih dulu dilakukan di Papua Selatan.

“Nantinya kita juga punya rencana besar untuk membangun food estate, lumbung pangan di Provinsi Papua yang diharapkan dimulai awal tahun depan. Kalau dimulai tidak di-back up oleh industri pupuknya juga akan berat. Ini sebuah rencana besar yang saling mendukung dan Tanah Papua akan semakin makmur,” kata Presiden Jokowi.

Baca: Sejak 1974, Pari Gergaji Sentani Tidak Terlihat Lagi

 

Lukisan motif bumerang di Fakfak. Foto: Hari Suroto/BRIN

 

Namun, kehadiran Proyek Strategis Nasional itu dikhawatirkan mengancam keberadaan situs-situs arkeologi peninggalan prasejarah. Menurut Hari Suroto, Peneliti Pusat Riset Arkeologi Lingkungan BRIN, AMDAL yang dilakukan sebelum pembangunan tidak hanya mengatur aspek sumber daya alam, tapi juga sosial, budaya, ekonomi dan aspek teknis di kawasan Teluk Berau, Kabupaten Fakfak.

“Pembangunan pabrik pupuk di Distrik Arguni harus memperhatikan situs-situs arkeologi di kawasan Teluk Berau, karena situs-situs lukisan tebing prasejarah ini dilindungi oleh Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya,” ungkap Hari Suroto kepada Mongabay Indonesia, awal Desember 2023.

 

Lukisan prasejarah di situs-situs Teluk Berau, Fakfak. Foto: Hari Suroto/BRIN

 

Menurutnya, Teluk Berau telah lama dikenal dengan situs lukisan tebing prasejarah. Antara Distrik Kokas hingga Kampung Goras, sepanjang kira-kira 30 kilometer, banyak ditemukan lukisan tebing prasejarah pada dinding-dinding karst pesisir dan pulau-pulau kecil. Dua situs lukisan tebing prasejarah berada dekat dengan Kokas dan Kampung Sekar.

Sementara itu, dari Pulau Ugar hingga Arguni, lukisan dinding atau gambar cadas bertebaran di sejumlah sudut pesisir. Tak hanya di dua pulau berukuran sedang itu, lukisan tebing prasejarah juga terdapat di pulau-pulau kecil.

“Perlu dipetakan dan dibuat zonasi kawasan situs prasejarah yang harus dilindungi dan tidak boleh ada aktivitas selain penelitian dan konservasi di situs tersebut,” ucap Hari.

Baca: Dijuluki Merpati Bermahkota, Burung Ini Hanya Ada di Papua

 

Lukisan prasejarah di situs-situs Teluk Berau, Fakfak. Foto: Hari Suroto/BRIN

 

Lukisan Prasejarah Bumerang

Lukisan tebing prasejarah berupa bumerang berada di Kampung Andamata, Distrik Arguni, yaitu Situs Tapuraramo. Lukisan bermotif bumerang, kata Hari, merepresentasikan diaspora maritim antara Pulau Nugini dan Australia serta menunjukkan bahwa telah terjadi penjelajahan dari Papua ke Australia atau sebaliknya. Manusia prasejarah pada waktu itu berpindah dari satu pulau ke pulau lain dalam jarak dekat.

Ketika itu, sekitar 65.000 hingga 37.000 tahun yang lalu, ketinggian permukaan laut antara Papua dan Australia jauh lebih rendah dibandingkan dengan sekarang. Kondisi laut yang dangkal ini memungkinkan manusia dari Australia berpindah ke Papua atau sebaliknya.

“Namun belum bisa dipastikan umur lukisan bumerang dan cap tangan di tebing-tebing, karena belum dilakukan penelitian dengan metode carbon dating. Di Australia sendiri, gambar bumerang tertua berumur 25.000 tahun di situs arkeologi Arnhem Land, Northern Territory,” jelasnya.

 

Lukisan prasejarah di situs-situs Teluk Berau, Fakfak. Foto: Hari Suroto/BRIN

 

Dijelaskannya lagi, secara umum semua tinggalan arkeologi yang ada di Kabupaten Fakfak mempunyai nilai budaya yang sangat tinggi. Pada masa prasejarah, masyarakat Fakfak sudah mempunyai budaya seni yang sangat luar biasa.

Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya lukisan-lukisan atau gambar-gambar yang terdapat pada setiap dinding batu karang pada pulau-pulau kecil yang ada di Teluk Berau.

 

Lukisan prasejarah di situs-situs Teluk Berau, Fakfak. Foto: Hari Suroto/BRIN

 

Sementara bagi masyarakat Eropa, kawasan Teluk Berau sebelumnya dikenal dengan nama Teluk Mac Cluer, sebagai situs prasejarah tahun 1940, ketika J. Roder peneliti dari Universitas Frankfurt, Jerman, mempublikasikan hasil penelitiannya yang berjudul “Ergebnisse einer Probegrabung in der Hohle Dudumunir aug Arguni, Mac Cluer Gulf”.

“Menurut Roder, lukisan berwarna merah dibuat oleh manusia pada masa mesolitik, yaitu masa berburu binatang dan meramu serta hidup berpindah-pindah,” tandas Hari.

 

Exit mobile version