Mongabay.co.id

Terobosan Baru, Hibernasi Buatan pada Tikus

 

Coba sesekali membayangkan menjadi seekor grizzly, beruang cokelat dari Amerika Utara. Saat musim dingin tiba, beruang cokelat akan memilih untuk hibernasi, meringkuk di dalam sarangnya selama 7 bulan. Dia baru aktif kembali ketika musim semi atau suhu lingkungan mulai menghangat. Selama itu pula beruang tidak makan dan minum. Suhu tubuhnya akan turun, dan degup jantungnya melemah. Agar tetap hidup, dia menggunakan energinya sehemat mungkin.

Dalam kerajaan hewan, tidak semua memiliki kemampuan istimewa ini. Demikian pula manusia. Namun baru-baru ini sejumlah peneliti berhasil membuat tidur tikus yang sebelumnya tidak memiliki kemampuan hibernasi. Hebatnya, mereka menggunakan gelombang suara untuk membuat sang tikus menurunkan metabolismenya. Ini merupakan yang pertama di dunia, dan dianggap terobosan.

Keberhasilan penelitian itu memunculkan harapan baru akan kemungkinan penerapannya pada manusia. Jika hal ini bisa dilakukan, maka satu soal yang dihadapi manusia saat melakukan perjalanan luar angkasa mungkin bisa diselesaikan.

Seperti diketahui, manusia terobsesi untuk bisa sampai ke planet Mars dan mendarat di sana. Dengan teknologi saat ini, waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke planet merah itu sekitar 9 bulan. Jika astronaut bisa ditidurkan untuk beberapa bulan, maka hal itu akan menghemat tempat, bekal, juga stamina.

baca juga : Hibernasi, Ikan Ini Bisa Hidup Tanpa Air Selama Berbulan

 

Seekor beruang sedang bersantai. Foto ; Needpix.com

 

Dianggap fiksi

Gagasan membuat individu dalam keadaan mati suri sebenarnya sudah pernah ada pada 1960-an. Gagasan itu dianggap sebagai solusi biomedis untuk mengurangi konsumsi energi selama penerbangan luar angkasa yang membutuhkan waktu lama. Selain penerapan di bidang penerbangan luar angkasa, metode ini juga bisa dipakai untuk menangani pasien kasus gawat darurat.

Namun rangsangan dari luar yang noninvasif dan aman masih dianggap fiksi dan hanya muncul dalam film dan novel. Seperti digambarkan dalam banyak kisah rekaan, manusia dimasukkan ke dalam kapsul kaca yang dilengkapi aneka tombol dengan berbagai selang menjuntai. Di dalamnya manusia ditidurkan dan dibangunkan kembali di waktu yang sudah dikehendaki.

Peneliti yang berperan penting dalam keberhasilan penelitian itu bernama Hong Chen, profesor dalam bidang biomedical engineering dari Universitas Washington, St. Louis. Dia bersama timnya berhasil merangsang tikus menjadi mati suri menggunakan gelombang ultrasonik. Hasil penelitiannya itu baru dipublikasikan pada jurnal Nature Metabolism, Mei 2023 lalu.

Keberhasilan sebelumnya yang sudah dicapai adalah dengan memasukkan obat yang mempengaruhi sistem saraf pusat. Penelitian lainnya berhasil menemukan kelompok saraf yang mengatur mati suri dan hibernasi. Sayang, untuk bisa menjangkaunya memerlukan intervensi bedah atau rekayasa genetika sehingga dianggap kurang aman jika diterapkan pada manusia.

“Ultrasonografi adalah satu-satunya bentuk energi yang dapat menembus tengkorak secara non-invasif dan fokus pada lokasi mana pun di dalam otak dengan presisi milimeter dan tanpa radiasi pengion,” tulis laporan itu.

Temuan itu memiliki banyak keunggulan. Selain lebih mudah diterapkan di mana-mana, biayanya pun dianggap rendah. Karena dilakukan noninvasif seperti halnya menempelkan stetoskop, cara ini dianggap aman.

baca juga : Bekas Cakar Beruang Ditemukan di Gua yang Tak Tersentuh Ribuan Tahun

 

Perangkat USG untuk menginduksi keadaan hipotermia dan hipometabolik seperti mati suri. Sumber : Metabolisme Alam (2023).

 

Dengan melibatkan pakar dari berbagai bidang ilmu, tim ini menciptakan alat khusus yang bisa mengeluarkan gelombang ultrasonik. Alat dipasangkan di atas kepala tikus percobaan seperti memakaikan topi. Alat itu kemudian dipakai untuk menstimulasi neuron di salah satu bagian otak.

Ternyata saat diberikan paparan gelombang suara, suhu tubuh tikus mengalami penurunan sekitar 3 derajat celsius selama kurang lebih satu jam. Selama itu pula tikus yang biasanya menggunakan karbohidrat dan lemak sebagai energi berubah hanya menggunakan lemak saja. Ini merupakan ciri utama keadaan mati suri. Demikian pula detak jantung tikus turun sekitar 47 persen.

Saat tim menambah tekanan suara dan durasi paparan, hasilnya suhu tubuh tikus tetap rendah dan metabolismenya pun menurun. Para peneliti pun membuat keadaan mati suri pada tikus selama 24 jam. Suhu badan tikus lalu dipertahankan di bawah 34 derajat celsius sebagai kriteria mati suri alami pada satwa ini.

Setelah itu alat dimatikan, ternyata tikus kembali ke perilaku normal. Suhu, degup jantung, dan metabolismenya juga kembali seperti semula. Artinya, durasi dan keadaan mati suri tikus bisa dikontrol tanpa menimbulkan kekhawatiran dampak jangka panjang.

Mengutip situs phys.org, jika teknik ini terbukti bisa membuat mati suri pada manusia, maka penggunaan gelombang ultrasonik bakal menjadi kebutuhan pokok untuk menangani pasien kritis. Dengan memperlambat metabolisme pasien, metode ini dapat meminimalkan kerusakan. Sehingga dokter punya lebih banyak waktu untuk mendiagnosa dan menerapkan pengobatan.

Sangat menarik membayangkan pengembangan penemuan ini di masa mendatang.***

 

Seekor tikus. Foto : pexels

 

Exit mobile version