Mongabay.co.id

Jamur, Pahlawan Iklim yang Kerap Dilupakan

 

Jamur sesungguhnya adalah kelompok organisme yang melimpah di alam. Namun karena sebagian besar tak terlihat, keberadaannya kerap tak dianggap. Jamur juga dipandang sebelah mata karena cara hidupnya sering dianggap parasit. Padahal banyak pula jamur yang hidup dengan cara simbiosis mutualisme.

Sampai saat ini setidaknya ada 144.000 spesies jamur yang sudah terklasifikasi. Perkiraan terbaru menyebutkan jumlah total spesies jamur di bumi mungkin antara 2,2 juta hingga 3,8 juta spesies. Bahkan ada yang menyebut angka 5,1 juta spesies. Berarti jumlah jamur bisa lebih dari enam kali lipat jumlah tanaman yang ada di bumi. Itu berarti ada lebih dari 93 persen spesies jamur yang saat ini belum diketahui ilmu pengetahuan.

Jamur sebenarnya punya peran penting dalam mitigasi perubahan iklim. Mulai dari fungsinya sebagai pengurai limbah, penghemat energi, hingga membantu menyerap karbon.

Sebuah studi terbaru mencoba menghitung berapa banyak jamur membantu penyerapan karbon di udara. Seperti diketahui, jamur dari jenis mikoriza di dalam tanah melakukan hubungan saling menguntungkan dengan tanaman di atasnya.

Jamur menyediakan unsur hara bagi tanaman, sebaliknya tanaman membagi karbohidrat dan lemak bagi jamur. Kerja sama ini sudah berlangsung lebih dari 400 juta tahun. Saat bumi berada pada era paleozoikum, tanaman menyebar dengan cepat di darat berkat kerja sama ini. Kala itu kadar CO2 di udara pun menurun sepuluh kali lebih banyak, kadar oksigen naik, dan suhu global turun.

baca : Studi: Tumbuhan dan Jamur di Dunia Terancam Kepunahan, Sebelum Kita Tahu Manfaatnya

 

Jamur Jaring atau Jamur tudung pengantin (Phallus indusiatus). Foto: Dok. Bidang Pengelolaan Taman Nasional Wilayah Sumatera Selatan – Bengkulu Balai Besar TNKS

 

Ditarik ke masa sekarang, seberapa besar peran jamur mikoriza dalam siklus penyimpanan karbon? Kajian peneliti berbagai negara memperkirakan sebanyak 13,12 gigaton CO2 ekuivalen dialokasikan ke bawah tanah untuk jamur ini per tahun. Angka itu setara dengan 36 persen emisi CO2 tahunan dari bahan bakar fosil saat ini.

“Pentingnya jamur simbiosis ini untuk nutrisi tanaman sudah diketahui dengan baik. Namun, peran jamur mikoriza dalam mengangkut karbon ke dalam sistem tanah dalam skala global masih belum dieksplorasi,” tulis Heidi-Jayne Hawkins, ilmuwan Afrika Selatan, mewakili teman-temannya, memberikan alasan diadakannya penelitian itu.

Menurut mereka 75 persen karbon di daratan (terestrial) disimpan ke dalam tanah. Sayangnya kontribusi mikoriza terhadap proses penyimpanan karbon dan mendukung ekosistem yang sehat belum banyak diketahui. Hasil penelitian mereka dilaporkan jurnal Current Biology, pada Juni 2023.

Mereka menganalisis hampir 200 kumpulan data untuk memperkirakan alokasi karbon secara global dari tanaman ke miselium jamur mikoriza. Dengan menggunakan data luas tutupan lahan, tipe-tipe jamur mikoriza, net primary production (NPP) atau total karbon yang diserap tanaman dari atmosfer melalui proses fotosintesis, maka didapat angka 3,58 gigaton karbon per tahun yang disimpan di miselium. Untuk diketahui, satu unit C (karbon) setara dengan 3,67 unit CO2 (karbon dioksida).

baca juga : Jamur Zombie di Dunia Nyata yang Menginspirasi Film Serial Populer ‘The Last of Us’

 

Sekelompok jamur. Foto : StockSnap

 

Hasil penting dari penelitian mereka yaitu bisa memacu upaya konservasi untuk lebih memperhatikan peran jamur yang ada di bawah tanah dalam mitigasi perubahan iklim.

“Dalam konservasi, jamur hanya mendapat sedikit perhatian saat membincangkan restorasi hutan,” katanya, seperti dikutip Conservation. “Tetapi jamur-jamur ini bisa menjadi bagian penting dari perjuangan mengendalikan perubahan iklim.”

Studi lainnya yang kemudian diterbitkan di jurnal Fungal Diversity, Juli 2023 mencoba menghitung kontribusi ekonomi jamur secara global. Selain memiliki jasa ekologi dan lingkungan, jamur juga berperan dalam industri obat, pertanian, hingga makanan dan minuman.

Para peneliti memperkirakan kontribusi jamur secara ekonomi mencapai 54,57 triliun dolar Amerika per tahun. Itupun mereka hanya menghitung potensi yang memiliki nilai minimal 1 juta dolar, sehingga data yang lebih kecil dari itu dikesampingkan. Ini adalah kajian pertama yang mencoba mengkalkulasi nilai ekonomi jamur secara global.

“Dengan memberikan nilai ekonomi pada semua produk jamur, jasa, dan aplikasi industrinya hal ini menggarisbawahi pentingnya jamur di dalam keanekaragaman hayati dan konservasi,” tulis Allen Grace T. Niego, mewakili timnya.

baca juga : Organisme Apa yang Terbesar di Dunia? …. Ternyata Jamur

 

Sekelompok jamur liar. Foto : wallpaperflare

 

Di Indonesia sendiri jamur telah lama dipakai dalam proses fermentasi tempe. Kini tempe sebagai makanan khas Indonesia telah mendunia dan memiliki pasar yang besar. Jamur yang dipakai dalam proses peragian tempe biasanya dari spesies Rhizopus microporus dan Rhizopus arrhizus. Nilai pasar tempe secara global mencapai 4,53 milyar dolar Amerika pada 2021, menurut data yang dikutip dalam laporan itu.

Bukan hanya pahlawan iklim, jamur juga ternyata membuat makmur. (***)

 

Exit mobile version