Mongabay.co.id

Terobosan Sains, Saat Ilmuwan Bantu Burung Migran Beradaptasi dengan Perubahan Iklim

 

Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti burung di Eropa, mendapati bahwa perubahan iklim berpengaruh kepada ‘kekacauan’ perilaku yang terjadi pada burung-burung migran. Burung pengicau kaki hitam eropa (Ficedula hypoleuca) misalnya, secara berabad-abad telah melakukan migrasi musim dari Eropa ke Afrika Utara, namun kali ini mereka datang terlambat.

Musim semi yang tiba lebih awal, telah menyebabkan burung-burung ini terlambat datang kembali dari migrasi musim dinginnya di Sub-Sahara Afrika. Padahal sebelumnya, mereka selalu kembali tepat waktu untuk menangkap ulat-ulat yang baru menetas di Eropa untuk menjadi makanan bagi anak-anak mereka.

Perubahan iklim yang membuat musim semi datang lebih cepat di Eropa, membuat burung-burung pengicau kaki hitam sekarang sering tiba setelah ulat menjadi serangga dewasa yang tidak bisa dimakan oleh anak-anak mereka. Walhasil, populasi pengicau kaki hitam mengalami penurunan karena kekurangan makanan terkait perubahan iklim.

 

Peneliti sedang memasang flycatcher, semacam alat yang dapat melacak keberadaan burung. Berat alat ini kurang dari setengah gram. Foto: Koosje Lamers

 

Lalu seperti apa solusi yang dapat diberikan oleh sains?

Ahli ekologi konservasi Koosje Lamers dari Universitas Groningen di Belanda melakukan solusi menarik: dia memutuskan untuk membuat eksperimen dengan memindahkan burung-burung tersebut jauh lebih ke utara.

Pada setiap akhir April biasanya sudah masuk musim semi dan tumbuhan sudah kembali menghijau di Belanda, tetapi di Swedia pohon-pohon belum akan mulai berdaun hingga pertengahan Mei.

Dalam eksperimennya, Lamers dan rekan-rekannya membawa burung pengicau kaki hitam sejauh 570 kilometer dari Drenthe, Belanda, ke bagian selatan Swedia setiap musim semi selama tiga tahun.

Hasil pengamatan, burung-burung betina memiliki jumlah anak hampir dua kali lipat dibandingkan burung pengicau kaki hitam asli Swedia. Anak-anak mereka pun kembali untuk bersarang di Swedia tahun berikutnya.

Temuannya ini, telah dipublikasikan dalam Nature Ecology and Evolution, simpulannya menunjukkan bahwa perpindahan ke utara dapat membantu populasi pengicau kaki hitam beradaptasi terhadap perubahan iklim.

“Pindah ke utara berhasil mensimulasikan kedatangan burung-burung tersebut di awal  musim semi,” ujar Lamers kepada Mongabay.

“Mereka berkembang biak sangat awal sebagai konsekuensinya, dan perkembangbiakan awal tampaknya memiliki manfaat.”

 

Kotak sarang yang di pasang sebagai tempat berkembangbiak burung di hutan Swedia. Foto: Koosje Lamers

 

Memindahkan burung-burung ke utara untuk memecahkan masalah tampaknya menarik dilakukan, tetapi pertanyaannya: Apakah ke depan, burung-burung itu dapat belajar pergi sendiri tanpa campur tangan manusia?

Selama tiga tahun di setiap akhir musim dingin, Lamers sambil mengendarai sepedanya mengamati burung-burung kicau tersebut di Belanda. Dia melihat semakin banyak burung Belanda yang pindah menghuni hutan-hutan Swedia.

Data geolokasi mengonfirmasi bahwa pengicau kaki hitam asal Belanda meninggalkan lokasi-lokasi mereka di Afrika lebih cepat, dan burung-burung asli Swedia yang teramati menyusul kemudian.

Burung-burung kicau asal Belanda ini lalu kembali ke Eropa Utara dengan menyesuaikan kedatangannya dengan musim ulat yang mencapai puncak musim semi awal.

Lamers menyimpulkan, populasi pengicau kaki hitam dari bagian selatan Eropa dapat bertindak sebagai “cadangan genetik.” Destinasi migrasi baru yang terenkripsi dalam DNA mungkin membantu spesies ini beradaptasi dengan perubahan iklim.

Meski menganggap apa yang dilakukan Lamers adalah sebuah terobosan, ahli burung migran Carlos Camacho di Estación Biológica de Doñana di Seville, Spanyol menyatakan perlu ada waktu sampai eksperimen ini dapat dikatakan benar-benar berhasil.

Camacho memuji keaslian upaya yang dilakukan dalam eksperimen ini, tetapi ragu untuk membuat kesimpulan sekarang. Dia menyoroti jarak yang lebih jauh dari yang dapat dilakukan oleh kebanyakan spesies alami. Tetapi dia optimis, bahwa migrasi bertahap selama banyak generasi juga mungkin memiliki keuntungan.

“Penyebaran terjadi secara alami dan telah berhasil dalam skala yang lebih kecil,” jelas Lamers dalam emailnya kepada Mongabay.

Dia menyebut spesies memiliki daya adaptasi terkait perubahan iklim.  Saat konsekuensi perubahan iklim menjadi lebih jelas, begitu juga strategi cerdik yang harus diadopsi hewan untuk bertahan hidup.

Tulisan asli: Ecologists help migratory birds adapts to climate change. Artikel ini diterjemahkan oleh Akhyari Hananto

 

Referensi:

Lamers, K.P., Nilsson, J.-Å., Nicolaus, M., dan Both, C. Adaptasi terhadap perubahan iklim melalui dispersi dan waktu pewarisan pada burung migran. Nature Ecology & Evolution 7, 1869–1877 (2023). doi: 10.1038/s41559-023-02191-w

 

***

Foto utama: Burung pengicau kaki hitam eropa. Foto: Koosje Lamers

 

 

Exit mobile version