Mongabay.co.id

Tahun Ini, Sebagian Persawahan di Rawa Gambut Sumsel Terancam Gagal Panen

 

 

Jika musim penghujan hanya berlangsung hingga akhir Januari 2024, maka sejumlah kelompok masyarakat yang menetap di rawa gambut Sumatera Selatan terancam mengalami krisis pangan. Misalnya di Kabupaten Ogan Komering Ilir [OKI]. Mengapa?

“Kami belum menanam [padi], rencananya Februari. Sekarang air hujan belum banyak,” kata Muhammad Husin, warga Desa Bangsal, Kecamatan Pampangan, Kabupaten Ogan Komering Ilir [OKI], Sumatera Selatan, Minggu [7/1/2024].

“Bingung kami mendengar informasi tersebut,” jelas Husin.

Sekitar 30-an hektare sawah berada di Desa Kuro, tetangga Desa Bangsal. Persawahan tersebut dikelola masyarakat Desa Bangsal dan Desa Kuro. Padi yang dihasilkan diperuntukan bagi seribuan kepala keluarga di dua desa tersebut.

Ribuan hektare sawah di Kecamatan Pampangan, sebagian besar juga belum ditanami padi, juga ratusan hektare sawah di Pulau Layang.

Baca: Menjadikan Sumsel Lumbung Pangan, Haruskah Banyak Sawah di Rawa Gambut?

 

Rawa lebak di Sumatera Selatan pada 2024 diperkirakan akan mengalami kekeringan panjang, seperti 2023 lalu. Foto: Nopri Ismi/Mongabay Indonesia

 

Pernyataan Husin tersebut menanggapi pernyataan Eddy Hermawan, Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN, bahwa musim hujan yang berlangsung saat ini kemungkinan hanya sampai akhir Januari, akibat diredam fenomena El Nino moderat yang terus eksis hingga Mei 2024.

“Musim hujan mestinya Desember, Januari, dan Februari [DJF], sepertinya tidak sampai Februari hujannya sudah habis karena El Nino itu berawal Mei 2023 dan akan berakhir Mei 2024,” ujarnya di Jakarta, Jumat [5/1/2024], dikutip dari Tempo.co.

Hujan yang berlangsung pada sejumlah wilayah Indonesia, sebenarnya dipengaruhi Monsun Asia atau angin barat. Angin musim ini bersifat periodik, membawa uap air dari Siberia, Jepang, Hong Kong hingga Vietnam ke Indonesia yang menciptakan hujan.

Kecemasan “gagal panen” juga disampaikan Eddy Saputra, warga Desa Perigi Talangnangka, Kecamatan Pangkalan Lampam, OKI.

“Saat ini, sekitar 400-an hektare sawah sudah ditanam warga. Usianya menginjak dua bulan. Jika musim hujan hingga Maret, awal April kami bisa panen.”

Dijelaskan Eddy, persawahan di desanya yang luasnya sekitar seribu hektare berada di rawa gambut, yang sangat bergantung hujan. Saat kemarau, persawahan tersebut bukan hanya kering, juga terbakar.

“Sekarang, hujan turun tidak terlalu sering, kami terpaksa menyekat kanal di sekitar sawah, agar air dapat ditampung. Beras yang dihasilkan, sebagian besar untuk memenuhi kebutuhan pangan ribuan kepala keluarga selama setahun.”

Kabar baiknya, sejumlah wilayah kemungkinan besar tidak terancam gagal panen jika musim penghujan berakhir Januari. Misalnya, persawahan di sejumlah desa di Kecamatan Air Sugihan, OKI.

“Februari panen,” kata Susanto, Kepala Desa Banyubiru, Air Sugihan.

Baca: Kemarau dan Budaya Membakar Lahan di Sumsel. Bencana atau Perayaan?

 

Persawahan di Pulau Layang, Kecamatan Pampangan, Kabupaten OKI, Sumsel, yang mengalami krisis air dan nyaris gagal panen pada November 2023 lalu. Foto: Nopri Ismi/Mongabay Indonesia

 

Lahan basah Sungai Musi di Sumatera Selatan luasnya mencapai tiga juta hektare. Luas rawa lebak mencapai 1.354.805,88 hektare, sementara rawa pasang surut sekitar 1.699.541,71 hektare. Sebagian rawa lebak dan rawa pasang surut dijadikan persawahan oleh masyarakat.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, luas persawahan di OKI mencapai 188.328 hektare. Sementara Menteri Pertanian menyebutkan persawahan di kabupaten tersebut seluas 97.334 hektar.

“Sawah lebak, termasuk yang ada gambutnya, airnya tergantung musim penghujan, sementara sawah pasang surut tergantung air hujan dan sungai. Jadi, sawah lebak sangat rentan gagal panen jika air berkurang atau terjadi kekeringan. Di Kecamatan Pampangan dan Kecamatan Pangkalan Lampam, OKI, sebagian besar sawah berada di rawa lebak,” kata Yulian Junaidi, akrab dipanggil “Polong”, pegiat lingkungan dan akademisi dari Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya.

Baca: Ketika Rawa dan Sungai di Sumatera Selatan Mulai Mengering

 

Saat musim kemarau disertai El Nino pada 2023, sebagian besar rawa lebak di Kabupaten OKI, Sumsel, mengalami kekeringan. Foto: Nopri Ismi/Mongabay Indonesia

 

Budi Raharjo, peneliti dari Pusat Riset Teknologi Tepat Guna OR Pertanian dan Pangan BRIN [Badan Riset dan Inovasi Nasional], terkait kemungkinan hujan berakhir Januari atau kemarau datang lebih cepat, mengatakan pemerintah harus segera meresponnya.

“Perlu disikapi apakah menambah luas tanam atau menurunkan, atau menerima kegagalan panen,” katanya.

Dijelaskannya, rawa lebak mempunyai karakteristik dapat ditanami apabila genangannya menurun. Dimulai lebak pematang, tengahan, dan lebak dalam. Sangat tergantung tipe lebaknya.

“Kalau kemarau panjang, rawan terjadi kekeringan.”

Baca juga: Perempuan, Purun dan Relasi Gender di Lahan Gambut

 

Lebak Lebung Belanti di Sirah Pulau Padang, Kabupaten OKI, Sumatera Selatan, yang dulunya lumbung ikan, kini tinggal cerita. Foto [drone]:  Humaidy Kenedy/ Mongabay Indonesia

 

Pengelolaan air

Menurut Budi, guna mencegah kegagalan panen di lahan rawa lebak, perlu dilakukan pengelolaan air.

“Seperti sistem polder atau mini polder untuk skala luas dan menengah, atau pembuatan pematang dikombinasikan pompanisasi. Terpenting, kita pelajari karakteristik lebak dan petani lokal sebagai informannya.”

Polong menambahkan, perlu dikembangkan adaptasi pertanian, baik terkait penataan air, tanah, diversifikasi tanaman dan pola tanam, pemanfaatan teknologi dan informasi, serta identifikasi penyakit dan hama. Bank air itu berupa kolam atau danau buatan di sekitar persawahan, dapat dibuat juga.

“Biaya, teknologi, dan peranan pemerintah bisa dilakukan dan dipikirkan bersama.”

Wilayah lahan basah, khususnya rawa gambut di Sumatera Selatan, sudah banyak berubah fungsi menjadi perkebunan skala besar, pabrik, hingga infrastruktur.

“Melindungi dan merevitalisasi hutan serta rawa gambut harus cepat dilakukan. Menundanya, membuat bencana besar akibat perubahan iklim akan sulit dibendung,” ujarnya.

 

Exit mobile version