Mongabay.co.id

Banjir Bandang Ulu Rawas, Merendam Ribuan Rumah

Perahu ketek masih menjadi transportasi andalan masyarakat Ulu Rawas, meski kondisi sungai semakin dangkal. Foto: Nopri Ismi/Mongabay Indonesia.

 

 

Ribuan rumah di Kecamatan Ulu Rawas dan Rawas Ulu, Kabupaten Musi Rawas Utara [Muratara], Sumatera Selatan, terendam banjir. Ulu Rawas adalah wilayah penyangga TNKS [Taman Nasional Kerinci Seblat].

“Hujan setiap hari, mulai malam tahun baru hingga hari ini,” kata Dandi, warga Desa Sukomoro, Kecamatan Rawas Ulu, Kabupaten Muratara, Sumatera Selatan, Kamis [11/1/2024] malam.

Selain ribuan rumah dan fasilitas umum seperti sekolah dan kantor desa terendam, beberapa jembatan gantung hancur.

“Jembatan berada di Desa Muara Kuis, Desa Pulau Kidak, Desa Karang Anyar, Kelurahan Muara Kulam, dan Desa Napallicin.”

Sungai Rawas meluap dan membanjiri rumah warga sejak Selasa. Beberapa tiang listrik roboh, sebagian lampu mati. Banyak warga mengungsi ke kerabatnya [rumah panggung] atau naik ke bukit.

“Mereka terisolasi.”

Sebelumnya, Iqbal Ali Syahbana, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah [BPBD] Sumatera Selatan, dikutip dari Kompas, menyatakan banjir di Kabupaten Musi Rawas Utara bukan hanya terjadi di Kecamatan Ulu Rawas dan Rawas Ulu, juga di Kecamatan Karang Jaya, Rupit, Karang Dapo, serta Rawas Ilir. Sekitar 20 ribu rumah terdampak banjir dan delapan jembatan gantung putus.

Berdasarkan data Dinas Pendidikan Kabupaten Muratara, mengutip RMOL Sumsel, sejauh ini  sebanyak 31 sekolah terendam. Sebarannya di Kecamatan Karang Dapo [6 sekolah], Rawas Ilir [5], Rawas Ulu [6], Rupit [10], Ulu Rawas [3], dan Karang Jaya [1].

Baca: Ulu Rawas, Jejak Peradaban Manusia di Sumatera yang Terlupakan

 

Masyarakat Ulu Rawas menggunakan perahu ketek sebagai alat transportasi di sungai Rawas. Foto: Nopri Ismi/Mongabay Indonesia

 

Bukan yang pertama

Banjir bandang akibat meluapnya Sungai Rawas di bagian ulu sudah beberapa kali terjadi, selama 30 tahun terakhir. Berulang setiap 10 tahun.

“Sejak adanya pembukaan hutan untuk perkebunan atau penambangan emas. Tiga banjir terakhir berjarak setiap 10 tahun,” kata Parsin [62], warga Desa Sukomoro, Kecamatan Rawas Ulu, Kamis.

Yang pertama 1992. Kemudian 2004, 2014, dan 2024.

“Banjir sekarang seperti 2004, banyak pohon tumbang.

Baca juga: Parsin, Sang Penjaga Bentang Alam Ulu Rawas

 

Inilah Desa Napal Licin di Ulu Rawas, yang letaknya berbatasan dengan Taman Nasional Kerinci Seblat. Foto: Humaidy Kenedy/Mongabay Indonesia

 

Mongabay Indonesia beberapa kali melakukan kunjungan ke Ulu Rawas. Di Ulu Rawas dan Rawas Ulu terdapat 54 sungai yang bermuara ke Sungai Rawas. Di antaranya Sungai Betuah, Sungai Buluh, Sungai Ratau, Sungai Betung, Sungai Baru, Sungai Tambang, Sungai Beringin, hingga Sungai Keruh.

Kemudian Sungai Kulus, Sungai Semilir, Sungai Senawar, Sungai Kolam, Sungai Muarokuis, Sungai Labi, Sungai Muarokutu, Sungai Karang Tanjung, Sungai Suban, Sungai Muaro Nilaw, Sungai Muaro sepan, Sungai Pelantingan, Sungai Pasir, Sungai Nitap Ulu dan Ilir, juga Sungai Sukomoro.

 

Jalan di Kecamatan Ulu Rawas tidak dapat dilalui kendaraan. Foto: Dok. Dandi/warga Desa Sukomoro, Kecamatan Rawas Ulu, Kabupaten Muratara, Sumatera Selatan

 

Dikutip dari Buku Informasi Taman Nasional Kerinci Seblat [TNKS] tahun 2018, secara administratif, TNKS yang sejak 2004 diakui UNESCO sebagai World Heritage Site atau Situs Warisan Dunia, berada di 14 kabupaten dan dua kota dalam empat provinsi, yakni Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, dan Sumatera Selatan.

TNKS di Sumatera Selatan berada di Kabupaten Musi Rawas dan Kabupaten Muratara [242.313,033 hektar], serta Lubuk Linggau [6.717,833 hektar], atau 17,92 persen dari luas total TNKS [1.389.509,867 hektar].

Desa Kuto Tanjung, Desa Napal Licin, Desa Sosokan, Desa Muara Kuis, dan Kelurahan Muara Kulam yang masuk Kecamatan Ulu Rawas, adalah desa di dalam kawasan TNKS di Kabupaten Muratara.

Ada sekitar 4.000 jenis tumbuhan di TNKS yang 60 persen berada di hutan dataran rendah. Tumbuhan yang mendominasi adalah suku DipterocarpaceaeFabaceaeLauraceae, Myrtaceae, dan Bombacaceae. Tercatat juga, sebanya 300 jenis anggrek, berbagai spesies bambu, kayu manis, rotan, dan edelweis.

Selain itu, terdapat bunga Rafflesia arnoldiiRafflesia hasseltii, dan bunga tertinggi di dunia Amorphophallus titanum, serta flora langka kantong semar [Nepenthes sp.].

 

Sungai Rawas di Ulu Rawas, Kabupaten Muratara, yang meluap. Foto: Dok. Dandi/warga Desa Sukomoro, Kecamatan Rawas Ulu, Kabupaten Muratara, Sumatera Selatan

 

Wilayah purba

Ulu Sungai Rawas, bagian penting dari sejarah peradaban manusia di Sumatera. Diperkirakan, sekitar 4.000 tahun lalu, sudah ada manusia purba yang menetap di Ulu Rawas.

Bukti kehidupan manusia purba ditemukan di Goa Batu, Desa Napal Licin. Goa Batu adalah sebuah goa di sebuah bukit di tepi Sungai Rawas. Tingginya sekitar sekitar 25 meter. Goa ini masuk wilayah TNKS.

Para arkeolog menemukan 13 artefak batu. Satu buah temuan alat masif berupa kapak perimbas [chopper] dengan bagian tajaman melintang.

 


 

Kemudian batu megas [batu berbentuk segi empat] yang terbuat dari batu andesit. Batu ini berbentuk balok dengan panjang 192 sentimeter, lebar 97 sentimeter, dan tebal 42,5 sentimeter. Batu ini berada di sebuah kebun warga di Desa Napal Licin.

“Setiap tahun ribuan orang mengunjungi Goa Batu dan saya turut mendampingi. Pengunjung bukan hanya warga Sumatera Selatan, tapi juga dari Sumatera dan Jawa,” papar Dandi.

 

Mengapa Satwa Liar di TNKS Masih Diburu?

 

Exit mobile version