Mongabay.co.id

Tepung Mocaf yang Membuat Masyarakat Dairi Mandiri

Pohon singkong yang mudah di tanam di berbagai jenis lahan. Foto: Pixabay/Public Domain/idgmart

 

 

Tiomina Silalahi [50] rutin mengolah singkong menjadi tepung mocaf.

Sejak 2022, perempuan penggerak pertanian organik di Desa Hutaimbaru, Kecamatan Siempat Nempu, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara, ini melakukannya secara manual.

“Saya bertani sejak 2017, hanya menggunakan pakai pupuk kandang. Kami mendapat pelatihan membuat tepung mocaf tahun 2021 dan sudah memproduksi sendiri,” terangnya akhir Januari 2023.

Dia mengumpulkan singkong atau biasa disebut ubi kayu hasil panen masyarakat, lalu dibersihkan. Setelah itu dipotong kecil, dihaluskan dengan alat penumbuk hingga menjadi bubur kental.

Berikutnya, proses pengeringan dilakukan, dengan menjemur bubur singkong yang sebelumnya telah disaring, di bawah sinar matahari.

Tepung mocaf dikemas ukuran 1 dan 5 kilogram. Harga per kilogram Rp25 ribu.”

Untuk pemasaran, Tiomina didampingi Yayasan Pengembangan Ekonomi dan Teknologi Rakyat Selaras Alam [PETRASA]. Dia tergabung dalam kelompok yang terdiri 58 anggota.

“Tiomina konsisten membuat tepung mocaf dan juga mengolah menjadi kue atau bolu,” jelas Asef Hutasoit, dari PETRASA.

Tepung mocaf masih diproduksi sesuai kebutuhan, karena masih sedikit yang menggunakan.

“Bekerja sama Dinas Ketahanan Pangan Dairi, tepung ini kami olah juga menjadi keripik. Tantangan sekarang adalah ketika ada permintaan, petani berhalangan memproduksi,” ujar Roida Panggabean, bagian pemasaran PETRASA.

Baca: Singkong, Tanaman “Ajaib” yang Adaptif Terhadap Perubahan Iklim

 

Pohon singkong atau ubi kayu yang tumbuh subur di Indonesia. Foto: Pixabay/Public Domain/idgmart

 

Mocaf singkatan dari Modified Cassava Flour, yaitu produk tepung ubi kayu yang prosesnya memodifikasi sel ubi tersebut sehingga hasilnya berbeda dengan tepung gaplek. Mocaf dapat mengganti kebutuhan tepung gandum yang selama ini masih impor.

Tokoh yang menemukan tepung ini Achmad Subagio, dosen sekaligus Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Jember. Penelitiannya telah dilakukan sejak 2004 hingga 2011. Keunggulan tepung ini adalah teksturnya lembut, tampak lebih putih, dan aroma khas singkongnya hilang.

Berdasarkan penelitian, tepung mocaf memiliki nilai nutrisi yang baik bagi tubuh. Terdapat 360 kalori dalam 100 grm; kalori 0% lemak, 98% karbohidrat, dan 2% protein.

Baca: Kasoami, Makanan Legendaris Buton Berbahan Singkong

 

Singkong dijemur untuk dijadikan tepung dan produk lainnya. Foto: Pixabay/Public Domain/TOMCHIPONGE

 

Tiada lagi mocaf

Selain membuat tepung, Tiomina juga mengolah singkong menjadi keripik/chips. Namun nasib buruk menimpa dirinya, bencana longsor, telah merusak sawah dan lahan masyarakat di Kabupaten Dairi, Oktober 2023.

Tanggul Sungai Lae Nuaha yang jebol menggenani Desa Kalang, Huta Rakyat, Lae Nuaha, Sosorlontung, dan Desa Kabanjulu. Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah [BPBD] Dairi, Oktober-November 2023, curah hujan memicu 19 bencana longsor di 13 kecamatan.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian, Kabupaten Dairi, Robot Simanullang, mengatakan bocornya tanggul mengakibatkan arus sungai sangat deras.

“Untuk rehabilitasi ada di BPBD dan Dinas Pekerjaan Umum karena bencana terjadi di hulu. Irigasi kami yang tangani,” jelasnya melalui telepon, baru-baru ini.

Baca juga: Mengapa Oyek dan Gaplek Jadi Andalan Ketika Kemarau Tiba?

 

Ibu-ibu di Desa Hutaimbaru, Kecamatan Siempat Nempu, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara, terlihat mengolah singkong untuk dijadikan tepung mocaf dan olahan lainnya. Foto: Barita News Lumbanbatu/Mongabay Indonesia

 

Berdasarkan keterangan BPBD Dairi, rusaknya saluran irigasi Gaperhut [Gabungan Petani Pengguna Air Hutaimbaru] di Desa Huta Imbaru, telah merendam 200 hektar sawah warga dan sekitar 300 kepala keluarga kehilangan sumber pangan utama.

“Kami sudah audiensi ke Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan. Sejauh ini belum ada anggaran untuk pemulihan korban maupun pertanian. Warga sendiri, berinisiatif mengumpulkan Rp200 ribu per kepala keluarga untuk memperbaiki aliran air agar tidak menggenangi sawah mereka,” kata Duad Sihombing, Kepala Divisi Advokasi PETRASA.

Sawah dan ladang yang rusak memaksa warga mencari sumber pemasukan lain. Begitu juga Tiomina dan suami, yang untuk sementara waktu beralih profesi demi kebutuhan harian.

“Saya bersyukur, suami jadi “paragat”, ada pemasukan dari menderes pohon aren untuk kebutuhan dapur,” paparnya.

 

Foto: Ubi Hutan Sebagai Bahan Pangan di Samar Kilang

 

Exit mobile version