Mongabay.co.id

Dampak El Nino, Jagung Masyarakat NTT Terancam Gagal Panen

 

 

Perempuan berambut putih itu terlihat tidak bersemangat mengurus kebun jagung di belakang rumahnya.

Anastasia Hanapiah, warga Desa Langir, Kecamatan Kangae, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur [NTT], ini mengaku pasrah. Tanaman jagungnya yang berumur sebulan itu, sebagian besar kering dan layu.

“Jagung sudah pasti gagal panen,” ucapnya, awal Februari 2024.

Biasanya, dia sudah menanam kacang tanah atau kacang hijau saat jagung mulai berbunga di bulan Februari. Namun, saat ini tidak dilakukannya.

“Menurutnya, hujan semakin jarang sejak awal Desember 2023. Kadang sehari hujan setelah itu panas hingga dua minggu, bahkan sebulan.”

Maria Yuvani, warga Desa Habi, Kecamatan Kangae, mengatakan menanam jagung akhir November 2023.

“Jagung saja gagal apalagi kacang hijau. Yang penting sehat dan bisa cari pekerjaan lain.”

Tahun 2023, Yuvani bisa panen enam ribu tongkol jagung di lahan seluas satu hektar. Meski tidak maksimal, dia bersyukur curah hujan masih ada dan jagung bisa dikonsumsi untuk setahun.

Baca: El Nino Tingkatkan Konflik Buaya dan Manusia di Sulawesi Tenggara

 

Jagung yang menjadi tanaman anadalan masyarakat Sikka, NTT, terancam gagal panen akibat terdampak El Nino. Foto: GoranH/Pixabay/Free to use

 

Terdampak El Nino

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sikka, Yohanes Emil Satriawan, mengatakan sebanyak 13 kecamatan penghasil jagung di Sikka dengan luas 3.546,8 ha, terdampak El Nino. Sekitar 489,5 ha rusak ringan, 187 ha rusak sedang, dan 24,5 ha puso.

Luas lahan jagung di Kecamatan Kangae paling besar, yaitu 599 ha.

“Sebanyak 196 hektar rusak ringan dan sedang, atau 32 persen dari total lahan jagung yang ada,” ucapnya.

Total produksi jagung di NTT tahun 2022 [BPS NTT] mencapai 698. 023 ton. Untuk Kabupaten Sikka, produksinya mencapai 29.416 ton, peringkat ke-7 dari 22 kabupaten/kota.

Baca: Kekeringan dan Terserang Hama Ulat Grayak Ancam Produksi Jagung di Sikka. Apa Solusinya?

 

Anastasia Hanapiah warga Desa Langir, Kecamatan Kangae, Kabupaten Sikka, NTT, di lahan jagungnya yang terancam gagal panen. Foto: Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia

 

Kepala Stasiun Klimatologi Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika [BMKG] Kupang Rahmatullaj Adji, mengatakan fenomena El Nino bakal muncul di NTT pada musim hujan 2023/2024. Sesuai pantauan satelit, sebagian besar wilayah masih tanda merah, belum masuk musim hujan.

Suatu wilayah dikatakan memasuki musim hujan jika dalam satu dasarian pertama turun hujan 50 mm atau lebih, lalu diikuti dasarian berikut.

“Tetapi, tidak berarti tidak ada hujan sama sekali di wilayah itu. Sudah terjadi hujan, tetapi hanya sporadis, ringan, sedang, bahkan disertai angin badai, tetapi hanya sebentar,” ucapnya.

BMKG memprediksi, fenomena El Nino di NTT bertahan hingga April 2024 dan membuat musim kemarau terasa lebih panjang dari biasanya. Hujan di NTT biasa terjadi akhir November atau awal Desember tetapi hingga Januari 2024, masih 17 dari 28 zona yang belum memasuki musim hujan.

“El Nino umumnya memberikan dampak berkurangnya curah hujan di wilayah Indonesia dan berpotensi menimbulkan kekeringan meteorologis.”

Baca juga: Rahasia Jagung Manis, Rasa Manisnya Berkurang Jika Terlalu Lama Disimpan

 

Jagung di kebun Maria Yuvani, warga Desa Habi, Kecamatan Kangae, Kabupaten Sikka, NTT, terancam gagal panen akibat El Nino. Foto: Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia

 

Langkah pencegahan gagal panen jagung

Dosen Fakultas Teknologi Pangan, Pertanian dan Perikanan, Universitas Nusa Nipa Maumere, Henderikus Darwin Beja, ada beberapa langkah yang dapat diambil petani untuk mengurangi dampak gagal panen jagung.

Pertama, pengelolaan irigasi efisien, seperti irigasi tetes untuk menyediakan air terukur pada tanaman jagung.

“Ini menjaga tanaman tetap subur dan tumbuh, bahkan jika hujan tidak turun.”

Kedua, pemilihan varietas jagung yang lebih tahan kekeringan. Ketiga, konservasi tanah, seperti penutupan tanah dengan mulsa atau menanam tanaman penutup tanah untuk mempertahankan kelembaban tanah dan mengurangi penguapan.

Keempat, diversifikasi usaha pertanian guna mengurangi risiko gagal panen.

“Petani dapat mempertimbangkan tanaman selain jagung, seperti sorgum dan umbi-umbian yang adaptif pada lingkungan setempat.”

Kelima, konsultasi dengan pakar pertanian atau pemerintah setempat, jika kondisi cuaca sulit berlanjut.

“Melalui kombinasi langkah-langkah ini, petani dapat meningkatkan peluang mengatasi kekurangan air serta meminimalisir dampak gagal panen,” pesannya.

 

Inilah Momala, Jagung Lokal Berwarna Ungu dari Gorontalo

 

Exit mobile version