Mongabay.co.id

Perubahan Iklim dan Peluang Energi Bersih dari Sekam Padi di Sumatera Selatan

 

 

Sumatera Selatan merupakan wilayah di Indonesia yang terdampak perubahan iklim akibat naiknya suhu Bumi sebesar 1,1 derajat Celcius, sejak era revolusi industri. Ini terlihat dari kondisi cuaca yang ekstrem, terjadinya bencana hidrometeorologi, serta menurunnya produksi pangan.

Di sisi lain, Sumatera Selatan yang luasnya sekitar 9,1 juta hektare adalah salah satu daerah penyumbang energi fosil [batubara, minyak bumi, dan gas] terbesar di Indonesia, sementara energi fosil adalah penyumbang emisi terbesar di dunia.

Setiap tahun, sekitar 57 juta ton batubara digali dari Sumatera Selatan. Sekitar satu juta hektare lahan pun disiapkan untuk dieksploitasi batubaranya, yang diperkirakan menyimpan cadangan batubara sebesar 9,3 miliar ton, terbesar kedua di Indonesia.

Indonesia adalah negara yang berkomitmen mengatasi perubahaan iklim global. Salah satu upayanya yaitu menargetkan bauran energi terbarukan sebesar 23% pada 2025 dan 31% pada 2050 [Rencana Umum Energi Nasional]. Sementara, Pemerintah Sumatera Selatan menagertkan bauran energi terbarukan sebesar 21,06% pada 2025 dan 22,56% pada 2050 [Rancangan Umum Energi Daerah].

Berapa potensi energi terbarukan di Sumatera Selatan?

Dinas ESDM [Energi Sumber Daya Mineral] Sumatera Selatan memperkirakan potensi energi terbarukan [listrik] sebesar 21.032 Megawatt [MW]. Tapi, saat ini potensi tersebut baru dimanfaatkan sekitar 963,83 MW atau 4,58%. Potensi energi terbarukan tersebut yakni surya, biomassa, air, dan panas bumi.

Guna mendorong peningkatan wawasan atau pengetahuan masyarakat mengenai pemanfaatan energi terbarukan, IESR [Institute for Essential Services Reform] dan Dinas ESDM Sumatera Selatan menggelar kegiatan “Jelajah Energi Sumatera Selatan” pada 26 Maret-1 April 2024.

Kegiatan tersebut memetakan potensi atau pemanfaatan energi terbarukan di Palembang, Ogan Ilir, Kabupaten Lahan, dan Kabupaten Muaraenim.

Mongabay Indonesia mengikuti kegiatan tersebut dan melaporkan dalam sejumlah artikel. Artikel pertama ini melihat sekam padi sebagai sumber energi biomassa.

***

 

Seorang petugas tengah menunjukan lubang pembakaran sekam padi sebagai bahan baku energi biomassa di PLTBm Buyung Putra Energi. Foto: Eko Prasetyo Jayawisuda

 

Sekam padi adalah sumber energi biomassa yang cukup potensial dikembangkan di Sumatera Selatan. Selain sebagai sumber energi bersih, sekam padi juga berkelanjutan. Selama beras menjadi pangan utama masyarakat Sumatera Selatan, sekam padi terus dihasilkan.

Tapi, hingga saat ini, belum banyak pihak yang memanfaatkan sekam padi sebagai sumber energi, khususnya listrik, di Sumatera Selatan.

Berdasarkan pemetaan yang dilakukan IESR, potensi teknis energi biomassa di Indonesia pada 2021, sebesar 30,73 GW. Sekitar 5 GW atau 16,7% potensi tersebut berada di Sumatera Selatan.

Potensi biomassa di Sumatera Selatan itu selain sekam padi, juga limbah sawit, kakao, kopi, dan akasia,” kata Rizqi M Prasetyo, Koordinator Sub-nasional, Program Akses Energi Berkelanjutan IESR, di sela kegiatan Jelajah Energi Sumatera Selatan.

“Tapi, bisa saja potensi biomassa tersebut jauh lebih besar dari pemetaan kami,” lanjutnya.

Beberapa tahun lalu, pabrik beras PT. Buyung Poetra Sembada [BPS], yang beroperasi di Begayut, Kecamatan Pemulutan, Kabupaten Ogan Ilir, menghadapi persoalan limbah dari pabriknya. Limbah tersebut berupa sekam padi yang mencemari udara dan perairan, sehingga mendapat protes dari masyarakat sekitar.

Guna mengatasi hal tersebut, pada 2018 pabrik yang setiap hari mampu menggiling gabah sekitar 500 ton selama musim panen, membangun Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa [PLTBm] Buyung Putra Energi [BPE] dengan kapasitas terpasang sebesar 3 Megawatt [MW]. PLTBm pertama di Sumatera Selatan yang memanfaatkan sekam padi.

“Target pertama adalah mengatasi limbah dan selanjutnya kemandirian energi yang lebih bersih,” kata Candra Priansyah, Supervisor Operasional PLTBm BPE, Selasa [27/2/2024].

Dijelaskan Candra, dari proses penggilingan padi sebesar 500 ton per hari dihasilkan sekam sekitar 115 ton per hari [23%].

Setiap hari, sekitar 80 ton sekam digunakan PLTBm. “Listrik yang dihasilkan mencapai 2,7 MW guna memenuhi kebutuhan pabrik penggilingan gabah,” ujarnya.

Pabrik beras PT. BPS mendapatkan efisiensi pembayaran listrik ke PLN, yang mencapai 68,18%. Jika sebelumnya setiap bulan membayar biaya listrik sebesar Rp1,1 miliar, sekarang sekitar Rp350 juta per bulan.

Selain itu, mereka juga memproduksi pelet sekam padi.

“Dibuat dari sisa sekam padi yang tidak digunakan atau kelebihan dari bahan baku pembangkit listrik. Tapi, jumlah produksi pelet ini tidak pasti,” jelas Candra. Pelet tersebut dijual ke luar atau tidak digunakan sendiri.

 

Listrik yang dihasilkan PLTBm Buyung Putra Energi sebesar 2,7 Megawatt, hasil dari penggunaan 80 ton sekam padi. Foto: Eko Prasetyo Jayawisuda

 

Potensi energi sekam padi

“Potensi sekam padi di Sumatera Selatan sebagai sumber energi biomassa cukup besar. Ini adalah energi cukup bersih dan berkelanjutan, sebab merupakan limbah dari padi yang merupakan pangan utama masyarakat di Sumatera Selatan. Artinya, selama masyarakat Sumatera Selatan mengonsumsi beras, dipastikan tersedia sekam,” kata Brilliant Faisal, Fungsional Perencana Ahli Madya Bappeda Sumatera Selatan.

Dijelaskan Faisal, data terakhir [2022] produksi gabah kering giling padi di Sumatera Selatan sebesar 2.759.343 ton. Diperkirakan, sekam padi yang dihasilkan sekitar 634 ribu ton [23%]. “Jika sekam tersebut dijadikan bahan energi biomassa bukan tidak mungkin menghasilkan listrik ribuan Megawatt.”

Namun, salah satu gangguan ketersediaan sekam padi adalah perubahaan iklim yang membuat musim panas atau penghujan menjadi ekstrem, sangat mengganggu produksi padi. Selama lima tahun terakhir produksi padi di Sumatera Selatan naik turun akibat kondisi ini.

Tahun 2018 produksi gabah kering sebesar 2.994.192 ton, pada 2019 turun menjadi 2.603.396 ton, lalu 2020 meningkat menjadi 2.743.0641 ton. Pada 2021 produksi menurun menjadi 2.540.944 ton dan kembali naik pada 2022 sebesar 2.759.343 ton.

Dr. Yulian Junaidi dari Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya menyatakan dukungannya pemanfaatan sekam padi sebagai sumber energi listrik.

“Jauh lebih bersih dibandingkan bahan lainnya yang dibakar, seperti limbah sawit.”

Yulian menuturkan, sekam padi sebagai sumber energi biomassa dapat dimanfaatkan pabrik penggilingan gabah, baik pabrik besar maupun kecil, yang berada di pedesaan.

“Selain energinya [listrik] dapat digunakan masyarakat di pedesaan, juga dapat dijual ke PLN.”

Harapannya, kata Yulian, PLN mengizinkan penggunaan listrik dari biomassa sekam padi untuk rumah tangga atau membeli listrik yang dihasilkan.

“Jika izin tersebut diberikan, penggunaan sekam padi akan berkembang pesat di Indonesia, khususnya di Sumatera Selatan,” ujarnya.

Selain PT. BPS yang memanfaatkan limbah pabriknya menjadi energi biomassa, PT. Tanjungenim Lestari Pulp & Paper yang berada di Desa Banuayu, Kecamatan Empat Petulai Dangku, Kabupaten Muaraenim, juga mengembangkan energi biomassa dari limbah pabriknya, berupa kulit kayu dan serbuk gergaji kayu.

Energi listrik yang dihasilkan per hari sebesar 71.520 Kilowatt. Energi ini digunakan untuk operasional pabrik.

 

Menelisik Ancaman Transisi Energi di Indonesia

 

Exit mobile version