Mongabay.co.id

Energi Surya di Sumatera Selatan: Potensi Besar tapi Belum Dimaksimalkan

 

 

Baca sebelumnya: Perubahan Iklim dan Peluang Energi Bersih dari Sekam Padi di Sumatera Selatan

**

 

Potensi energi surya di Indonesia cukup besar, sekitar 7.714,6 GW [Gigawatt]. Sumatera Selatan memiliki potensi energi surya sekitar 17.233 Megawatt-peak [MWp]. Tapi, sebagian besar potensi tersebut belum termanfaatkan. Mengapa?

Pada 2017, menjelang diselenggarakan Asian Games 2018 di Palembang, Pemerintah Sumatera Selatan mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya [PLTS] di sekitar kompleks olahraga Jakabaring, Palembang, yang menjadi lokasi penyelenggaraan pesta olahraga negara-negara Asia.

PLTS dengan kapasitas 2 MW [Megawatt] tersebut menjadi salah satu pemasok listrik penyelenggaraan Asian Games 2018.

PLTS Jakabaring pun berkembang menjadi BUMD [Badan Usaha Milik Daerah] Sumatera Selatan dengan nama PT. Sumsel Energi Gemilang [SEG], yang merupakan proyek hasil kerja sama atau Joint Crediting Mechanism [JCM] antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Jepang yang mencapai US$139 juta. Pembagiannya, sekitar US$83 juta adalah ivestasi pihak swasta Indonesia dan sekitar US$56 juta subsidi dari Pemerintah Jepang.

Pembangunan PLTS tersebut sebagai upaya mewujudkan pembangunan rendah karbon untuk pencegahan perubahan iklim global. Kehadiran PLTS PT. SEG selain menghasilkan listrik, juga mengurangi emisi CO2 sebanyak 1.303 ton per tahun.

“Kami terus bertahan, meskipun pendapatannya masih rendah atau kurang menguntungkan. Kami terus mendukung upaya pemerintah untuk mewujudkan penggunaan energi Zero Emisi pada 2060,” kata Ali Kartili, Manager Operasi PT. SEG, Selasa [27/2/2024].

Dijelaskan Ali, perusahaan yang berada di atas lahan seluas 2,5 hektare ini memiliki lembar photovoltaic dan 8 X 250 KW inverter, serta 2.280 KVA transformator yang sinkron ke sistem jaringan distribusi tegangan menengah 20 KV, milik PT. PLN melalui Gardu Induk New Jakabaring.

“Tapi, produksi maksimal per hari [Pukul 10.00-14.00 WIB] sekitar 1,6 MW. Listrik yang dihasilkan dijual ke PLN. Harganya saat ini Rp899 per KWH. Jadi, sebesar itulah pendapatan kami,” ujarnya.

 

Pembangkit Listrik Tenaga Surya milik PT Sumsel Energi Gemilang [SEG] di Jakabaring, Palembang, berkapasitas 2 MW [Megawatt] terus bertahan. Foto: IESR

 

Tergantung cuaca

Selain harga relatif rendah, perubahaan iklim yang membuat cuaca tidak menentu, mengakibatkan produksi listrik PT. SEG menjadi tidak stabil atau terganggu.

“Ketika matahari sedang peak, bisa mencapai 2 Megawatt. Saat musim hujan hanya sekitar 10 persen dari kapasitas. Selama La Nina [2021-2022] produksi kami sangat rendah, sementara 2023 saat El Nino cukup baik,” lanjutnya.

Dijelaskan Ali, guna mendapatkan hasil maksimal produksi energi bersih, seperti tenaga surya, perlu upaya pencegahan kerusakan lingkungan dan perbaikannya. Sebab, kondisi lingkungan sangat memengaruhi potensi energi bersih.

PLTS milik PT. SEG merupakan contoh pembangkit listrik energi terbarukan skala kecil, yang dapat dikembangkan di Sumatera Selatan.

“Artinya, pelaksanaan Perpres No. 112/2022 tentang Percepatan Pengembangan Energi Terbarukan untuk Penyediaan Tenaga Listrik harus terus didorong sehingga membuat harga pembelian energi terbarukan skala kecil menjadi lebih menarik,” kata Rizqi M Prasetyo, Koordinator Sub-nasional, Program Akses Energi Berkelanjutan, IESR [Institute for Essential Services Reform].

 

PLTS dengan kapasitas mencapai 38 kilowatt peak [kWp] ini mampu menyedot air dari Sungai Enim untuk membasahi 32 hektare persawahan di Desa Karang Raja, Kabupaten Muara Enim, Sumsel. Foto: IESR

 

Membantu persawahan

Setiap kali musim kemarau, para petani di Desa Karang Raja, Kabupaten Muaraenim, mengalami kesulitan air. Mereka terpaksa menyedot air tanah menggunakan pompa air dengan bahan bakar minyak [BBM] untuk mengairi sawah tadah hujan seluas 35 hektare. Penggunaan pompa ini membuat pengeluaran mereka meningkat.

Berdasarkan kondisi tersebut, kelompok petani mendapat bantuan dari PT. Bukit Asam Tbk [PT. BA] untuk membangun PLTS, sebagai tenaga penyedot air dari Sungai Enim menuju persawahan, melalui pipa sepanjang 1,29 kilometer.

PLTS dibangun pada 2021 dan mulai beroperasi Februari 2023. Total kapasitasnya mencapai 38 kilowatt peak [kWp], yang terdiri 76 model. Setiap model berkapasitas 500 Wattpeak [Wp]. Sementara pompa air yang digunakan sebanyak dua unit, berkapasitas 20 liter per detik dengan head mencapai 35 meter.

Air yang disedot lalu ditampung di bak reservoir, yang selanjutnya didistribusikan ke persawahan yang menghidupi sekitar 121 petani, baik pemilik maupun penggarap.

“Selama musim kemarau panjang kemarin [2023] sawah tetap dialiri air, meskipun Sungai Enim menyusut,” kata Meyda [40], seorang penggarap sawah, Jumat [1/3/2024].

Sebelumnya, panen padi di Desa Karang Raja sangat tergantung hujan, sehingga dalam satu tahun bisa panen satu atau dua kali. “Tapi pada 2023, kami panen tiga kali, sebab sawah tidak kekurangan air.”

Namun, tidak setiap saat air disedot dari Sungai Enim.

“Sekarang ini hujan masih ada,” katanya.

 

Setelah adanya PLTS, dalam setahun masyarakat dapat menanam padi sebanyak tiga kali, kata Meyda [40], penggarap sawah di Desa Karang Raja, Kabupaten Muaraenim, Sumsel. Foto: IESR

 

Berdasarkan pantauan Mongabay Indonesia, meskipun PLTS tersebut sangat bermanfaat bagi masyarakat, namun perawatannya tampak kurang baik. Misalnya, permukaan panel tidak dibersihkan dari sampah dedaunan dan ranting pohon.

“Perawatan itu sangat penting. Sebab, bisa mengganggu operasi PLTS atau menurunkan kapasitasnya. Tampaknya, perlu dibangun kesadaran di masyarakat bahwa penggunaan PLTS bukan sebatas kepentingan ekonomi, juga kesadaran penggunaan energi bersih, seperti surya ini. Dengan begitu, rasa memiliki dan tanggung jawab tumbuh baik,” kata Brilliant Faisal, Fungsional Perencana Ahli Madya Bappeda Sumatera Selatan.

PT. Pupuk Sriwidjaja [Pusri], yang selama ini banyak menggunakan energi fosil dalam memproduksi pupuknya, juga berupaya memanfaatkan energi surya. Perusahaan pupuk pertama di Indonesia ini memasang panel surya [PLTS] berkapasitas 110 Kilowatt volt [Kwv], di kantornya di Palembang.

“PLTS ini mampu menghemat hingga 40 persen penggunaan bahan bakar fosil dan juga sebagai persiapan perusahaan mencapai target net zero emisi pada 2060,” kata Yusuf Riza, VP Lingkungan Hidup PT. Pusri, Senin [26/2/2024].

Ira Rihatini, Kepala Seksi Konservasi Energi Dinas Energi Sumber Daya Mineral [ESDM] Sumatera Selatan, mengatakan provinsi ini memiliki potensi energi surya mencapai 17.233 MWp.

“Kami terus mendukung peran masyarakat, swasta, dan industri untuk mengembangkan potensi tersebut,” ujarnya.

Ira berharap, apa yang sudah dipelopori masyarakat [Desa Karang Raja-Muaraenim], swasta [PT. SEG], dan industri [PT. Pusri], dapat menjadi inspirasi atau contoh berbagai pihak untuk mengembangkan energi bersih terbarukan.

 

Asian Games 2018 di Palembang, Transportasi Bersumber Energi Bersih Digunakan

 

Exit mobile version