Mongabay.co.id

Longsor di Kawasan Warisan Budaya Dunia, 2 WNA Meninggal

 

Longsor menimpa satu unit akomodasi, Villa Yeh Baat di kawasan subak dan persawahan Jatiluwih, Kabupaten Tabanan, Bali pada 14 Maret 2024 dini hari. Villa ini terbangun di Kawasan Warisan Budaya Dunia (WBD) yang dikenal dengan istilah Lanskap Budaya Provinsi Bali: Sistem Subak Sebagai Manifestasi Filsafat Tri Hita Karana.

Kawasan subak ini lebih terkenal dengan objek wisata Jatiluwih, berupa terasering lanskap persawahan dengan sistem subak. Namun, kawasan ini hanya salah satu dari WBD yang ditetapkan UNESCO pada 2012.

Daftar lengkapnya terdiri dari Kawasan Pura Ulun Danu Batur 1,4 Ha (Bangli), kawasan pendukungnya (buffer zone) 31 Ha, Danau Batur (Bangli) 1600 Ha, Lanskap Subak dan DAS Pakerisan 529 Ha (Gianyar), Lanskap Subak Catur Angga Batukaru (Tabanan) lebih dari 17.300 Ha, dan Pura Taman Ayun (Badung) 6,9 Ha. Jatiluwih termasuk di Subak Catur Angga Batukaru, kawasan terluas.

Nyoman Sridana Giri, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tabanan mengatakan longsor mengubur satu unit villa yang terbangun di kawasan persawahan dan tebing tanah. Dugaan sementara, penyebabnya saluran irigasi di atas villa jebol dan menggerus tanah dan pohon sekitarnya.

Kedua korban adalah warga negara asing (WNA) yakni Angelina Smith (Amerika Serikat), Luciano (Belanda) ditemukan terkubur dalam posisi di atas tempat tidurnya setelah evakuasi sekitar pukul 06.00 WITA dini hari. “Bersama warga melakukan evakuasi pengangkatan korban timbunan lumpur berjalan lancar,” ujarnya. Kedua WNA menginap pada 13 Maret malam, awalnya disebut tidak berniat menginap sehingga pencatatan identitas belum dilakukan sepenuhnya.

Kedua kartu identitas korban akhirnya ditemukan tim evakuasi. Peristiwa longsor diperkirakan jam 4 dini hari namun baru diketahui sekitar dua jam kemudian. Villa ini terbuat dari kayu dan papan.

baca : Banjir-Longsor di Sumbar, LBH Padang Tuntut Evaluasi Izin Tambang

 

Longsor mengubur villa Yeh Baat di Jatiluwih, Tabanan, Bali. Foto : BPBD Tabanan

 

Sridana mengatakan pada malam hari sebelum longsor, memang ada hujan lebat di kawasan ini. Pihak BPBD juga sudah membuat imbauan peringatan berupa spanduk ancaman longsor ke desa.  “Imbauan sejak Februari, sudah menyebar spanduk desa rawan longsor dan pohon tumbang. Berdasarkan kajian risiko potensinya rawan tanah longsor dan banjir,” jelasnya.

Apalagi lokasi adalah kawasan WBD, menurutnya tidak boleh ada bangunan permanen. “Mengizinkan tidak berani, siapa yang berani memberi izin? Ini kan sawah alam. Para pihak harus tahu apa saja yang boleh, biar tidak semrawut,” harap Sridana. Kedua jenasah masih di dititipkan di Rumah Sakit Prof Dr IGNG. Ngoerah (RSUP Sanglah).

Pada 2012, Badan PBB untuk Pendidikan dan Kebudayaan (UNESCO) menetapkan sistem subak di Bali sebagai warisan budaya dunia. Kawasan WBD ini berada di lima wilayah kabupaten yaitu Bangli, Gianyar, Tabanan, Buleleng, dan Badung. Luasnya lebih dari 19.500 hektar.

Jatiluwih, kawasan sawah berundak di kaki Gunung Batukaru, Kecamatan Penebel, Tabanan kerap  disebut sebagai ikon subak sebagai WBD, karena lanskap terluas. Pasca ditetapkan sebagai WBD, jumlah kunjungan terus meningkat dan dikelola tim khusus.

Asisten Manajer 2 Pengelola Daerah Tujuan Wisata (DTW) Jatiluwih, Gede Made Alitoya Winaya mengatakan lokasi longsor berada dalam kawasan WBD namun aset tanah milik pribadi. Terkait peruntukan tata ruang, ia mengaku tidak bisa berkomentar karena bukan otoritasnya.

Untuk tindak lanjut, ia berharap ada imbauan soal kerawanan bencana. Sementara dari sisi pengelola DTW, ia berharap setiap pengelola properti wisata memastikan tertib administrasi seperti tamunya terdaftar lengkap dengan identitasnya. “Tiap pengunjung yang ke DTW, dikenakan tiket masuk, sudah termasuk asuransi selama menginap kalau ada sesuatu klaim asuransi lebih mudah,” ujarnya.

baca juga : Banjir dan Longsor di Tengah Musim Kemarau, 5 Warga Meninggal Dunia di Bali

 

Material villa dampak longsor yang terjadi di Jatiluwih, Tabanan, Bali. Foto : BPBD Tabanan

 

Saat ini harga tiket untuk WNA Rp40 ribu/orang, akan dinaikkan jadi Rp50 ribu mulai April ini. Sementara domestik tetap Rp15 ribu. Dari keterangan yang dikumpulkannya, tamu villa yang menjadi korban check-in 13 Maret malam saat listrik padam. Awalnya tidak ada rencana menginap sehingga pengumpulan identitas belum dilakukan.

Terkait pengaturan tata ruang dan hasil evaluasi UNESCO, Alit tidak bisa berkomentar karena otoritas pengelola banyak. Menjadi bagian dari WBD, diakui meningkatkan kunjungan kawasan Jatiluwih. Terkait pembangunan fisik, ia mengakui memang ada, namun ini tanggung jawab bersama karena DTW dikelola antara pemerintah kabupaten, desa adat yang mewilayahi lanskap yakni Gunung Sari dan Jatiluwih, dan kelompok subak.

“Bagaimana memberikan pemahaman menjaga kelestarian, bertumpu pertanian alam karena itu yang dicari. Ketika alam rusak, warisan budaya rusak, apalagi yang dicari?’ sebutnya.

Banyaknya turis justru menjadi ancaman bagi masa depan Jatiluwih. Begitu ditetapkan sebagai warisan budaya dunia, Jatiluwih hanya dianggap sebagai daerah tujuan pariwisata, bukan lagi lahan pertanian yang harus dilestarikan. Hal ini dipaparkan di liputan mendalam Mongabay Indonesia sebelumnya

Salah satu konflik adalah adanya protes sejumlah petani karena sawahnya rusak akibat dilalui turis. Misalnya di sawah yang dikelola Wayan Sukanika, anggota Subak Telaga Gede, memasang pagar besi selebar pintu dengan kawat-kawat tajam menutup jalan masuk pematang sawah. “Biar sawah saya tidak rusak gara-gara tamu, Pak,” kata Sukanika pada Juli 2018 lalu.

Hal yang sama dengan cara berbeda juga terjadi pada sejumlah petani lain. Konflik lain adalah soal dampak WBD dan distribusi hasil tiket masuk. Apakah mendorong pelestarian pertanian atau eksploitasi?

baca juga : Kekeringan dan Bencana Iklim: Menakar Aksi Adaptasi dan Ketahanan Iklim di Indonesia

 

Titik lokasi longsor Vila Yeh Baat di Jatiluwih, Tabanan, Bali. Sumber : google maps

 

Dari laporan pemantauan dan evaluasi yang bisa diakses di laman UNESCO sejumlah ancaman yang teridentifikasi pada laporan UNESCO 2023 di antaranya perubahan cara hidup tradisional dan sistem pengetahuan (kerentanan sistem Subak). Selain itu, identitas, kohesi sosial, perubahan populasi dan komunitas lokal (kurangnya dukungan terhadap sistem pertanian tradisional dan manfaat yang memungkinkan petani untuk tetap bertahan di lahan tersebut).

Ancaman lain adalah konversi lahan (perlindungan pengaturan lanskap untuk melindungi sumber air yang menopang sistem Subak), perumahan (tekanan pembangunan), dan tata kelola, sistem pengelolaan/rencana pengelolaan (kurangnya sistem tata kelola yang berfungsi untuk melaksanakan rencana pengelolaan, tidak adanya rencana strategis pariwisata).

Masalah konservasi ini disampaikan kepada Komite Warisan Dunia pada tahun 2023. Pada tanggal 1 Desember 2022, Negara menyerahkan laporan status konservasi, yang tersedia di . Kemajuan sejumlah permasalahan konservasi yang ditangani oleh Komite pada sesi-sesi sebelumnya disajikan dalam laporan ini.

Berikut beberapa komitmen baru itu, yaitu Provinsi Bali adalah mengambil tindakan untuk memperkuat badan pengelola Subak dan Kabupaten Tabanan telah mengeluarkan peraturan untuk membantu petani Subak memaksimalkan produksi padi mereka.

Berikutnya Pemerintah Bali telah memperkenalkan peraturan untuk mendorong penggunaan produk pertanian lokal di hotel dan restoran, serta perusahaan ritel. Dinas Pembinaan Masyarakat Adat Provinsi Bali saat ini sedang melakukan pendaftaran ulang Subak di masing-masing Kabupaten Bali, dan telah memberikan dukungan dana kepada Subak.

Perencanaan rancangan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional terus berjalan dan menjadi bagian dari program penyusunan Peraturan Presiden pada tahun 2023. Panduan teknis untuk Penilaian Dampak Warisan Budaya (HIA) telah diselesaikan pada tahun 2021 dan akan diperbarui agar sesuai dengan panduan revisi yang baru saja dirilis. Rencana Detail Tata Ruang sedang dipersiapkan di beberapa kabupaten. Tidak ada rencana pengembangan yang berpotensi berdampak pada Nilai Universal Luar Biasa (OUV) di properti atau zona penyangganya.

Selain longsor, pada pekan ini di Bali juga ada belasan kejadian pohon tumbang di sejumlah kawasan terutama bebukitan.

baca juga : Penelitian: Wilayah Kepulauan Diperkirakan Lebih Tahan pada Dampak Bencana Global

 

Infografis bencana banjir dan longsor di Sumatera Barat. Sumber : BNPB

 

Siaga Satu Bencana

Abdul Muhari, Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB memaparkan situasi terbaru kebencanaan di Indonesia, saat ini siaga satu bencana banjir dan longsor.

Bencana dengan korban terbesar di Sumatera Barat, lebih dari 27 orang meninggal, beberapa warga masih dalam pencarian karena banjir bandang.

Ada 39 kejadian bencana pada pekan ini paling signifikan di Sumatera Barat dengan 12 kabupaten/kota terdampak. Per 13 Maret, ada 27 meninggal karena longsor dan 5 masih hilang. Terkonsentrasi di Kota Padang lebih dari 3.700 mengungsi dengan lebih 35 ribu orang terdampak. Kota Solok lebih dari 230 rumah terendam, lebih 800 orang terdampak.

“Ini jumlah korban cukup signifikan dari satu kejadian,” urainya dalam disaster briefing, 14 Maret 2024 secara daring. Kawasan Pulau Jawa juga mengalami cuaca ekstrem dan banjir, lainnya Maluku dan Sulawesi Utara.

Menurutnya bulan ini harusnya penghujung musim hujan, tapi beberapa minggu ke depan intensitas hujan awan masih teridentifikasi dari Samudera Hindia ke Pasifik. Fenomena The Madden–Julian oscillation (MJO) adalah elemen terbesar dari variabilitas intramusiman (30 hingga 90 hari) di atmosfer tropis. Ditemukan pada tahun 1971 oleh Roland Madden dan Paul Julian dari Pusat Penelitian Atmosfer Nasional Amerika (NCAR) Median, MJO, median dinamika atmosfer yang menyebabkan peningkatan curah hujan.

Masih ada indikasi aktif MJO sampai sekitar 20 Maret 2024. Lalu kembali beberapa bulan berikutnya. Abdul menjelaskan, pada pertengahan Februari tren berubah, karena banjir berkurang tapi puting beliung meningkat yang tidak diawali musim hujan. Gelombang Kelvin dan Rossby menambah ketebalan curah hujan seminggu terakhir.

Potensi curah hujan dominan di bagian selatan Indonesia pada pekan ini. BMKG mengeluarkan peringatan cuaca hujan tinggi di Jawa, Bali, NTT. Abdul mengingatkan perlu memahami perbedaan peringatan dini dan perkiraan cuaca. Peringatan dini misalnya cuaca ekstrem dengan intensitas tinggi misal lebih dari 100 milimeter per jam. Untuk itu perlu melakukan sesuatu, misalnya evakuasi.

Berbeda dengan perkiraan cuaca, seperti hujan intensitas sedang dan lebat. Ini fenomena alami. “Narasi ini perlu diperjelas sehingga kesiapsiagaan terwujud,” harapnya. (***)

 

 

Bencana Terus Meningkat, Bagaimana Upaya Mitigasi dan Adaptasi?

 

Exit mobile version