Mongabay.co.id

Bubut Besar, Burung yang Dianggap Antara Ada dan Tiada

 

 

Bubut besar [Centropus sinensis] merupakan burung berukuran hingga 52 cm, yang memiliki ekor panjang dan tubuh lebih besar dibanding jenis lainnya.

Ciri utamanya adalah memiliki corak bulu yang didominasi warna hitam, mulai dari kepala hingga ekor dan kaki. Sementara sayapnya berwarna cokelat. Matanya besar merah menyala.

Burung ini hidup di hutan hingga ketinggian 800 m dpl. Atau, wilayah dekat sungai maupun hutan mangrove. Pakan utamanya adalah ulat, belalang, kumbang, katak, kadal, dan satwa kecil lain.

Bubut besar tergolong dalam Suku Cuculidae yang memiliki khas tubuh ramping memanjang, serta sayap dan ekor panjang.

 

Bubut besar yang kehadirannya kadang sering terlewatkan. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Bali Wildlife dalam situsnya menjelaskan, bubut besar tersebar di Asia seperti India, China dan di Asia Tenggara. Di Indonesia, habitatnya tersebar di Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Bali.

Selain bubut besar, di Indonesia terdapat jenis lainnya yaitu bubut goliath [Centropus goliath], bubut alang-alang [Centropus bengalensis], bubut jawa [Centropus nigrorufus], dan bubut teragop [Centropus rectunguis]

 

Bubut besar memiliki ciri tubuh besar hingga 52 cm. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Cerita bubut di masyarakat

Masyarakat Aceh memiliki cerita tentang burung yang dinamai Got-got itu. Dekatnya dengan kehidupan masyarakat, membuatnya dimasukkan dalam syair lagu.

Misbah, warga Kabupaten Aceh Besar, Aceh, mengatakan sejauh ini bubut masih mudah ditemui.

“Saya sering melihatnya di kebun, atau minimal mendengar suaranya. Biasanya pindah dari satu pohon ke pohon cengkih lain,” terangnya Misbah, awal Maret 2024.

Bubut besar juga terlihat mencari makan di pepohonan dekat permukiman penduduk.

“Kicaunya biasa terdengar saat pagi,” katanya.

 

Bubut besar tersebar luas di Asia. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Heri Tarmizi, pemerhati burung di Aceh mengatakan, ancaman terbesar bubut besar adalah kehilangan habitat.

“Terlebih, hidupnya di pinggir hutan, semak belukar, dan hutan mangrove,” ujarnya, Rabu [6/3/2024].

Penggunaan pestisida di perkebunan dan pertanian, yang menyebabkan pakannya terkontaminasi racun, berdampak juga pada jenis ini.

“Harus diingat, bubut bukan hama. Justru, ia pengendali hama di perkebunan dan pertanian masyarakat karena makanan utamanya adalah ulat, belalang, kumbang, dan binatang kecil lain. Biarkan ia hidup, jangan diganggu,” jelasnya.

 

Bubut besar merupakan satu dari beberapa jenis bubut di Indonesia. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Hasri Abdillah, pengamat dan peneliti burung di Sumatera Utara dan Aceh, menjelaskan bahwa bubut besar jarang mendapat perhatian dari banyak pihak.

“Burung ini dianggap biasa karena sering ditemukan di sekitar permukiman penduduk, sehingga tidak menarik bagi banyak peneliti. Kehadirannya dianggap antara ada dan tiada,” ujar Hasri yang terlibat survei dan penelitian burung sejak tahun 2010.

Saat ini, statusnya di IUCN adalah Berisiko Rendah.

“Hal tersebut karena populasinya dianggap tidak mendekati batas rentan,” jelasnya, Kamis [21/3/2024].

 

Mengenal Burung Bubut Jawa yang Semakin Langka

 

Exit mobile version