Mongabay.co.id

Daging Paus Sperma Mati Dikonsumsi Warga, Apakah Tidak Berbahaya?

 

 

Seekor paus ditemukan mati di perairan Desa Delaki, Kecamatan Pantar Tengah, Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur [NTT], Selasa [2/4/2024]. Paus itu menjadi rebutan warga untuk dikonsumsi dagingnya.

Dikutip dari kupangtribunnews, Bernad Liwang, warga Desa Delaki, yang pertama kali mengabarkan penemuan bangkai tersebut melalui media sosial, menyatakan tidak mengetahui penyebab kematiannya.

“Perkiraan kami, paus ini sejenis lumba-lumba. Matinya di tengah laut dan kami bawa ke pinggir pantai. Kejadian ini sudah dilaporkan ke pemerintah setempat,” ujarnya.

Kepala Kantor Cabang Dinas [KCD] Dinas Kelautan dan Perikanan [DKP] NTT, Wilayah Kabupaten Alor, Muhammad Saleh Goro kepada Mongabay, Rabu [3/4/2024] membenarkan hal tersebut.

Saleh menjelaskan, paus itu merupakan jenis paus sperma [Physeter macrocephalus]. Panjang 8 meter dan lebar 2,10 meter, beratnya perkirakan 6 ton. Paus ini pertama kali ditemukan tiga nelayan Desa Delaki bernama Anderias Lau, Anton Mateus Lau, dan Isak Wayang.

“Paus sudah mati pada Senin [1/4/2024] sekitar pukul 14.00 WITA. Ditarik ke pantai pada Selasa, sekitar pukul 9.30 WITA. Masyarakat lalu datang memotong dan mengambil dagingnya,” tuturnya.

Saleh mengatakan, Satuan Unit Organisasi Pengelola [SUOP] Kawasan Konservasi Taman Perairan Kepulauan Alor, baru mendapat laporan Selasa, sekitar pukul 10.00 WITA, oleh pengurus Karang Taruna Desa Delaki.

 

Seekor induk paus sperma bersama anaknya terlihat di laut lepas. Foto: Wikimedia Commons/Gabriel Barathieu/CC BY-SA 2.0

 

Jangan dikonsumsi

Sesuai Standar Operasional Prosedur [SOP] KCD DKP Provinsi NTT, dijelaskan seharusnya paus tersebut dikubur.

“Namun, masyarakat telanjur mengambil dagingnya sehingga disarankan agar berhati-hati mengkonsumsinya,” lanjut Saleh.

Dia menjelaskan, dari penampakan kulit, paus tersebut sudah masuk kode 3 kejadian terdampar. Artinya, dikhawatirkan ada daging membusuk dan mengandung bakteri yang bisa mengganggu kesehatan bagi yang memakannya.

“Kedepan, apabila menemukan kejadian paus terdampar, diharapkan masyarakat bisa melaporkan ke SUOP Kawasan Konservasi untuk penanganannya. Apalagi, paus, lumba-lumba, dan dugong telah ditetapkan sebagai target konservasi dari Kawasan Konservasi Taman Perairan Kepulauan Alor.”

Efek samping mengkonsumsinya bisa mengakibatkan kematian.

“Kita berkaca dari kejadian di Tanzania, bangkai penyu terdampar yang dikonsumsi menyebabkan kematian bagi yang memakannya,” terangnya.

 

Warga Desa Delaki, Kabupaten Alor, NTT, mengambil daging pus sperma mati untuk dikonsumsi. Foto: Dok. Bernad Liwang

 

Virus dan bakteri

Dalam buku Pedoman Penanganan Mamalia Laut Terdampar yang diterbitkan Kementerian Kelautan dan Perikanan [KKP] dijelaskan, kode kejadian terdampar berupa nomor, digunakan untuk membedakan atau menandai mamalia laut berdasarkan tampilan fisik.

Kode 3 menandakan mamalia laut mulai membusuk. Cirinya, tubuh mulai bengkak dan tercium bau busuk.

“Pada tubuh mamalia laut terdampar dengan kode 2-5, terdapat banyak jenis viru dan bakteri  pada bangkai,” jelas panduan tersebut.

Menyentuh mamalia laut mati sangat tidak disarankan, terutama bagi perempuan hamil, anak-anak, dan orang yang mengalami luka di tubuh. Alasannya, minyak yang terkandung dalam jaringan tubuh paus sperma berbahaya bagi manusia dan hewan peliharaan.

“Daging paus sperma juga berefek pencahar pada manusia dan anjing jika dikonsumsi,” terang panduan tersebut.

Opsi penanganan bangkai [disposal] paus sperma yang dapat dilakukan adalah ditenggelamkan di laut lepas [sea burial], dibakar, serta ditanam di tanah atau di pantai [land burial].

 

Seekor Paus Sperma Terdampar di Alor. Bagaimana Penanganannya?

 

Exit mobile version