Mongabay.co.id

Hidden Gem Pulau Paus: Surga Snorkeling Tempat Karang Endemik di Timur Bali

 

Sebuah pulau kecil berbentuk lucu, dengan semburan air dari bagian tengah pulau. Mirip paus yang sedang bernafas. Itulah yang nampak dari kejauhan dari pulau yang terkenal dengan sebutan Pulau Paus ini. Bahkan di peta, di-tag dengan Pulau Paus.

Padahal nama aslinya Gili Kuan, berada ujung timur Pulau Bali, tepatnya di Kabupaten Karangasem. Semburan oksigen ini, setelah mendekat baru menunjukkan diri sebuah pohon. Terakhir dikunjungi pada akhir Februari 2024 lalu, pohonnya sudah layu dan belum nampak ada penggantinya.

Apakah Pulau Paus ini bisa disebut pulau? Menurut UNCLOS (Konvensi PBB tentang Hukum Laut). pulau adalah 1) daratan yang terbentuk alami, 2) dikelilingi oleh air, dan 3) selalu muncul di atas permukaan laut bahkan ketika pasang. Sejumlah warga dan nelayan sekitar menyebut pulau ini tak pernah tenggelam oleh pasang laut.

Tak sulit menjelajahi pulau ini karena beberapa nelayan masih aktif bekerja di pesisir Candidasa, kawasan wisata yang dekat dengan akses pulau ini. Salah satunya Nyoman Sudarma. Ia kerap duduk di pos nelayan bersama rekannya. Ia memiliki perahu bermotor untuk aktivitas bahari seperti memancing, mencari ikan, dan mengantar snorkeling atau diving.

Baca : Berenang Bersama Lumba-lumba: Tren Baru Wisata di Bali Utara

 

Gili Kuan yang lebih dikenal dengan Pulau Paus, yang berada ujung timur Pulau Bali, Kabupaten Karangasem. Foto : Putu Aditya Nugraha

 

Ia menawarkan snorkeling dan berkeliling pulau dengan biaya Rp600.000 untuk maksimal 7 orang dalam satu perahu. Sudah termasuk alat seperti fin, life jacket, dan snorkel. “Saya harus menyewa alat-alat ini ke tempat diving,” katanya saat tawar menawar harga. Setelah harga disepakati, ia mencatat ukuran peralatan tiap orang.

Waktu terbaik untuk mulai wisata bahari dan eksplorasi Pulau Paus adalah dini hari sebelum matahari terbit. Kami berjanji bersua di pos nelayan sekitar jam 5 pagi. Sunrise tentu saja waktu terbaik di sisi timur pulau Bali.

Sudarma mengatakan cuaca sedang baik, arus dan gelombang laut sedang bersahabat. Dengan sekali dorong, perahunya sudah siap berlayar. Ada enam orang dalam perahu yang bersiap snorkeling. Baru berlayar lima menit saja, pemandangan menakjubkan menyeruak dari tengah laut. Gunung Agung, gunung berapi tertinggi dan masih aktif di Bali ini sudah menyembul di balik awan.

Beberapa atol –karena mungkin belum bisa disebut pulau– juga berjejer dengan latar belakang bebukitan Karangasem. Nyiur pohon kelapa masih cukup banyak di pesisir ini, walau jauh berkurang dari 10-20 tahun lalu. Pesisirnya hanya sepotong-sepotong karena abrasi begitu parah menghantam Candidasa. Karang-karang kokoh yang menjaga gelombang sudah puluhan tahun lalu ditambang sebagai bahan bangunan oleh warga sekitar.

Makin menjauh dari pesisir, Pulau Bali mulai terlihat di bagian timurnya yang menyerupai buntut ayam  jika dilihat di peta. Pembangunan kompleks villa yang sedang berkonflik di Desa Bugbug juga terlihat dengan leluasa karena berdiri di tebing bukit menghadap samudera. Karena lanskap inilah investor villa dari luar negeri ini mau menyewa tanah desa adat selama puluhan tahun. Cerita konflik pembangunan fasilitas pariwisata ini sudah diulas di Mongabay Indonesia sebelumnya.

Sekitar 30 menit kemudian, matahari sudah memberkaskan cahaya jingganya. Sudarma mengelilingi beberapa atol dan Pulau Paus untuk menikmati matahari terbit lebih dahulu. Pulau Paus ini sangat sunyi, jika mendarat, akan dengan mudah dikelilingi dengan jalan kaki. Hanya ada rumput dan tumbuhan semak.

Baca juga : Amed-Seraya, Duo Keunikan Pesisir di Ujung Timur Pulau Bali

 

Wisatawan menikmati sunrise di sekitar Pulau Paus, Karangasem, di pesisir timur Bali. Foto : Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia

 

Di review Google Maps, Pulau Paus ini cukup banyak diberi bintang. Ada puluhan foto dari drone atau jarak dekat, karena ada turis yang terlihat menanam pohon kelapa di pulau ini. Nampaknya mereka ingin mengembalikan bentuk semburan udara “paus” ini.

Dwi, salah seorang reviewer menulis, pulau Paus alias Gili Kuan yang terletak 700-800 meter selatan Bukit Asah, akses ke sini mesti menggunakan perahu dari pantai Bias Putih. “Pertama kali saya menginjakkan kaki di sini saat upacara melaspas pelinggih di sana yang baru habis direnovasi pada Purnama sasih kesanga 12 Maret 2017. Awalnya saya hanya motret dengan drone pada 12 Maret 2016.” Ia menyisipkan sejumlah foto ciamik dengan drone-nya.

Pantai Bias Putih atau yang populer dengan virgin beach memang spot populer di dekat pulau. Lebih banyak perahu nelayan ditambatkan di sini karena pantainya masih cukup leluasa menambatkan perahu. Namun ini bukan satu-satunya akses ke Pulau Paus. Juga bisa dari Pantai Candidasa, terlebih jika menginap di deretan akomodasi kawasan ini.

Reviewer lain misalnya Kade Mas. Ia mendeskripsikan, “Pulau yang menyerupai Ikan Paus dan tempat yang sangat bagus dipakai untuk spot memancing.”

Memancing memang salah satu rekomendasi selain snorkeling dan diving. Di perahu kami tidak ada yang tertarik memancing walau ditawarkan oleh kapten kapal karena waktu yang dimiliki cukup pendek, hanya untuk snorkeling. Sedangkan perahu lain, rekan Sudarma, terlihat mendapat ikan tenggiri berukuran cukup besar sekitar 5 kg hanya dengan memancing beberapa menit dengan tali senar.

Baca juga : Cerita Surga Bawah Laut Buton dan Sustainable Diving Green Fins

 

Wisatawan menikmati snorkeling di sekitar Pulau Paus, Karangasem, di pesisir timur Bali. Foto : Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia

 

 

Puas menikmati matahari terbit, kami bergegas turun untuk snorkeling. Air cukup jernih, kedalaman sekitar 10-15 meter masih bisa melihat sejumlah karang hidup dengan berbagai jenis ikan. Bahkan sebuah karang raksasa, mirip puncak gunung es di bawah laut dipenuhi berbagai jenis soft dan hard coral. Kerumunan ikan hias jauh lebih besar di kawasan karang raksasa yang puncaknya cukup dangkal ini. Sayangnya kami tidak ada yang membawa kamera underwater.

Sudarma juga mengajak pindah ke titik-titik snorkeling lain di sekitar pulau. Ia benar, kawasan inilah yang masih bisa memiliki terumbu karang yang tersisa. Karena pesisirnya hanya menyisakan koral mati.

 

Spesies Baru Terumbu Karang

Pesisir Candidasa ini sedang dalam pertaruhan, apakah mampu resilien, bangkit kembali dari kerusakan ekologi dampak abrasi dan perusakan oleh manusia di masa lalunya. Masih ada beberapa titik yang menjadi spot wisata diving selain Pulau Paus, ada blue lagoon Padangbai.

Di kawasan inilah, peneliti pernah menemukan Euphyllia baliensis sp., demikian spesies baru terumbu karang yang ditemukan dalam sebuah penelitian untuk memetakan potensi kelautan Bali yang dilaksanakan sejak tahun 2011 lalu.

“Saat itu saya bersama teman-teman melakukan sebuah survey kelautan komprehensif, seluruh Bali kita petakan, sehingga kita mendapatkan informasi yang sangat menarik. Ternyata, hasil penyelaman kita, kita menemukan spesies terumbu karang baru di Bali yang berjenis karang keras, satu satunya spesies karang yang bisa memproduksi pasir,” kata peneliti dari Conservation International  Indonesia, Ketut Sarjana Putra saat itu pada Mongabay Indonesia.

Euphyllia baliensis disebut memiliki bentuk yang sangat unik, mirip seperti bentuk bunga kamboja. Bunga kamboja adalah salah satu jenis bunga yang populer di Bali, digunakan untuk berbagai kegiatan termasuk ritual. “Karena bentuknya yang sangat unik, dan prototipe dengan jenis bunga jepun, underwater, jadi kami sepakat beri nama Bali,” ujar Sarjana.

Baca juga : Ada Derita di Balik Keindahan Foto Bawah Laut

 

Euphyllia-baliensis, spesies baru terumbu karang yang ditemukan pada 2011 lalu di perairan Candidasa, Karangasem, Bali. Foto : Vincent Chalias/Reef Builders

 

Euphyllia baliensis memiliki beberapa karakter morfologi yang berbeda dengan jenis karang lainnya dari genus euphyllidae. E. baliensis memiliki corallites relatif lebih kecil (diameter rata-rata 3 mm), dengan cabang yang lebih kurus, pendek dan sedikit terklasifikasi. Memiliki tentakel yang tumpul, berwarna merah gelap hingga cokelat dengan bagian dasar berwarna agak kehijauan ujung berwarna krem.

Menurut Sarjana Putra, jenis karang baru ini hanya dijumpai pada kedalaman 27 – 37 meter di perairan sekitar Padangbai-Candidasa.

Tak hanya ikon Pulau Paus, ada juga shark cave atau goa hiu di sekitarnya yang kerap dieksplorasi penyelam. Misalnya, dikutip dari laporan di lamannya, Mahasiswa Pecinta Alam “Wanaprastha Dharma” Universitas Udayana Tim pada 2021 menyelam menyusuri wall dengan arus yang sedang. Gua ditemukan setelah melewati wall dan belok ke sebelah kiri. Gua ini memiliki tinggi kurang lebih 12 meter dengan panjang gua kurang lebih 30 meter. Biota laut yang ditemukan sangat berbeda dengan dive spot yang lain, yaitu hiu karang putih (whitetip reef shark). Hiu yang ditemukan tim sekitar 6 ekor dengan berbagai ukuran. (***)

 

 

Ada Masalah Serius di Balik Indahnya Kepulauan Togean

 

 

Exit mobile version