Mongabay.co.id

NTT Endemik Demam Berdarah, Bagaimana Penanganannya?

 

 

Provinsi Nusa Tenggara Timur [NTT] merupakan wilayah endemik Demam Berdarah Dengue [DBD]. Setiap tahun, selalu ada daerah yang masuk kategori kejadian luar biasa, yaitu status yang diterapkan di Indonesia untuk mengklasifikasikan peristiwa penyakit merebak dan dapat berkembang menjadi wabah.

Kabupaten Sikka adalah daerah endemik DBD. Tahun 2020, kejadiannya mencapai 1.816 kasus, dengan korban 16 jiwa. Pada 2023 terjadi 822 kasus dan 2024 hingga 3 April, sudah ada 323 kasus dengan 3 anak meninggal dunia.

“Sejak 2021, kelompok umur 5 hingga 15 tahun, menempati urutan teratas,” jelas Plt Kadis Kesehatan Kabupaten Sikka, Petrus Herlemus, Rabu [3/4/2024].

Penjabat Bupati Sikka Adrianus Firminus Parera kepada mengatakan sudah mengeluarkan imbauan kepada masyarakat.

“Edukasi dan sosialisasi sudah dilakukan berulang, tetapi kasusnya selalu tinggi. Kita harus  memperkirakan faktor lain penyebabnya,” ucapnya, Jumat [5/4/2024].

 

Nyamuk Aedes aegypti yang menyebabkan penyakit DBD. Foto: Wikimedia Commons/Centers for Disease Control and Prevention_Gathany/Public Domain

 

Direktur RS TC Hillers Maumere, dr. Clara Yosefina Francis, sebelumnya menjelaskan penyebab menjangkitnya kasus DBD yaitu akibat musim pancaroba, hujan dan panas bergantian.

“Pencegahannya, lakukan 4M yaitu menguras wadah air, menutup rapat wadah air, mengubur barang bekas, dan memantau wadah air yang berpotensi tempat perindukan nyamuk. Jika badan anak panas, harus banyak minum dan diberi obat penurun panas. Segera bawa ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat atau dokter keluarga,” jelasnya, Selasa [20/2/2024].

Clara menyarankan, warga dapat menanam tumbuhan penangkal nyamuk. Selain itu, secara rutin bersihkan tempat penampungan air dan bisa juga pelihara ikan pemakan jentik.

“Kasus DBD meningkat saat musim hujan karena banyak saluran air tidak berfungsi yang menyebabkan air tergenang. Botol-botol plastik yang dibuang sembarangan juga, saat musim hujan akan menjadi wadah berkembangbiaknya nyamuk,” ungkapnya.

Sebagai catatan, kejadian DBD di NTT pada 2023 sebanyak 2.126 kasus, dengan 12 kematian.

 

Tumpukan sampah dan genangan air di muara kali mati Kelurahan Kabor, Kota Maumere, Kabupaten Sikka, Provinsi NTT. Foto: Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia

 

Nyamuk wolbachia

Kementerian Kesehatan menempuh langkah mengatasi DBD dengan menebar nyamuk wolbachia di Kupang, Oktober 2023.

Dikutip dari Kemkes.go.id, metode ini dapat melumpuhkan virus dengue pada nyamuk Aedes aegypti penyebar DBD, guna mencegah penularan pada manusia.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menjelaskan, wolbachia merupakan bakteri yang dapat tumbuh alami di serangga, terutama nyamuk.

“Bakteri wolbachia dimasukkan ke telur nyamuk agar tidak menularkan virus,” ungkapnya.

Telur-telur nyamuk wolbachia didistribusikan dari Universitas Gadjah Mada [UGM] Yogyakarta, yang diternakkan oleh program studi Entomologi, Fakultas Biologi.

Khusus Kecamatan Oebobo, Kota Kupang, kebutuhan per minggunya sebanyak 700 ribu telur nyamuk, sementara Kota Kupang butuh 2,6 juta telur.

“Diharapkan dalam satu tahun jumlah populasinya sampai 80 persen dari populasi nyamuk Aedes aegypti,” terangnya.

 

Kantong telur nyamuk wolbachia yang dikembangkan di UGM. Foto: Nuswantoro/Mongabay Indonesia

 

Budi menjelaskan, teknologi Wolbachia merupakan hasil penelitian UGM dan dipakai di negara Brasil, Vietnam, dan Australia. Implementasinya bukan mengurangi jumlah, tapi memperbanyak nyamuk yang mengandung bakteri Wolbachia.

“Semoga kasusnya menurun,” paparnya.

Penjabat Gubernur NTT Ayodhia G.L.Kalake mengatakan, semua kabupaten/kota di NTT merupakan daerah endemik dan setiap tahunnya selalu ada KLB.

“Dipilihnya Kota Kupang, diharapkan dapat meningkatkan pemahaman masyarakat NTT tentang Wolbachia,” jelasnya.

 

Nyamuk Wolbachia, Harapan Baru Atasi Demam Berdarah

 

Exit mobile version