Mongabay.co.id

Beban Besar si Ikan Kecil: Rahasia Ekosistem Terumbu Karang

 

Mungkin selama ini perhatian Kita hanya tertuju pada ikan-ikan besar, yang nasib hidupnya terancam seperti hiu paus, lumba-lumba atau perenang cepat hiu putih. Padahal eksistensi mereka bertumpu pada keberadaan ikan-ikan kecil yang berperan menghidupkan ekosistem terumbu karang.

Para ilmuwan telah lama berusaha memahami bagaimana terumbu karang dapat mendukung kehidupan ragam jenis ikan yang melimpah meskipun lokasinya berada di perairan yang miskin nutrisi. Dalam beberapa jurnal menunjukkan bahwa ikan kecil ini memainkan peran penting sekaligus memasok pakan alami secara berkelanjutan di lautan.

Meski demikian, siklus hidup ikan-ikan kecil begitu singkat. Umurnya tidak lebih dari 65 hari. Bernasib mati muda dan terabaikan.

“Semula para ilmuwan bingung ihwal terumbu karang sejak selama. Mereka bertanya-tanya bagaimana ekosistem laut begitu produktif dan beragam jenis ikan dapat bertahan hidup di tempat yang pada dasarnya adalah gurun di laut,” kata Simon Brandl, Ahli Ekologi Terumbu Karang  di Simon Fraser University di Burnaby, Kanada.

Sampai akhirnya, para ilmuwan menemukan jawabannya. Ternyata, ikan-ikan kecil yang hidup di dasar laut itulah yang menjalankan fungsi penting sebagai bagian dari rantai makanan pada ekosistem terumbu karang. Mereka membuat ekosistem terumbu karang menjadi lebih hidup sebagai penopang kehidupan laut.

“Ikan-ikan ini seperti permen. Panjangnya tidak lebih dari 2 hingga 3 sentimeter. Mereka adalah kumpulan energi kecil berwarna-warni yang akan segera dimakan oleh organisme terumbu karang yang dapat menggigit, memegang, atau menyeruputnya,” ungkapnya.

Baca : Ikan Kecil Ini Memiliki Pertahanan Diri Luar Biasa

 

Sejumlah ikan kecil diantara jenis terumbu karang meja (acropora) di perairan Manado, Sulut pada 2013. Foto : Wisuda/Mongabay Indonesia

 

Ikan-ikan karang kecil atau disebut kriptobentik. Mereka disebut ikan “kriptobentik ” karena hidup di dasar laut dan sering bersembunyi di celah-celah terumbu karang. “Kripto” berasal dari bahasa Yunani yang berarti “tersembunyi”.

Jenis ikannya seperti ikan gobi, blennies yang ukurannya memang paling kecil dari semua vertebrata laut. Kriptobentik tidak akan pernah mencapai 1 inci dan beratnya hampir tidak ada.

Saking kecilnya ukuran tubuh mereka sampai memancing rasa penasaran Brandl. Demi mengetahui seberapa banyak ikan-ikan kecil ini, dia dan rekannya memasang 58 jaring berbentuk lonceng di atas karang-karang di Belize, Polinesia Prancis, dan Australia.

“Saya terpesona dengan jumlah dan keragamannya,” kenangnya. Sekitar 3.000 spesies telah diketahui, dan diperkirakan masih ada 1.000 spesies lagi.

Berdasarkan hitung-hitungan mereka, ikan kriptobentik menyumbang hampir 60% biomassa yang dikonsumsi di terumbu karang. Menariknya ikan ini dapat bereproduksi hingga tujuh generasi dalam setahun.

“Kriptobentik melakukan satu hal dengan sangat baik: dimakan,” kata Brandl.

Baca juga : Ikan Karang Kecil ini Ditemukan 70m di Kedalaman Samudera

 

Ikan Blenniella periophthalmus, atau blue-dashed rockskipper yang berukuran sekitar 3 cm yang bersembunyi di lubang terumbu karang. di perairan Pulau Kume Jima, Okinawa, Jepang. Foto : Klaus Stiefel via flickr

 

Selama puluhan tahun, mereka mengamati bagaimana kriptobentik berkontribusi pada penghuni terumbu karang. Dan ternyata peran mereka sangat vital sebagai “bahan baku” penyedia rantai makanan.

“Kami menemukan bahwa larva ikan kriptobentik benar-benar mendominasi komunitas larva ikan di dekat terumbu karang. Mereka seolah menyediakan generasi baru ikan kecil secara terus menerus sebagai sumber makanan bagi makhluk terumbu karang lainnya,” kata Carole Baldwin, salah satu penulis dalam penelitian ini dan kurator ikan di Smithsonian’s National Museum of Natural History, Washington D.C., Amerika Serikat.

 

Ancaman

Akan tetapi ketika kondisi terumbu karang mengalami penurunan signifikan, komunitas ikan kecil ini berada dalam bahaya. Para peneliti berharap adanya pemahaman yang lebih baik tentang ikan-ikan kecil ini. Terutama soal bagaimana berkontribusi mereka sebagai fondasi yang tangguh bagi terumbu karang.

“Saya khawatir bahwa perubahan iklim tidak akan menjadi pertanda baik bagi binatang-binatang kecil ini,” katanya.

Oleh karena itu, Brandl dan rekan-rekannya mendorong hasil penelitiannya dapat ditindaklanjuti sebagai upaya konservasi untuk mencegah penurunan terumbu karang lebih lanjut. Alasannya, keberadaan mereka seperti “katedral” bawah air, seluruhnya terbuat dari organisme hidup, dan mereka menciptakan salah satu ekosistem paling kompleks di dunia.

“Menurut saya, terumbu karang adalah salah satu keajaiban alam yang paling menakjubkan dan kerusakannya saat ini sangat memilukan bagi siapa saja yang pernah melihatnya,” tegas Brandl.

Baca juga : Hidden Gem Pulau Paus: Surga Snorkeling Tempat Karang Endemik di Timur Bali

 

Seekor anakan ikan Synchiropus moyeri atau Moyer’s dragonet yang berukuran sangat kecil yang hampir tidak terlihat oleh mata telanjang berada di hamparan pasir putih. Kecilnya ukuran ikan bisa dibandingkan dengan butiran pasirnya. Foto : Klaus Stiefel via flickr

 

Di sisi lain kekhawatiran Brandl kini terbukti benar. Pemutihan massal terumbu karang sudah terdeteksi di Great Barrier Reef, Australia.

Salah satu warisan dunia yang ditetapkan Unesco sebagai terumbu karang terbesar di dunia itu mengalami kerusakan akibat pemutihan besar-besaran seluas 2.300 kilometer. Pemicunya adalah kenaikan suhu permukaan laut yang mencapai 0,5 derajat Celcius hingga 1,5 derajat Celcius lebih panas.

Baru-baru ini kelompok konservasi terkait merilis rekaman yang menunjukkan kerusakan hingga 18 meter di bawah permukaan. Salah satunya Dr. Selina Ward, ahli biologi kelautan dan mantan direktur akademis Stasiun Penelitian Pulau Heron Universitas Queensland.

Katanya, ini adalah pemutihan terburuk yang terburuk selama 30 tahun bekerja mengamati terumbu karang.

“Saya merasa sangat terpukul,” tuturnya. “Saya telah bekerja di terumbu karang sejak tahun 1992, tetapi [peristiwa] ini benar-benar membuat saya perlu berjuang.”

Entah seperti apa nasib ikan-ikan kriptobentik di sana. Bagaimana jadinya jika mereka beserta terumbu karang lenyap? Padahal terumbu karang merupakan salah satu ekosistem tertua dan paling beragam di dunia. Keberadaannya mampu memelihara 25% kehidupan laut hingga menyumbang miliaran dolar per tahun bagi ekonomi global. Agaknya, untuk itu kita perlu menjaga perhatian kita demi masa depan ekosistem laut. (***)

 

 

Siau, Surga Tersembunyi di Sulawesi Utara

 

Exit mobile version