- Banjir rob di wilayah pesisir Kota Pasuruan dan Kabupaten Pasuruan semakin parah. Ketinggian air rob di beberapa lokasi mencapai 20-30 sentimeter, lebih tinggi dibandingkan sehari sebelumnya.
- Banjir rob menyebabkan kerusakan pada warung-warung PKL di sekitar pelabuhan dan menggenangi permukiman warga.
- Banjir rob di wilayah pesisir Jawa Timur terjadi akibat pasang air laut yang tinggi.
- Diperlukan upaya mitigasi untuk mengatasi banjir rob di wilayah pesisir Pasuruan.
Tangan Halimah (47 tahun) terlihat begitu cekatan. Beberapa perabot yang semula tergeletak di lantai warung, segera disambarnya untuk diletakkan di tempat yang lebih aman. Maklum, saat itu air dari kanal pelabuhan Kota Pasuruan, Jawa Timur, mulai meluber ke badan jalan.
Halimah tak ingin peristiwa yang terjadi sehari sebelumnya kembali terulang. Kala itu, karena tak menyangka rob yang terjadi kali ini lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya, Halimah datang lebih siang ke warungnya. Tak dinyana, beberapa perlengkapan memasak terendam air laut.
“Biasanya nggak sampai tinggi, paling cuma sampai mata kaki. Tidak tahunya hampir setinggi dengkul. Daripada terendam lagi, saya pindahkan,” ungkapnya akhir pekan lalu.
Tak hanya milik Halimah, deretan warung PKL lain yang berada di sisi kanan kanal pelabuhan juga turut terdampak. Terendam oleh air laut. Gara-gara banjir rob itu pula, tak ada pembeli yang menghampiri.
Bagi Halimah, banjir rob yang memasuki hari kedua itu bukan kali pertama. Sejak ia masih remaja dulu, wilayah setempat kerap dilanda banjir rob. Hanya saja, belakangan, ketinggian air makin parah. Jalan Martadinata yang menjadi salah satu spot mangkal para PKL di kawasan pelabuhan bahkan tak bisa dilewati.
Penjelasan serupa disampaikan Tohari, warga Kelurahan Ngemplakrejo, Kecamatan Panggungrejo, Kota Pasuruan. Lelaki 56 tahun ini mengatakan, sebelumnya, banjir biasanya hanya menggenangi jalanan. Tidak sampai masuk ke permukiman. “Tapi sekarang sudah masuk ke rumah-rumah. Kalau yang belum ditinggikan, ya pasti parah,” katanya.
Baca : Banjir Rob Berulang Ganggu Pemudik, Bukti Rusaknya Pesisir Pantura Semarang-Demak

Pantauan Mongabay, selain sekitaran pelabuhan yang masuk wilayah kota, sejumlah wilayah pesisir di Kabupaten Pasuruan juga dilanda banjir rob. Di antaranya, di Desa Semara, Keligung, Kecamatan Kraton; dan Desa Wates serta Semedusari, Kecamatan Nguling.
Anggota Polairud Polres Pasuruan Kota, Aipda Laswanto menyebut, di beberapa lokasi tersebut banjir terlihat lebih tinggi dibanding sehari sebelumnya dengan rata-rata 20-30 sentimeter. “Kemungkinan sampai besok,” ujarnya.
Pihak Badan Meteologi Geofisika dan Klimatologi (BMKG) menyampaikan peringatan dini prakiraan cuaca untuk 14 – 20 Juni 2024, berupa potensi hujan sedang – lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang yang terjadi di Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur.
Dengan potensi dampak dari bahaya hujan lebat, agar masyarakat di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur untuk waspada. BMKG juga mengingatkan masyarakat masih perlu waspada dan antisipasi dini terhadap potensi cuaca ekstrem yang masih terjadi di beberapa wilayah seperti hujan lebat dalam durasi singkat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang, angin puting beliung, dan fenomena hujan es, selainitu
Mengutip detik.com, beberapa wilayah yang alami peningkatan air pasang di antaranya kawasan Pelabuhan Tanjung Perak dengan ketinggian mencapai 120-150 sentimeter. Lalu, ada juga wilayah Gresik, Lamongan, dan juga Tuban dengan ketinggian 120-130 sentimeter. Wilayah pesisir Pasuruan, Probolinggo, Sidoarjo, Surabaya dan Madura juga tak luput dari ancaman ini.
Ady Hermanto, prakirawan BMKG Tanjung Perak mengatakan, fenomena air pasang maksimum ini terjadi karena efek fase bulan baru alias new moon. “Fase bulan baru mempengaruhi kondisi pasang surut Juni 2024 sehingga berpotensi menyebabkan air pasang maksimum dan memicu banjir rob,” terangnya, dikutip dari detik.com, Jumat (7/6/2024).
Ia mengatakan, banjir rob merupakan banjir yang dipicu oleh peningkatan muka air laut sebagai akibat air laut pasang. Kendati sifat baniir bersifat sementara, namun, air banjir yang terbawa bersifat korosif sehingga berpotensi merusak benda atau barang yang terbuat dari metal atau logam. “Masyarakat kami imbau untuk menghindari wilayah yang tergenang. Air banjir bersifat korosif karena mengandung garam,” jelasnya.
Selain ancaman terjadinya banjir rob, BMKG juga menginformasikan adanya potensi gelombang tinggi di sejumlah perairan Indonesia. Bahkan, di beberapa wilayah ketinggian air mencapai hingga 2,5 – 4 meter. Terutama di Samudera Hindia bagian barat dan selatan, serta di area Jawa Timur.
Baca juga : Eksistensi Batik Pekalongan Terancam Banjir Rob

Lebih Rentan
Verinda Alfiani, dalam karyanya berjudul Analisis Tingkat Kerentanan Wilayah Pesisir terhadap Bencana Banjir di Kota Pasuruan (2019) menyebutkan bahwa sebagian besar wilayah Kota Pasuruan yang memiliki resistensi lebih terhadap peningkatakan muka laut.
Penelitian yang dilakukan Alfiani menggunalam metode CVI (coastal vulnerability index). Metode ini merupakan ranking relatif berbasis skala indeks dari parameter fisik seperti: geomorfologi, perubahan garis pantai, elevasi, pasang surut, kenaikan muka air laut, dan tinggi gelombang.
Hasil yang diperoleh dari metode CVI menunjukkan bahwa tingkat kerentanan pesisir Kota Pasuruan tergolong pada kategori kerentanan sedang. Wilayah yang termasuk dalam kategori ini meliputi Kelurahan Gadingrejo dengan nilai CVI di kisaran 0,377- 7, 600.
Namun demikian, beberapa wilayah lain, seperti Kelurahan Tambaan, Ngemplakrejo, Panggungrejo, Mandaranrejo, Kepel, dan Blandongan memiliki nilai CVI lebih dari 7,600. Nilai tersebut menunjukkan bila keenam wilayah tersebut memiliki tingkat kerentanan pada kategori rentan.
“Niai CVI tersebut menunjukkan bahwa hampir keseluruhan wilayah pesisir Kota Pasuruan berada pada tingkat kerentanan kategori rentan terhadap bencana banjir di wilayah pesisir,” tulis Alfiani dalam laporannya.
Di sisi lain, hasil riset oleh Alfiani itu seolah mengonfirmasi hasil simulasi climatecentral.org, terkait potensi dampak meningkatnya muka air laut akibat perubahan iklim. Tak terkecuali di Kota/Kabupaten Pasuruan. Dalam proyeksinya itu, lembaga independen yang berbasis di Netherlands, Belanda itu menyebut Pasuruan akan kehilangan sebagian daratannya imbas meningkatnya muka air laut.
Dalam sebuah peta yang ditampilkannya, ClimateCentral membuat gambaran bagaimana muka air laut berdampak pada sebagian wilayah kota di tahun 2050 mendatang. Dimana, air laut diprediksi sudah mencapai Jalur Pantura yang menghubungkan Surabaya dan Banyuwangi. Di beberapa titik, ketinggian air laut bahkan sudah mencapai pusat kota (alun-alun). (***)