- Perhelatan berbagai konser musik berdampak buruk ke lingkungan karena mengemisi karbon dioksida dari penggunaan energi listrik yang besar untuk peralatan musik dan tata lampu serta transportasi personil musisi, kru serta perlengkapannya. Ditambah lagi kebiasaan selebriti dunia seperti Taylor Swift yang menggunakan pesawat jet pribadi yang boros jejak karbon
- Awal Juni lalu, grup band Coldplay mengumumkan bahwa mereka berhasil memangkas 59 persen emisi karbon sebesar selama dua tahun tur konser, sepanjang tahun 2022 dan 2023.
- Dalam tur ramah lingkungan mereka, Coldplay memakai tiga prinsip yaitu reduce, reinvent, dan restore, dengan cara mengurangi konsumsi energi, memanfaatkan material daur ulang, memakai teknologi hijau dan mengkompensasi emisi karbon dengan menanam pohon
- Konser musik hijau Coldplay menginspirasi industri musik lebih ramah lingkungan, seperti grup musik Music Declares Emergency (MDE), penyanyi Billie Eilis, grup band Radiohead dan program festival musik UK Festival Vision: 2025 di Inggris
Grup musik asal Inggris, Coldplay awal Juni ini mengumumkan bahwa mereka berhasil memangkas emisi karbon sebesar 59 persen selama dua tahun tur konser, di sepanjang tahun 2022 dan 2023.
Capaian itu tentu saja jauh lebih baik dibanding saat mereka belum mempertimbangkan untuk memangkas emisi karbon, saat menggelar konser keliling dunia bertajuk A Head Full Of Dreams pada 2016 hingga 2017 lalu.
Pada 2019 Coldplay membuat keputusan penting, menunda tur sambil mencari cara bagaimana membuat konser yang lebih ramah lingkungan. Dua tahun kemudian mereka telah siap. Ketika mengumumkan rencana tur konser bertajuk Music Of The Speres pada 2021 lalu mereka mengatakan bakal mengurangi setidaknya 50 persen emisi yang dihasilkan selama tur itu.
Untuk mewujudkan target pengurangan emisi, grup ini menggandeng sejumlah organisasi nirlaba, industri musik, juga perguruan tinggi.
Misalnya, mereka menggandeng Massachusetts Intitute of Technology (MIT) Environmental Solutions Iniative. Lembaga inilah yang melakukan kajian menyeluruh terkait jejak karbon yang dihasilkan oleh Coldplay.
Selain melakukan audit dan verifikasi tahunan, lembaga ini secara independen memvalidasi dan menjamin kualitas data serta metodologi penghitungan jejak karbon yang dihasilkan. Ini agar hasilnya bisa dipertanggungjawabkan.
Baca : Konser Musik Besar Minim Sampah, Begini Caranya
Dalam tur ramah lingkungan mereka, Coldplay memakai tiga prinsip yaitu reduce, reinvent, dan restore. Tiga prinsip ini mereka wujudkan dengan cara mengurangi konsumsi energi, memanfaatkan material daur ulang, memotong emisi karbon, memakai teknologi hijau yang hemat energi, hingga sebanyak mungkin menyerap dibanding menghasilkan karbon.
Dalam pernyataan resminya, Coldplay berterima kasih kepada penonton karena keberhasilan memangkas emisi itu antara lain berkat dukungan mereka juga.
Misalnya, untuk keperluan pengisian baterai peralatan elektronik, para penonton rela mengisinya dengan menggenjot sepeda yang dirancang khusus. Lantai penonton juga dirancang khusus agar bisa menghasilkan energi.
Mereka tetap antusias datang ke pertunjukkan meski harus berjalan kaki, bersepeda, berbagi tumpangan, atau menggunakan angkutan umum. Penonton juga membawa botol air isi ulang, dan mengembalikan gelang LED untuk didaur ulang.
“Dan semua orang yang membeli tiket, artinya kalian sejauh ini telah ikut menanam satu dari tujuh juta pohon,” kata mereka.
Pohon-pohon itu akan ditanam di 48 proyek penanaman, di atas tanah sekitar 10 ribu hektare, yang tersebar di 24 negara.
Selain itu, dari hasil tur konser Music Of The Spheres world tour, Coldplay juga membantu berbagai proyek lingkungan seperti the Client Earth, The Ocean Clean Up, OneTree Planted dan Global Citizen
Baca juga : Uji Coba Konser Musik Menggunakan Bahan Bakar dari Olahan Sampah Plastik
Dampak Lingkungan
Sebagai hiburan yang paling banyak dinikmati orang di seluruh dunia, pertunjukan musik sering tidak disadari memiliki sejumlah dampak buruk ke lingkungan. Dampak ke lingkungan itu akan semakin besar jika konser berlangsung lama, melibatkan banyak pengunjung, kru, peralatan, dan diselenggarakan di banyak tempat.
Konser musik mengonsumsi banyak energi untuk cahaya, suara, dan sejumlah besar peralatan elektronik. Untuk menciptakan sebuah pertunjukkan yang spektakuler, konser musik menggunakan tata lampu dan suara yang berdaya listrik besar.
Sementara dari sisi transportasi, mulai dari penerbangan personel band dan kru, pengiriman peralatan musik, serta perjalanan penonton sudah pasti menghasilkan emisi karbon yang besar. Terlebih umumnya moda transportasi yang digunakan masih menggunakan bahan bakar fosil.
Akhir-akhir ini para selebriti dunia disorot karena gaya hidup mereka yang menyumbang emisi dan memperparah pemanasan global. Misalnya dalam soal penggunaan pesawat jet pribadi, bahkan untuk jarak yang pendek. Pesawat jet sudah lama diketahui menghasilkan emisi lebih banyak dibanding pesawat komersial per penumpang.
Sebuah kajian memperkirakan para selebriti itu menghasilkan 3376,64 ton emisi karbon dioksida pada 2022. Jumlah tersebut 482,37 kali lebih banyak dari emisi tahunan rata-rata orang biasa. Urutan pertama selebriti yang berada dalam daftar itu adalah Taylor Swift, meski manajemen penyanyi ini menjelaskan bahwa pesawat jetnya juga digunakan oleh pihak lain.
Laporan lain yang diluncurkan 2022 lalu menyebutkan, industri kreatif tak luput dari dosa sebagai penghasil emisi yang berpengaruh terhadap pemasaan global. Di Inggris, industri kreatif diperkirakan menghasilkan emisi gas rumah kaca sebesar 515.994 ton karbon dioksida per tahun. Sementara khusus untuk emisi yang dihasilkan dari tur musik, sebesar 85.000 karbon dioksida ton per tahun (2010).
Belum lagi dalam setiap pertunjukan musik selalu menghasilkan limbah. Ribuan hingga ratusan ribu penonton yang datang turut membawa sampah makanan, plastik, hingga elektronik yang menambah masalah lingkungan. Sebuah laporan menyebutkan, acara festival musik di Inggris setiap tahun menghasilkan tidak kurang 23.500 ton sampah. Sementara di Amerika, satu festival musik besar bisa menghasilkan 100 ton sampah padat setiap hari.
Baca juga : Konser Musik Nosstress dari Energi Surya di Musim Hujan
Arus Kesadaran
Seiring dengan makin meningkatnya kesadaran untuk menekan serendah mungkin karbon yang dihasilkan termasuk dalam dunia hiburan, pada 2019 muncul kelompok bernama Music Declares Emergency (MDE). Semboyan mereka adalah No Music On A Dead Planet. Lebih dari 3.000 artis musik di Inggris menandatangani seruan untuk lebih peduli terhadap lingkungan. Termasuk dalam praktik penyelenggaraan konser musik, dan mengganti produk rekaman dengan bahan ramah lingkungan.
Inggris juga memiliki program yang disebut UK Festival Vision: 2025. Seratusan festival musik dan kegiatan luar ruang menyepakati untuk mengurangi emisi sekurang-kurangnya 50 persen sampai 2025 dalam kegiatan-kegiatan mereka.
Tahun ini Coldplay memutuskan untuk memproduksi album rekaman memakai campuran botol plastik daur ulang. Band ini disebut menjadi yang pertama di dunia yang melakukannya. Dengan cara ini, album baru berjudul Moon Music yang akan dilempar ke pasar Oktober mendatang diharapkan bisa mengurangi emisi karbon hingga 85 persen.
Coldplay bukan satu-satunya artis papan atas yang menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan. Billie Eilis, pemenang grammy lima kali telah melarang pemakaian botol air sekali pakai di dalam pertunjukkannya. Sehingga panitia penyelenggara pun harus menyediakan stasiun pengisian air minum bagi para penonton.
Radiohead, band asal Inggris yang berkali-kali masuk nominasi dan mendapat enam penghargaan Grammy memilih mengirimkan peralatan konsernya melalui kapal, dan bukan pesawat. Alasannya tentu saja karena kapal lebih sedikit menghasilkan emisi dibanding pesawat. Mereka juga memilih membawa wadah minuman sendiri dibanding botol plastik sekali pakai. Band ini mendorong penggemarnya untuk melakukan hal yang sama. Saat mendatangi konser, mereka menyarankan penonton menggunakan transportasi umum.
Pergeseran kesadaran yang memperhatikan perubahan iklim dan nilai keberlanjutan telah hadir di panggung musik. Konser kini kurang keren jika tidak ramah lingkungan. (***)