- Sebuah studi global baru mengungkapkan rata-rata penurunan populasi ikan air tawar yang bermigrasi anjlok 81 persen diantara tahun 1970-2020.
- Hilangnya habitat, degradasi, dan penangkapan ikan berlebihan merupakan ancaman utama terhadap ikan yang bermigrasi, yang sangat penting bagi ketahanan pangan, penghidupan, dan ekosistem di seluruh dunia.
- Meskipun 65 persen spesies mengalami penurunan, 31 persen menunjukkan peningkatan, hal ini menunjukkan bahwa upaya konservasi dan strategi pengelolaan dapat memberikan dampak positif.
- Laporan tersebut menyerukan upaya pemantauan yang lebih kuat, perlindungan sungai yang mengalir bebas, dan pemenuhan tujuan keanekaragaman hayati global untuk mengatasi krisis ini.
Laporan global terkini mengungkapkan kenyataan pahit: populasi spesies ikan air tawar yang bermigrasi, termasuk salmon, trout, belut, dan sturgeon, menurun drastis. Pembaruan Indeks Living Planet untuk Ikan Air Tawar Bermigrasi pada tahun 2024 menunjukkan rata-rata penurunan populasi ikan ini adalah 81 persen antara tahun 1970 hingga 2020.
“Penurunan drastis populasi ikan yang bermigrasi merupakan ‘alarm’ bagi dunia,” kata Herman Wanningen, pendiri World Fish Migration Foundation dan salah satu penulis laporan tersebut. “Kita harus bertindak sekarang untuk menyelamatkan spesies kunci ini dan sungai-sungainya.”
Laporan tersebut menganalisis data dari 1.864 populasi dari 284 spesies ikan air tawar yang bermigrasi di seluruh dunia. Kontributor laporan ini adalah para peneliti dari World Fish Migration Foundation, Zoological Society of London (ZSL), International Union for Conservation of Nature (IUCN), The Nature Conservancy (TNC), Wetlands International dan WWF.
Hampir 25 persen dari seluruh spesies ikan air tawar beresiko punah, menurut IUCN.
Para peneliti menemukan bahwa populasi ikan telah menurun secara signifikan di beberapa wilayah. Misalnya, Amerika Latin dan Karibia mengalami penurunan paling parah yaitu sebesar 91 persen, Eropa mengalami penurunan sebesar 75 persen.
Amerika Utara menunjukkan penurunan sebesar 35 persen, dan Asia-Oseania melaporkan penurunan sebesar 28 persen. Sedangkan data untuk Benua Afrika terbatas, sehingga sulit untuk menentukan tren konklusif di benua tersebut.
Degradasi dan Hilangnya Habitat Ikan Air Tawar
Ikan air tawar migrasi adalah spesies yang berpindah antar habitat berbeda untuk menyelesaikan siklus hidupnya. Ikan ini mencakup ikan yang bermigrasi dalam sistem air tawar, seperti sungai dan danau, serta ikan yang berpindah antara lingkungan air tawar dan laut.
Jenis-jenis ikan migrasi ini memainkan peran penting dalam ketahanan pangan dan nutrisi bagi jutaan orang, secara khusus di komunitas rentan di Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Mereka juga mendukung penghidupan puluhan juta orang, mulai dari perikanan lokal hingga perdagangan global ikan migran, produk sampingannya, termasuk perikanan rekreasi [seperti memancing] yang bernilai miliaran dolar.
Menurut laporan itu juga, degradasi dan hilangnya habitat, seperti fragmentasi sungai karena bendungan dan penghalang lain, dan konversi lahan basah untuk pertanian, merupakan sebagian dari ancaman terhadap ikan yang bermigrasi.
Eksploitasi berlebih (overfishing) merupakan faktor terpenting kedua. Laporan tersebut juga mencatat jika meningkatnya polusi dan memburuknya dampak perubahan iklim turut berkontribusi terhadap penurunan populasi ikan migrasi air tawar.
“Umumnya, ancaman akan berlipat ganda dan tergantung pada lokasi dan spesies, namun ancaman utama adalah eksploitasi berlebihan, hilangnya dan degradasi habitat, serta gangguan jalur migrasi melalui bendungan dan penghalang sungai lainnya,” kata Stefanie Deinet dari Institut Zoologi ZSL dan salah satu penulis laporan tersebut, kepada Mongabay.
Casey Pennock, Asisten Profesor di Ohio State University, yang tidak terlibat dalam laporan tersebut, mengatakan kepada Mongabay bahwa temuan penelitian tersebut mungkin bersifat konservatif.
“Meskipun trennya mengkhawatirkan, kemungkinan besar perkiraan tersebut konservatif, bahkan untuk negara-negara dengan populasi ikan yang relatif banyak dipelajari seperti Amerika Utara.”
Pennock menyoroti kesenjangan data dalam penelitian tersebut, dengan menyatakan, “Ada bias geografis dan taksonomi dalam data yang digunakan dalam laporan ini dengan kesenjangan data dari sebagian besar wilayah Amerika Utara termasuk Great Plains, Intermountain West, dan American Southwest dan Meksiko.
Banyak dari wilayah ini adalah rumah bagi spesies ikan yang bermigrasi yang telah mengalami penurunan jumlah dan jumlah ikan sebelum dan sejak tahun 1970-an.”
“Sangat mungkin bahwa situasinya sebenarnya lebih buruk daripada yang digambarkan dalam laporan,” sebut Deinet.
“Hanya 30 persen spesies air tawar yang bermigrasi yang diketahui terdapat di wilayah ini terwakili dalam kumpulan data kami. Diperkirakan penurunan ini akan terus berlanjut dan bahkan memburuk dengan adanya pembangunan bendungan baru, misalnya di wilayah Amazon.”
Masih Ada Harapan
Meskipun gambaran keseluruhannya suram, laporan ini menawarkan sedikit harapan. Meskipun sebagian besar (65 persen) spesies mengalami penurunan populasi, hampir sepertiga (31 persen) spesies yang dipantau menunjukkan peningkatan populasi. Hal ini menunjukkan bahwa upaya konservasi dan perbaikan pengelolaan dapat memberikan dampak positif.
Populasi ikan yang berada dalam bentuk pengelolaan tertentu memiliki kondisi yang lebih baik dibandingkan dengan populasi ikan yang tidak dikelola, dan menunjukkan penurunan yang tidak terlalu parah.
Laporan tersebut mencatat pengelolaan perikanan merupakan jenis intervensi yang paling umum, mencakup 42 persen seluruh aktivitas pengelolaan.
Laporan ini juga menyoroti beberapa strategi untuk mengatasi penurunan populasi, seperti restorasi habitat, pembongkaran bendungan, penciptaan kawasan konservasi, dan perlindungan hukum.
Saat ini terdapat peningkatan momentum untuk penghapusan bendungan di Eropa dan Amerika Serikat. Pada tahun 2023, Eropa menghilangkan 487 penghalang sungai, meningkat 50 persen dibandingkan rekor tahun sebelumnya, menurut laporan tahunan terbaru dari Dam Removal Europe.
Sementara itu, pembongkaran bendungan terbesar dalam sejarah AS sedang dilakukan di sepanjang Sungai Klamath di California dan Oregon.
“Memprioritaskan perlindungan, restorasi, dan konektivitas sungai adalah kunci untuk menjaga spesies ini, yang menyediakan makanan dan mata pencaharian bagi jutaan orang di seluruh dunia,” jelas Michele Thieme, Wakil Direktur Air Tawar di WWF-AS, mengatakan dalam sebuah pernyataan.
Rekomendasi Para Ahli
Laporan ini diakhiri dengan seruan untuk melakukan upaya pemantauan yang lebih kuat, terutama di wilayah yang kurang terwakili seperti Asia, Afrika, dan Amerika Selatan.
Studi ini juga menekankan perlunya memenuhi tujuan yang ditetapkan dalam Kerangka Kunming-Montreal Global Biodiversity Framework, yang bertujuan untuk melindungi 30 persen perairan pedalaman dan memulihkan 30 persen perairan pedalaman yang terdegradasi, serta melindungi dan memulihkan sungai yang mengalir bebas melalui perencanaan seluruh wilayah sungai.
Rekomendasi lainnya termasuk mendukung inisiatif Global Swimways, yang mengidentifikasi dan memprioritaskan rute migrasi sungai yang utama; mencantumkan lebih banyak spesies ikan bermigrasi air tawar pada Konvensi Spesies Bermigrasi; dan memenuhi tujuan Tantangan Air Tawar untuk memulihkan 300.000 kilometer (186.000 mil) sungai yang rusak secara global.
“Ikan yang bermigrasi sangat penting bagi budaya banyak masyarakat adat, memberi makan jutaan orang di seluruh dunia, dan menopang jaringan spesies dan ekosistem yang luas,” kata Wanningen.
Tulisan asli: Global migratory freshwater fish populations plummed by 81%: Report. Artikel ini diterjemahkan oleh Akita Verselita
Referensi:
Deinet, S., Flint, R., Puleston, H., Baratech, A., Royte, J., Thieme, M. L., Nagy, S., Hogan, Z. S., Januchowski-Hartley, S. and Wanningen, H. (2024) The Living Planet Index (LPI) for migratory freshwater fish 2024 update – Technical Report. World Fish Migration Foundation, The Netherlands.
Mouchlianitis F.A. (2024). Dam Removal Progress 2023. World Fish Migration Foundation
***