- Wahana penjelajah Perseverance milik NASA menemukan petunjuk menarik di bebatuan di lembah sungai purba di Mars yang mungkin menunjukkan adanya kehidupan mikroba kuno melalui tanda-tanda kimia yang unik.
- Batuan yang ditemukan, disebut “Cheyava Falls,” memiliki bintik-bintik mirip kulit macan tutul dan mengandung senyawa organik, yang menunjukkan bahwa Mars dulu mungkin memiliki iklim yang lebih hangat dan basah yang mendukung kehidupan.
- Instrumen pada Perseverance, terutama SHERLOC, mendeteksi senyawa organik berbasis karbon, memperkuat teori bahwa Mars pernah memiliki elemen dasar yang diperlukan untuk mendukung kehidupan miliaran tahun yang lalu.
Di lembah sungai purba yang kering kerontang di Mars, wahana penjelajah (rover) Perseverance milik NASA telah menemukan petunjuk menarik yang mengarah pada kemungkinan adanya kehidupan asing purba. Temuan ini diperoleh dari batuan aneh yang berbintik dan berbentuk anak panah, menunjukkan adanya tanda-tanda kimia yang dapat mengindikasikan keberadaan makhluk hidup zaman purba. Para ilmuwan dari NASA menyatakan bahwa bukti-bukti ini tertangkap oleh instrumen canggih di rover Perseverance, menunjukkan potensi besar adanya kehidupan mikroba di Mars miliaran tahun yang lalu.
Penjelajahan Perseverance di Kawah Jezero
Sejak mendarat pada tahun 2020 lalu, Perseverance telah menjelajahi Kawah Jezero seluas 45 kilometer persegi. Dalam misinya, rover ini tidak hanya memotret panorama Mars yang memukau, tetapi juga mengumpulkan sampel batuan berharga untuk dianalisis lebih lanjut di Bumi. Batuan yang ditemukan ini, yang dikenal dengan nama “Cheyava Falls“, memiliki ciri khas dan komposisi kimia yang menunjukkan adanya senyawa organik, menarik perhatian para ilmuwan di seluruh dunia. Keberadaan senyawa organik ini menambah bobot pada dugaan bahwa Mars mungkin pernah memiliki lingkungan yang kondusif bagi kehidupan mikroba.
Temuan Unik: Cheyava Falls dan Tanda Kehidupan Mikroba
Di antara temuan menarik lainnya, Cheyava Falls lah yang dirasa paling menonjol karena memiliki bintik-bintik mirip kulit macan tutul pada permukaannya. Menurut para ahli, pola ini menunjukkan bahwa miliaran tahun yang lalu, reaksi kimia kompleks dalam batu ini mungkin menciptakan lingkungan yang kondusif bagi kehidupan mikroba.
Ahli astrobiologi dari Universitas Teknologi Queensland, David Flannery, menyatakan bahwa di Bumi, fitur-fitur seperti ini pada bebatuan sering dikaitkan dengan catatan fosil mikroba yang hidup di bawah permukaan daratan bumi. Hal ini menunjukkan bahwa air pernah bergerak di permukaan batu tersebut, menambah bukti bahwa lingkungan Mars di masa lalu mungkin lebih hangat dan basah, dengan sungai-sungai mengalir dan danau-danau yang menghiasi lanskap planet merah.
Baca juga: “Beruang Air” Ini Bertahan Hidup di Luar Angkasa
Potensi Kehidupan Kuno di Mars
Cheyava Falls ditemukan di wilayah Mars yang diyakini memiliki iklim jauh lebih hangat dan basah miliaran tahun lalu. Wilayah ini, yang dulunya adalah sungai purba yang mengalir ke Kawah Jezero, diperkirakan memiliki kondisi yang mirip dengan Bumi purba, tempat ideal bagi kehidupan awal untuk muncul dan berkembang. Jika tanda-tanda kehidupan purba benar-benar ada di Mars, mereka mungkin terawetkan dalam bentuk fosil mikroba atau jejak kimiawi di batuan Cheyava Falls. Temuan ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan adanya delta sungai purba di Kawah Jezero, yang menunjukkan bahwa wilayah ini pernah menjadi cekungan yang penuh dengan air.
Analisis SHERLOC dan Penemuan Senyawa Organik
Analisis instrumen Perseverance, khususnya SHERLOC (Scanning Habitable Environments with Raman & Luminescence for Organics & Chemicals), telah mendeteksi keberadaan senyawa organik berbasis karbon dalam batu ini. Senyawa ini adalah blok bangunan dasar kehidupan, dan meskipun para ilmuwan masih berdebat apakah senyawa organik ini berasal dari organisme atau proses non-biologis, penemuan ini tetap signifikan karena menunjukkan bahwa Mars pernah memiliki elemen-elemen dasar yang diperlukan untuk mendukung kehidupan.
Penelitian lebih lanjut juga menunjukkan adanya jejak metana di atmosfer Mars, yang dapat dihasilkan oleh proses biologis atau geologis, menambah kompleksitas pencarian kehidupan di planet ini.
Baca juga: Tanaman-tanaman yang Diprediksi Bisa Tumbuh di Mars
Karakteristik Unik Batu Cheyava Falls
Batu Cheyava Falls memiliki ciri khas yang membedakannya dari bebatuan Mars lainnya. Pola bintik-bintik mirip kulit macan tutul pada permukaan batu ini menunjukkan reaksi kimia kompleks yang mungkin menciptakan lingkungan kondusif bagi kehidupan mikroba miliaran tahun lalu. Keberadaan mineral seperti hematit dan fosfat, yang sering terkait dengan aktivitas biologis di Bumi, semakin memperkuat dugaan bahwa Cheyava Falls mungkin pernah menjadi rumah bagi mikroorganisme purba. Hematit, misalnya, sering terbentuk di lingkungan berair di Bumi dan kehadirannya di Mars menunjukkan bahwa air mungkin pernah ada dalam jumlah yang cukup untuk memungkinkan pembentukan mineral ini.
Tantangan dalam Memahami Cheyava Falls
David Flannery dan timnya masih berusaha untuk memahami proses pembentukan tanda-tanda kimia ini. Meskipun mereka telah mendeteksi material organik dan bukti bahwa air pernah melewati batu tersebut, mereka belum dapat menentukan dengan tepat bagaimana batu tersebut terbentuk dan sejauh mana batu di dekatnya mungkin telah memanaskan Cheyava Falls dan berkontribusi pada fitur-fitur ini. Studi lebih lanjut juga diperlukan untuk memahami peran radiasi kosmik dalam mempengaruhi tanda-tanda kimia ini, karena radiasi tinggi di permukaan Mars dapat mempengaruhi stabilitas senyawa organik.
Bukti Kuat Potensi Kehidupan Purba
Analisis awal oleh instrumen SHERLOC pada Perseverance menunjukkan adanya senyawa organik kompleks serta mineral seperti hematit dan fosfat. Mineral-mineral ini sering terkait dengan aktivitas biologis di Bumi dan menunjukkan kemungkinan adanya lingkungan berair di masa lalu Mars. Pita hematit pada batu ini menunjukkan bahwa Cheyava Falls mungkin terbentuk di dasar sungai atau danau purba, memberikan petunjuk berharga tentang kondisi lingkungan di masa lalu Mars. Selain itu, analisis isotop dari sampel batuan menunjukkan rasio isotop karbon yang dapat menunjukkan aktivitas biologis, meskipun interpretasi ini masih menjadi subjek penelitian lebih lanjut.
Baca juga: Penemuan Air di Mars, Patutkah Kita Bergembira?
Peneliti Ken Farley menambahkan bahwa meskipun mereka telah menemukan bukti material organik dan tanda-tanda kimia yang mendukung keberadaan kehidupan mikroba, mereka masih meraba-raba proses pembentukan tanda-tanda ini. Hal ini menunjukkan kompleksitas penelitian astrobiologi di Mars dan tantangan yang dihadapi para ilmuwan dalam memahami sejarah geologis dan biologis planet merah. Penelitian juga mengungkapkan adanya formasi geologis yang kompleks di sekitar Kawah Jezero, yang menunjukkan aktivitas vulkanik dan hidrotermal di masa lalu, yang dapat memberikan energi yang diperlukan bagi kehidupan mikroba.
Dampak Penemuan Terhadap Pemahaman Kehidupan di Alam Semesta
Jika analisis lebih lanjut terhadap sampel Cheyava Falls yang akan dibawa ke Bumi mengkonfirmasi tanda-tanda kehidupan purba, ini akan menjadi bukti pertama yang mungkin tak terbantahkan bahwa kehidupan pernah ada di planet lain selain Bumi. Penemuan ini akan membuka cakrawala baru dalam pencarian kehidupan di luar Bumi, mendorong para ilmuwan untuk mencari tanda-tanda kehidupan di planet-planet lain di tata surya dan di luarnya. Keberhasilan misi ini juga akan menginspirasi generasi baru ilmuwan dan insinyur untuk mengeksplorasi dan memahami alam semesta kita.
Penemuan ini juga akan memberikan petunjuk berharga tentang bagaimana kehidupan bisa muncul dan berkembang di lingkungan yang berbeda dari Bumi. Ini akan membantu kita memahami lebih baik kondisi yang diperlukan untuk mendukung kehidupan dan memberikan wawasan baru tentang potensi kehidupan di planet-planet lain yang memiliki kondisi serupa dengan Mars purba. Selain itu, keberhasilan misi ini akan mendorong kolaborasi internasional dan kerja sama dengan perusahaan swasta untuk mendanai dan melaksanakan misi penjelajahan luar angkasa di masa depan. Misalnya, Badan Antariksa Eropa (ESA) mengusulkan penggunaan Sample Retrieval Lander, pesawat ruang angkasa yang dapat membawa roket kecil untuk mengirimkan sampel ke Bumi.