- Hamparan rumput bertabur embun beku memperindah lanskap pegunungan Bromo yang wilayahnya ada di Kabupaten Probolinggo, Malang, Pasuruan dan Lumajang, Jawa Timur
- Tak hanya di kawasan Gunung Bromo, embun beku juga terjadi di Ranupani, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang.
- Puncak musim kemarau di bumi bagian selatan dilaporkan suhu lebih dingin malam hari. Akibat aliran angin Monsun Australia (angin timuran) yang kering yang bertiup lebih kuat melewati lautan yang dingin dan membentuk embun beku.
- Masyarakat adat Tengger menyebut embun beku dengan sebutan embun upas. Dedaunan tanaman mengering dan mati setelah terkena embun beku.
Whenas Dyo, 25 tahun, asal Jember menggigil kedinginan saat membuka tenda di area sekitar Gunung Bromo (2.392 mdpl). Ia bersama keluarganya mendirikan tenda di ruang terbuka untuk menikmati keindahan alam di Gunung Bromo. Hamparan rumput hijau membentang tertutup butiran kristal embun yang membeku (frost).
“Selamat pagi semua. Salju-salju, bangun setelah membeku. Bersalju, saljunya banyak,” kata Dyo sembari menggerakkan tubuh mengusir hawa dingin yang membekap tubuh. Tubuhnya kedinginan, meski tubuhnya dibalut jaket tebal, penutup kepala, telinga dan kaos tangan. Dyo bersama keluarganya menginjakkan kaki di area Gunung Bromo pada pertengahan Juli lalu.
Hamparan rumput bertabur embun beku memperindah lanskap pegunungan Bromo yang secara administrasi berada di wilayah Kabupaten Probolinggo, Malang, Pasuruan dan Lumajang, Jawa Timur. Salah seorang pemandu wisata bernama Muhammad Amir menjelaskan fenomena embun beku terjadi sejak sebulan terakhir. Merata di area Gunung Bromo mulai lautan pasir, kaldera Tengger, padang sabana.
“Tamu saya kebanyakan dari Eropa, biasa saja. Mereka sering menjumpai di negaranya,” kata Amir kepada Mongabay, Rabu (14/8/2024). Saban pekan, rata-rata 4-5 kali dia membawa rombongan wisatawan mancanegara berwisata di Gunung Bromo. Mereka, katanya, justru ingin lihat fenomena vulkanik di Gunung Bromo. Rata-rata suhu udara pagi antara 5o – 7o celsius.
Baca : Berburu Embun Beku di Lautan Pasir Gunung Bromo

Tak hanya di kawasan Gunung Bromo, embun beku juga terjadi di Ranupani, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang. Anton Jaya Kusuma membagikan video pendek di Group Facebook Komunitas Peduli Malang Raya pada pertengahan Juli lalu. Seseorang perekam video mengumpulkan es di atas sadel sepeda motor. Tampak deretan sepeda motor berjajar di tepi danau Ranupani di kaki Gunung Semeru.
“Sing kate dolan nang Ranu (Ranupani), karek golek marimas, jasjus, marjan. Nang sadele dewe-dewe wis duwe. Ndang, diinfo. Aja lali, sangune marimas, marjan. Renyah. (Yang mau bermain ke Ranupani, tinggal mencari marimas, jasjus, marjan. Di sadel sudah ada (es). Segera, diinfo. Jangan lupa berbekal marimas, marjan. Renyah),” ujar perekam video. Video pendek tersebut disukai 428 akun Facebook, dikomentari 82 dan dibagikan 39 kali.
Kepala Bagian Tata Usaha Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), Septi Eka Wardhani meminta para pengunjung Gunung Bromo untuk mempersiapkan diri menggunakan jaket tebal dan sarung tangan. “Cukup dingin, timbul embun es yang ditemui pagi hari sebelum matarahari terbit,” ujarnya kepada Mongabay, Senin (11/8/2024).
Fenomena tersebut, katanya, terjadi rutin setiap Juli-Agustus. Embun beku tersebut juga berdampak terhadap vegetasi, dedaunan mengering setelah terkena embun beku. Meski dingin, Septi mengingatkan potensi kebakaran di area padang sabana. Terutama saat puncak kemarau.
“Tetap berhati-hati, bisa berpotensi kebakaran hutan. Jaga diri, tidak menyalakan api yang memicu kebakaran,” ujarnya. Balai Besar TNBTS membuka posko di sekitar kawaasan yang rawan kebakaran. Sehingga, jika melihat dan terjadi kebakaran segera melaporkan kepada petugas Balai Besar TNBTS.
Baca juga : Cuaca Dingin sampai Embun Es di Musim Kemarau, Fenomena Apa?

Embun Beku Melanda Beberapa Tempat
Sub Koordinator Bidang Produksi Informasi Iklim dan Kualitas Udara Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Siswanto menuliskan fenomena embun beku di Majalah Klima yang diterbitkan Bidang Klimatologi BMKG. Ia memaparkan fenomena embun terjadi di sejumlah tempat dataran tinggi seperti Gunung Bromo, Semeru, Dieng dan Gede berupa embun beku seperti salju di negara-negara Eropa.
“Pada puncak musim kemarau, bagian selatan dilaporkan suhu lebih dingin malam hari. Penyebabnya, aliran angin Monsun Australia (angin timuran) yang kering yang bertiup lebih kuat melewati lautan yang dingin,” tulis Siswanto. Selain itu, kondisi udara kering dengan kelebaban udara sekitar 32%. Stasiun Geofisika Tretes, Pasuruan mencatat suhu udara di Bromo hingga 5o celsius. BMKG juga memasang Automatic Weather Station (AWS) portable.
Ketiadaan hujan, angin yang tenang dan kelembapan udara yang relatif rendah mendukung terbentuknya frost. Berdasarkan proses pembentukan frost, diklasifikasikan sebagai frost radiative yang disebabkan proses pelepasan radiasi panas pada malam hari yang lebih intensif dari permukaan tanah. Sehingga menyebabkan cepatnya pendinginan permukaan.
Proses ini dikaitkan dengan pusaran tekanan udara tinggi pada malam hari dengan angin yang tenang dan tanpa terjadinya awan. Radiasi gelombang panjang pelepasan dari permukaan bumi ke atmosfer menjadi faktor utama yang menyebabkan pendinginan suhu. Sehingga pada malam terjadi kehilangan energi radiasi yang besar dan lebih cepat. Pembentukan frost radiative disebabkan juga oleh topografi cekungan yang dikelilingi beberapa punggung bukit atau gunung.
Beberapa faktor yang turut mendukung terjadinya frost, yakni aktifnya musim kemarau dan periode menuju puncak kemarau. Ditandai sangat rendahnya intensitas curah hujan. Hembusan Angin Monsun Australia yang membawa massa udara kering dan dingin semakin intensif dan ekstensif menyebabkan suhu di wilayah pegunungan menjadi lebih dingin dari biasanya.
Baca juga : Mengapa Embun Beku Dieng Muncul Lebih Dini?

Puncak musim kemarau, hari tanpa hujan berkepanjangan menyebabkan sedikitnya air yang tersimpan bawah pemukaan tanah. Pemanasan dan penguapan terjadi lebih maksimal tetapi uap air di permukaan terbatas menjadikan suasana udara kering dan panas siang hari tetapi super dingin pada malam hari.
Tidak ada tutupan awan menyebabkan radiasi balik gelombang panjang pada malam hari semakin kuat dan lebih banyak dilepas langsung ke atmosfer yang lebih tinggi. Sehingga, menyebabkan permukaan tanah dan atmosfer bagian bawah lebih cepat mendingin, bahkan hingga di bawah titik beku nol derajat celsius sehingga memungkinkan membentuk embun dan membeku.
Embun es biasanya terjadi pada daerah ngarai atau valley dataran tinggi yaitu dataran yang cukup luas dikelilingi pegunungan. Saat kejadian embun beku, beda suhu udara antara ngarai dan lereng dapat mencapai 4o–11o derajat celsius.

Embun Beku Merusak Tanaman
Petani kentang di Ngadas, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang Timbul Orip menuturkan masyarakat adat Tengger menyebutnya embun upas. Dedaunan tanaman yang terkena embu upas, katanya, mengering dan mati. Hingga kini, belum ada obat atau cara menghindari embun upas. “Daun kentang dan bawang kering, mati. Seperti terbakar bara api,” ujarnya.
Embun upas terbentuk mulai pukul 00.00 WIB sampai 06.00 WIB. Saat munculnya embun upas, suhu udara mencapai -5o celsius. Saat musim embun upas, warga Ngadas memilih bercengkrama dengan keluarga duduk di depan perapian. “Tidak ada yang keluar, dingin. Biasa membuat perapian di dapur,” kata Timbul.
Baca juga : Embun Beku Bisa Terjadi Lagi di Dieng, Petani Kentang Rugi. Kenapa?

Embun upas biasanya melanda tanaman yang berada di lahan yang rata. Sedangkan lahan yang konturnya miring tak tersentuh embun upas. Untuk mengantisipasinya, petani membiarkan lahan yang berpotensi terserang embun upas saat puncak kemarau. Tujuannya untuk mencegah kerusakaan dan kerugian
Bagi masyarakat adat Tengger, pertanian merupakan kehidupannya. Sehingga, jika terjadi wabah seperti embun upas, mereka melakukan ritual berupa pujan. Warga membawa sesaji aneka makanan, kue dan buah di rumah kepala desa. Lantas, dukun adat membaca mantra tolak balak memohon kepada sang pencipta untuk keselamatan dan mengusir wabah.
“Kemudian mereka saling tukar sesaji dan disantap bersama di rumah bersama keluarganya,” kata Timbul. Pada 20 Agustus 2024, masyarakat adat Tengger menggelar upacara Karo yang diperingati setahun sekali. Mereka memohon keselamatan dan hasil bumi yang melimpah. (***)