- Kerang kepala kambing merupakan siput laut yang sering diburu dagingnya untuk dikonsumsi serta diambil cangkangnya.
- Cangkang kerang kepala kambing dijual sebagai penghias rumah atau bagian dari dekorasi ruangan.
- Kerang kepala kambing termasuk hewan laut yang dilindungi melalui Peraturan KLHK Nomor P.106 tahun 2018 tentang Satwa dan Tumbuhan yang Dilindungi, namun saat ini masih minim perhatian.
- Kerang kepala kambing memiliki fungsi ekologis sebagai predator bagi bintang laut mahkota berduri, yang dikenal sebagai perusak terumbu karang.
Kerang kepala kambing atau keong kepala kambing merupakan satwa laut yang banyak dijumpai di perairan Indonesia. Bagi masyarakat pesisir, secara umum hewan yang memiliki cangkang besar ini sering ditangkap, untuk dikonsumsi dagingnya.
Namun, tidak banyak yang tahu, bila moluska ini dilindungi berdasarkan Peraturan KLHK Nomor P.106 Tahun 2018 tentang Satwa dan Tumbuhan yang Dilindungi.
Pegiat selam dan juga pemerhati isu kelautan dan perikanan di Gorontalo, Gusnar Ismail, mengatakan bahwa satwa laut ini belum banyak mendapat perhatian. Saat menyelam di perairan Teluk Kwandang Gorontalo Utara, dia menemukan kerang kepala kambing di beberapa titik pada kedalaman 4-10 meter.
Namun, di beberapa desa pesisir di wilayah ini juga, Gusnar menemukan cangkang kerang kepala kambing yang diletakkan di halaman rumah warga.
“Satwa ini jadi buruan untuk dikonsumsi karena dagingnya yang disebut enak dan gurih, sehingga dijadikan lauk. Sementara, cangkangnya dijadikan hiasan dan dekorasi di ruang tamu atau diberikan ke kerabat, sebagai oleh-oleh,” ungkapnya kepada Mongabay, Minggu [18/7/2024].
Baca: Tedong-tedong, Kerang yang Bentuknya Unik dan Banyak Manfaat
Menurut Gusnar, selama menyelam di perairan selatan Gorontalo yang berada di Teluk Tomini, dia menemukan beberapa titik lokasi kerang kepala kambing. Namun berdasarkan pengalaman perjumpaan, paling banyak ditemukan di perairan utara Gorontalo yang masuk kawasan Laut Sulawesi. Khususnya, di Pulau Mohinggito dan sekitar Kepulauan Ponelo.
Di Gorontalo, cangkang kerang kepala kambing dijadikan alat tiup tradisional oleh pedagang ikan keliling, baik menggunakan sepeda atau sepeda motor. Bagi masyarakat Gorontalo, alat tiup ini dikenal dengan nama bambu’a. Namun sekarang, pemandangan penjual ikan dengan bambu’a mulai jarang terlihat, karena sudah digantikan alat tiup moderen.
“Sebenarnya ada juga jenis cangkang kerang yang dijadikan alat tiup pedagang ikan. Namun, cangkang kerang kepala kambing dianggap lebih bagus karena memiliki variasi bunyi dan gema suaranya lebih keras. Jangkauan suaranya juga cukup jauh,” ungkapnya.
Baca: Mengapa Hiu Tidak Memiliki Tulang Keras?
Gusnar menambahkan, kerang kepala kambing memiliki fungsi ekologis di perairan. Fungsi tersebut adalah sebagai predator bagi bintang laut mahkota berduri [Acanthaster planci], yang memakan polip terumbu karang, baik karang bercabang atau karang meja, sehingga menyebabkan terjadinya kerusakan terumbu karang.
“Sebaiknya, kerang kepala kambing ini jangan diambil karena memiliki peran sangat penting, sebagai penyeimbang ekosistem perairan,” ujar Gusnar.
Saat ini, penjualan kerang kepala kambing masih mudah ditemui di toko-toko online dengan harga cukup mahal, untuk satu buah cangkang. Transaksi jual beli juga sering dilakukan di media sosial seperti Facebook.
Awal 2016, mengutip Detikom, Direktorat Bea Cukai menggagalkan penyelundupan ribuan cangkang kerang kepala kambing dengan negara tujuan Tiongkok. Para pelaku memasukkannya dalam kontainer, melalui pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta.
Modusnya, cangkang kerang kepala kambing ini diselipkan dengan cangkang kerang jenis lain. Barang buktinya sebanyak 4.268 cangkang dengan perkiraan senilai Rp5,3 miliar.
Baca: Kerang Raksasa Tertua di Dunia ini Sudah Ada Sejak 1499 Masehi
Diburu untuk diambil dagingnya
Kerang kepala kambing memiliki nama ilmiah Cassis cornuta, sebagaimana dijelaskan di Sealifebase, dan secara internasional disebut Horned helmet atau helm bertanduk. Hewan ini terdistribusi di kawasan laut Indo-Pasifik dengan kedalaman 2 sampai 30 meter. Ukurannya bisa mencapai 36 cm dan secara umum memiliki panjang tubuh atau cangkangnya 22 cm.
Kerang ini hidup berkoloni dan selama periode aktivitasnya, akan mengangkat cangkangnya lurus ke atas untuk bergerak maju, lalu menjatuhkannya ke bawah. Tubuhnya sering terkubur sebagian di bawah permukaan pasir, saat tidak aktif atau ketika mencari makan.
Cangkang kerang kepala kambing merupakan cangkang terbesar dari semua cangkang kerang. Cangkangnya sangat padat, berat, dan gemuk dengan kenop besar seperti tanduk dan dasar yang lebar dan rata. Warnanya oranye pucat di bagian dorsal, bagian dasarnya oranye terang, dan samar-samar ditandai dengan warna putih dan cokelat.
Seperti halnya di Indonesia, cangkang kerang kepala kambing merupakan barang koleksi yang sangat populer dan di beberapa tempat diburu untuk diambil dagingnya, biasanya, dipanggang. Karena faktor ini, manusia menjadi musuh utama kerang kepala kambing dan spesies ini sekarang terancam punah di banyak tempat.
Di Queensland, Australia, kerang kepala kambing telah dimasukan dalam perlindungan yang begitu ketat, karena merupakan predator Acanthaster planci.
Riset: Udang dan Cacing yang Pertama Pulih Setelah Kepunahan Massal Periode Permian