- Selama ini burung Dodo dianggap burung yang bodoh. Ilmuwan mengungkapkan Dodo tidak sedungu yang diduga banyak orang
- Bukti dari spesimen tulang menunjukkan bahwa tendon Dodo yang menutup jari-jari kakinya sangat kuat, mirip dengan kemampuan burung pemanjat dan pelari yang hidup saat ini
- Dodo telah beradaptasi dengan sempurna di lingkungannya. Namun saat manusia datang ke pulau Mauritius itu yang membawa tikus, kucing, dan babi, burung ini menjadi terancam
- Burung Dodo punah karena menjadi santapan para pelaut, telur Dodo yang dimakan tikus, sarangnya dihancurkan dan habitatnya di hutan terus menyusut. Dodo resmi dinyatakan punah pada 1662.
Selama ini Dodo burung asli Pulau Mauritius yang kini punah dianggap sebagai burung yang bodoh. Reputasi ini diperkuat lewat gambaran Dodo dalam budaya populer sebagai burung yang gagap, gemuk, lambat, tidak bisa terbang, dan bentuknya aneh.
Namun sekelompok peneliti mengungkap hal lain. Dodo sungguh tidak sedungu yang diduga banyak orang. Bahkan ada catatan yang ditulis semasa Dodo masih hidup bahwa burung ini bisa bergerak cepat dan menyukai hutan.
“Bukti dari spesimen tulang menunjukkan bahwa tendon Dodo yang menutup jari-jari kakinya sangat kuat, mirip dengan kemampuan burung pemanjat dan pelari yang hidup saat ini. Dodo hampir pasti merupakan hewan yang sangat aktif dan cepat,” kata Neil J Gostling, salah satu peneliti, seperti dikutip Phys. Gostling juga pengajar di bidang evolusi dan palaeobiologi di Universitas Southampton, Inggris.
Dia menambahkan, Dodo telah beradaptasi dengan sempurna di lingkungannya. Namun saat manusia datang ke pulau itu yang membawa tikus, kucing, dan babi, burung ini menjadi terancam. Apalagi pulau-pulau itu tidak memiliki predator mamalia.
Sekelompok peneliti itu telah bersusah payah memeriksa kembali literatur ilmiah yang diterbitkan selama 400 tahun tentang Dodo. Mereka juga mengunjungi seluruh koleksi burung ini di museum Inggris, dan mencoba mengklasifikasikannya dengan benar. Laporan penelitian mereka dimuat dalam jurnal Zoological, Agustus 2024.
Baca : Langkah Hidupkan Kembali Burung Dodo Mendekati Kenyataan

Sempat dikira Mitos
Awalnya Dodo hidup damai di Pulau Mauritius yang terletak di sebelah timur pulau Madagaskar, di Samudera Hindia. Sampai saat penjelajah Belanda menemukan pulau itu pada 1598, dan burung Dodo yang menggemaskan masih banyak ditemukan di sana. Namun kurang dari 100 tahun kemudian kita kehilangan burung ini. Dodo menjadi contoh ikonik tentang kepunahan akibat kehadiran manusia.
Sama seperti yang lain, burung Dodo juga berevolusi. Lingkungan yang mendukung membuatnya tumbuh besar lalu kehilangan kemampuan untuk terbang. Mengutip laporan penelitian mereka, morfologi burung Dodo sangat menyimpang sehingga pada abad 18 dan 19 mereka bahkan dianggap burung mitologi. Sama seperti burung rekaan Phoenix dan Griffin.
“Kerja keras para ilmuwan era Victoria akhirnya membuktikan bahwa Dodo dan Solitaire bukanlah binatang mitologi, melainkan merpati tanah raksasa,” kata Mark Young, salah satu peneliti, dari Universitas Southampton, Inggris.
Dodo digolongkan dalam keluarga Columbidae. Di dalamnya termasuk burung merpati (pigeon) dan dara (dove) yang berukuran lebih kecil. Dodo (Raphus cuculatus) punya kerabat, namanya Rodrigues Solitaire (Pezophas solitaria) yang sering disebut Solitaire saja dan sama-sama sudah punah. Bedanya, sayap Dodo lebih kecil dibanding Solitaire meski sama-sama tidak bisa terbang.
Tinggi burung Dodo sekitar satu meter, dengan berat 20 kilogram. Tingginya seperti kalkun, namun dengan berat dua kali lebih besar. Kakinya kuat dan paruhnya besar. Namun sayapnya kecil.
Baca juga : Dodo, Burung Misterius yang Mulai Terungkap Latar Kehidupannya

Burung Sangat Percaya Diri
Kurangnya predator di habitat Dodo membuat mereka sangat percaya diri. Bahkan ketika akhirnya manusia singgah di pulau Mauritius, kedatangan mereka tidak dianggap sebagai ancaman.
“Ketika pulau itu ditemukan pada akhir tahun 1500-an, burung Dodo yang tinggal di sana tidak takut pada manusia dan mereka digiring ke atas perahu dan digunakan sebagai daging segar bagi para pelaut,” kata Eugenia Gold, terkait penelitian lainnya tentang Dodo. Selain sebagai peneliti, dia juga bekerja pada museum sejarah alam, Amerika.
Penelitian yang dikerjakan pada 2016 itu mengungkapkan bahwa Dodo dan Solitaire memiliki bulbus olfaktorius yang besar. Ini adalah bagian otak yang mempengaruhi indera penciuman. Umumnya burung mengandalkan kemampuan penglihatan dibanding penciuman. Menurut peneliti, karena Dodo dan Solitaire adalah hewan darat, mereka lebih mengandalkan penciuman untuk menemukan makanan. Dalam hal ini buah, vertebrata darat kecil, dan juga hewan laut seperti kerang.
Baca juga : Wallacea, Surganya Burung Unik dan Endemik

Kepunahan Dodo
Menjadi santapan bukan satu-satunya penyebab Dodo punah. Penyebab lainnya adalah satwa yang datang ke pulau Mauritius bersama datangnya manusia. Tikus makan telur Dodo, babi menghancurkan sarang, sementara hutan tempat tinggalnya terus menyusut.
Dodo resmi dinyatakan punah pada 1662. Spesies terakhir terbunuh di pulau kecil d’Ambre, Mauritius. Namun ilmuwan di Colossal Biosciences tengah mengusahakan Dodo hadir lagi. Perusahaan yang sama juga ingin mengembalikan mamut, gajah purba yang punah sekitar empat ribu tahun lalu. (***)