- Peneliti BRIN berhasil mengidentifikasi spesies baru bunga anggrek endemik dari Sulawesi. Temuan ini telah dipublikasikan di Edinburgh Journal of Botany edisi 29 Mei 2024.
- Bunga anggrek bernama Aerides obyrneana atau dengan nama lokal anggrek kuku macan ini, oleh peneliti disebut sebagai spesies paling indah di Indonesia.
- Dikarenakan ketersediaan data dan sebaran yang terbatas, peneliti mengusulkan status konservasi spesies baru ini masuk pada kategori Kritis [Critically Endangered], berdasarkan Daftar Merah IUCN [International Union for Conservation of Nature].
- Selain ancaman konversi habitat alami, kekhawatiran lain datang dari potensi ancaman pengambilan tak terkendali di alam untuk memenuhi permintaan perdagangan komersial.
Anggrek jenis baru kembali ditemukan di Indonesia.
Destario Metusala, peneliti dari Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi BRIN, berhasil mengidentifikasi spesies baru anggrek kuku macan. Temuan ini telah dipublikasikan di Edinburgh Journal of Botany edisi 29 Mei 2024, sebagai spesies endemik/khas Sulawesi dengan nama ilmiah Aerides obyrneana.
Anggrek genus Aerides dikenal oleh para pecinta tanaman dengan nama lokal anggrek kuku macan. Nama tersebut terinspirasi dari bagian dagu bunga yang berbentuk konus/kerucut meliuk dan runcing, layaknya kuku macan.
“Peneliti menyebut spesies anggrek ini paling indah di Indonesia. Jenis ini memiliki bunga atraktif dengan kombinasi warna langka di genusnya, yaitu putih keunguan dengan bibir bunga kuning cerah kehijauan,” ujar Destario, dikutip dari BRIN, Sabtu [17/8/2024].
Baca: Para Penyelamat Anggrek Rawa Gambut Batang Damar

Sebelum spesies baru ini ditemukan, terdapat lima spesies Aerides di Indonesia. Ada jenis Aerides odorata yang tersebar luas di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Kepulauan Nusa Tenggara, hingga Sulawesi. Lalu, Aerides timorana yang endemik dari kawasan Nusa Tenggara. Tiga spesies endemik lainnya berasal dari Sulawesi, yaitu Aerides huttonii, Aerides inflexa, dan Aerides thibautiana.
Sementara, Epithet obyrneana pada spesies baru ini diambil dari nama Peter O’Byrne, pemerhati anggrek dan penulis berbagai referensi taksonomi anggrek di kawasan Asia Tenggara, khususnya Sulawesi.
Baca: Anggrek Tien, Tumbuhan Dilindungi Endemik Sumatera Utara

Ancaman kehidupan anggrek kuku macan
Anggrek kuku macan hidup secara epifit, yaitu tumbuh menempel di permukaan batang pepohonan, namun tidak bersifat parasit yang merugikan pohon inangnya. Tingginya, sekitar 10-16 cm.
Daunnya berseling memanjang seperti pita dengan bentang sepanjang 4-13 cm. Jenis ini memiliki beberapa akar lekat yang panjangnya mencapai 60 cm. Fungsinya, menyerap kelembaban udara maupun dari kulit pepohonan, sekaligus sebagai tempat menyimpan cadangan air.
“Anggrek ini juga memiliki dagu bunga/spur yang melengkung dan biasanya berisi cairan nektar bagi serangga penyerbuk,” ungkap Destario.
Habitatnya, berupa tepian hutan semi terbuka dengan sirkulasi udara lancar dan berintensitas cahaya sekitar 50-70%.
Sementara, dilihat dari karakter bunganya, spesies baru ini mirip Aerides upcmae yang endemik Filipina dan juga Aerides houlletiana dari kawasan Indochina.
“Perbedaan mencoloknya terlihat pada cuping tengah bibir bunga yang berbentuk kipas melebar serta terbelah membentuk empat ruang.”
Dikarenakan sebaran dan datanya yang terbatas, Aerides obyrneana diusulkan masuk kategori Kritis [Critically Endangered/CR], berdasarkan Daftar Merah IUCN [International Union for Conservation of Nature].
Selain ancaman konversi habitat alami, kekhawatiran lain datang dari potensi pengambilan tak terkendali di alam untuk memenuhi permintaan perdagangan komersial.
“Biasanya, kemunculan spesies baru anggrek akan mendorong permintaan yang tinggi. Untuk itu, upaya pelestarian berkelanjutan harus dilakukan,” ungkapnya.
Baca: Cerita Para Pemburu Anggrek dari Mamasa

Jenis anggrek di Indonesia
Sofi Mursidawati, Kurator Anggrek Pusat Konservasi Tumbuhan di Kebun Raya Bogor, sebelumnya kepada Mongabay menjelaskan, anggrek merupakan tumbuhan kategori langka dan hampir punah.
Ini dikarenakan, anggrek sangat bergantung kehidupannya pada satu pohon. Anggrek seperti itu, biasanya anggrek liar yang habitatnya di alam, seperti di hutan. Ketergantungan tersebut, membuat anggrek menjadi spesies flora yang sangat unik.
Ketika pohon tempat anggrek menempel tidak ada, ditebang atau mati, maka kehidupan anggrek juga terancam. Bisa saja anggrek akan mati, atau kalaupun bertahan, hidupnya tidak akan lama.
Rata-rata, anggrek yang hidup di Indonesia adalah anggrek yang hidup sebagai epifit atau menggantung di pohon. Dari seluruh spesies anggrek yang ada, sekitar 70 persen masuk dalam kelompok epifit.
Walaupun, anggrek dari masa ke masa jumlah spesiesnya sangat banyak. Tetapi, karena ketergantungan berkembangbiaknya sangat tinggi, maka dari tahun ke tahun juga jumlahnya menurun.
“Jadi, bisa dibayangkan bagaimana ancaman hidup anggrek ini sangat berat. Sekali saja pohonnya tidak hidup, ya selesai juga hidup anggrek tersebut,” ungkapnya.
Baca juga: Anggrek, Si Cantik yang Terancam Punah

Dalam tulisan berjudul “Keanekaragaman Hayati Flora di Indonesia” di jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan [2015] dijelaskan bahwa Indonesia diperkirakan memiliki 25 persen dari spesies tumbuhan berbunga di dunia. Atau, negara terbesar ketujuh dengan jumlah spesies mencapai 20.000 spesies; sekitar 40 persen merupakan tumbuhan endemik atau asli Indonesia. Famili tumbuhan yang memiliki anggota spesies paling banyak adalah Orchidaceae [anggrek-anggrekan], yakni mencapai 4.000 spesies.
Namun, eksploitasi terhadap keanekaragaman hayati, penebangan liar, konversi kawasan hutan menjadi areal lain, perburuan dan perdagangan liar adalah beberapa faktor yang menyebabkan terancamnya keanekaragaman hayati.
Berdasarkan catatan BRIN, terdapat 750 famili anggrek di dunia dengan 43 ribu spesies, dan 35 ribu varietas hibrida. Di Indonesia, terdapat 5 ribu spesies anggrek. Rinciannya, 986 spesies tersebar di hutan Pulau Jawa, 971 spesies di hutan Sumatera, 113 spesies di Kepulauan Maluku, sisanya di Sulawesi, Nusa Tenggara, Kalimantan, dan Papua.