- Banjir bandang melanda Kelurahan Rua, Ternate Pulau, Kota Ternate, Maluku Utara pada Minggu (25/8/2024) membawa material tanah, lumpur bercampur pasir dan batu dari daerah puncak
- Hingga Minggu sore, berdasarkan data Puskemas Jambula tempat para korban dievakuasi, sudah ditemukan 15 warga meninggal dunia, 5 belum ditemukan dan 3 alami luka berat.
- Tim SAR gabungan dibantu warga masih melakukan pencarian korban lain yang hilang dengan cara menggali lumpur dan material batu yang menenggelamkan rumah warga, termasuk di sekitar bantaran kali.
- Fordas Maluku Utara menduga banjir bandang dan longsor untuk sementara diduga karena adanya hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang berlangsung Sabtu (24/08/2024) sore hingga Minggu (25/8/20-24) subuh.
Ibadi Musa (45 tahun), terlihat berjalan ke sana kemari mencari ibu, kakak perempuan dan ponakannya yang belum juga ditemukan pada Minggu (25/8/2024) siang. Mereka korban banjir bandang di Kelurahan Rua Kecamatan Pulau Ternate Minggu (25/8/2024) sekira pukul 03.30 WIT.
Ibadi kemudian menuju ke Puskesmas Pulau Ternate di Kelurahan Rua untuk mencari keluarganya itu. “Sampai sekarang mama, kakak perempuan dan ponakan saya belum ditemukan,” katanya.
Banjir bandang ini memakan banyak korban karena terjadi pagi hari ketika warga terlelap tidur. Sebelumnya, sejak Sabtu malam hingga Minggu pagi itu terjadi hujan dengan intensitas cukup tinggi.
“Saya terbangun. Saya dengar ada gemuruh. Saya cek di belakang rumah, ternyata batu, air dan lumpur sudah naik dan tertahan di rumah. Langsung saya panggil istri dan anak keluar rumah menyelamatkan diri,” kata Samsudin Senen salah satu warga yang juga menjadi korban. Samsudin dan keluarganya selamat meski rumahnya telah terendam lumpur dan material yang dibawa banjir.
Dia memperkirakan, masih ada tujuh orang belum ditemukan. Sementara rumah yang alami kerusakan ada sekitar dua puluh lebih termasuk tempat ibadah.
Banjir bandang melanda RT 01-RW 01 Kelurahan Rua, Kecamatan Ternate Pulau, Kota Ternate, Maluku Utara yang diapit dua barangka (kali mati,red) yakni Ake Rua 1 dan Ake Rua 2. Banjir bandang paling parah terjadi di kali Ake Rua 1 karena seluruh material yang turun dari daerah puncak berupa tanah, lumpur bercampur pasir dan batu masuk dalam kali kemudian meluber keluar dan menghantam rumah di bantaran kali.
Akibatnya, jejeran rumah di tepi kali mati hancur. Bahkan rumah yang berjarak agak jauh dari kali mati juga ikut terdampak. Sebagian besar rumah tertutup material lumpur tebal yang dibawa banjir.
Kurang lebih seratus meter ke arah barat dari jalan raya di kelurahan itu, lumpur bercampur material batu menutup rumah mencapai satu meter. Tidak itu saja berbagai material termasuk batang pohon dan batu batu ikut terbawa memenuhi rumah warga dan kali.
Baca : Maluku Utara Dihantam Banjir Rob, BMKG Ingatkan 23 Wilayah Indonesia Waspada
Operasi SAR masih berlangsung
Hingga Minggu malam, tim SAR gabungan dibantu warga masih melakukan pencarian korban lain yang hilang dengan cara menggali lumpur dan material batu yang menenggelamkan rumah warga, termasuk di sekitar bantaran kali. Dampak banjir bandang ini juga menyebabkan akses jalan dari dan ke Kelurahan Rua terputus. Jembatan di kali Ake Rua juga putus. Akses komunikasi juga sempat terganggu dan listrik padam.
Hingga Minggu sore, berdasarkan data Puskemas Jambula tempat para korban dievakuasi, sudah ditemukan 15 warga meninggal dunia, 5 belum ditemukan dan 3 alami luka berat.
Pantauan Mongabay di lapangan, aparat gabungan dari TNI Polri, Basarnas, BPBD dan tim palang merah bekerja keras bahu membahu mencari korban yang belum ditemukan. Alat berat turut dikerahkan bersama warga dan relawan mencari korban hilang yang diduga tertimbun dalam material lumpur.
Ada 6 alat berat dikerahkan melakukan penggalian di beberapa lokasi yang diduga para korban tertimbun. Warga dari berbagai kalangan juga ikut membantu melakukan pencarian para korban.
Pemerintah Kota (Pemkot) Ternate, menetapkan banjir bandang Rua dengan status tanggap darurat selama dua minggu ke depan. Pemkot Ternate juga mengarahkan sejumlah alat berat membantu melakukan pembersihan material tanah berlumpur dan batuan yang menimbun jalan.
Pemkot bersama Kapolres Ternate, Dandim 1501/Ternate, bersama Balai Wilayah Sungai Provinsi Maluku Utara, PMI, Basarnas, dan sejumlah stakeholder membuat posko evakuasi di SD Negeri 61 Kelurahan Rua Ternate yang tidak terdampak banjir.
“Yang kami lakukan sekarang bagaimana mengevakuasi para korban yang sementara masih tertimbun,” kata Rizal Marsaoly Sekretaris Daerah Kota Ternate juga Koordinator Posko Tanggap Darurat Bencana Rua.
Baca juga : Kala Banjir dan Cuaca Ekstrem Landa Maluku Utara
Dia bilang, langkah Pemkot Ternate dibantu sejumlah instansi terkait melakukan evakuasi para korban dan membuka akses jalan yang tertutup material dengan alat berat milik Pemkot Ternate.
Sementara warga korban banjir lainnya yang selamat diungsikan sementara di Gedung SMK Perikanan di Kelurahan Kastela. Pemkot Ternate menyiapkan pelayanan kebutuhan bagi pengungsi, seperti makanan, air bersih, dan fasilitas pendukung lainnya.
Banjir Berulang Tapi Tak Ada Perhatian
Kelurahan Rua merupakan kelurahan yang sering dilanda banjir sejak 2017 lalu hingga kini. Pada 23 September 2017 misalnya terjadi banjir di kelurahan tersebut yang disebabkan meluapnya air sungai Akemalako yang berada di RT 4. Data dari Kelurahan Rua, total rumah yang terdampak banjir waktu itu ada 52 unit, termasuk satu sekolah dasar, kantor kelurahan dan Gedung Waserda.
Kemudian pada 01 juli 2020 terjadi lagi banjir di lokasi yang sama akibat hujan deras selama dua jam lebih mengakibatkan puluhan rumah terendam air.
Forum Daerah Aliran Sungai (Fordas) Maluku Utara menduga banjir bandang dan longsor untuk sementara diduga karena adanya hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang berlangsung Sabtu (24/08/2024) sore hingga Minggu (25/8/20-24) subuh. Puncak Curah hujan tertinggi terjadi antara pukul 03.00 hingga pukul 05.00 WIT Minggu (25/08/24) pagi.
Baca juga : Kala Hutan Terus Tergerus, Halmahera Tengah Langganan Banjir
Data yang dikumpulkan dari Stasiun Metrologi Sultan Baabullah Ternate, menunjukan intensitas curah hujan diperkirakan sebesar 75 mm. Namun ada intensitas yang mencapai 50 mm/jam pada saat puncaknya. Kondisi ini juga sama dengan rilis Stasiun Meteorologi Sultan Baabullah – Ternate bahwa ada potensi cuaca ekstrim di wilayah Maluku Utara periode 22 Agustus – 27 Agustus 2024.
Terpantau juga, adanya area tekanan rendah aktif di wilayah Samudera Pasifik Timur Laut Halmahera serta terdapat pola pembentukan daerah pertemuan udara (konvergensi) di beberpa wilayah Kabupaten/Kota di Maluku Utara.
“Kondisi cuaca umumnya berawan, dengan potensi hujan intensitas sedang hingga lebat secara fluktuatif pada pagi, siang, malam dan dini hari. Hal ini dapat memicu bencana hidrometeorologi,” kata Hidayat Marassabesy Ketua Fordas Maluku Kie Raha (MKR).
Menurutnya, ada beberapa kejadian kasus longsor yang secara tutupan lahannya masih bagus, kemungkinan karena adanya lapisan kedap air di bawah tanah, dan lapisan tanah di atas yang tidak mampu menahan beban tanaman dan air yang masuk ke dalam tanah. Selain itu karena infiltrasi telah mencapai puncaknya, sementara perkolasi atau pergerakan air melalui tanah dan perkolasi lanjutan (bagian dalam,red), terganggu oleh faktor geologis, terutama bahan induk pembentuknya.
“Ini yang diduga kuat menjadi penyebabnya. Sebab kalau dilihat secara foto udara kawasan hutan di hulu kelurahan ini masih bagus,”katanya.
Potensi Hujan Intesitas Tinggi Terjadi
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan potensi hujan dengan intensitas tinggi masih mungkin terjadi di wilayah Kota Ternate dan sekitarnya dalam beberapa hari ke depan.
Karena itu masyarakat yang tinggal di kaki Gunung Gamalama Ternate, diimbau tetap waspada. Terutama masyarakat di Kelurahan Rua dan sekitarnya agar mengikuti arahan pihak berwenang terkait potensi banjir bandang susulan.
Sebelumnya, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merilis data berupa hujan dengan intensitas tinggi yang mengguyur Kota Ternate, pada Minggu (25/8/2024) pukul 03.30 WIT memicu terjadinya banjir bandang ini.
Ketua Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Maluku Utara Abdul Kadir Arif menjelaskan, terkait banjir di Rua Ternate, memiliki hubungan erat dengan kondisi geologinya. Hal ini karena di daerah hulu tidak ada bukaan lahan yang massif terutama untuk pemukiman.
Dia bilang, secara geologi daerah Rua itu masuk fase gunung aktif Gamalama tua. Artinya di tahun- tahun yang lalu pernah menjadi salah satu lokasi yang mendapatkan material vulkanik hasil letusan gunung berapi.
“Kalau kita lihat lagi kejadian di Rua, yang pertama memang dalam satu hari sejak Sabtu (24/8/2024) sore hingga Minggu (25/8/2024) subuh, intensitas hujan sedang dengan durasi hujan lama. Artinya ada material sedimen hasil vulkanik di hulu terbawa turun ke bawah sehingga memicu adanya banjir bandang,” katanya.
Satu hal yang digarisbawahi bahwa, tidak ada perubahan lanskap penggunaan lahan yang massif di belakang kampung ini. Artinya bahwa ini betul betul menjadi satu fenomena secara geologi di mana ada curah hujan tinggi dan material sedimen di hulu yang sudah tidak mampu menampung materialnya, secara perlahan bergerak turun dan sampai pada titik kejadian ini.
Biasanya, katanya, bukan kejadian hujan sehari atau semalam menyebabkan materialnya ter-transport. Tetapi terjadi sudah beberapa waktu yang lalu, mengalami proses transportasi material dari atas ke bawah, dari hulu ke hilir. Kejadian ini bertepatan dengan hujan menunggu waktu yang tepat. Minggu pagi mobilisasi material dari hulu ke hilir menyebabkan banjir bandang.
Karena kejadian ini IAGI Malut mengimbau siapa pun yang membangun rumah di sekitar bantaran sungai, agar melihat sejarah masa lalunya sehingga lebih waspada ke depan.
“Khusus pemerintah Kota Ternate, kejadian ini merupakan pelajaran berharga bahwa tidak ada perubahan lahan pun, bencana atau banjir bisa terjadi. Karena itu dalam pengelolaan dan pengawasan ruang ke depan harus berbasis mitigasi. Artinya kita semua berada dalam ruang yang sama sehingga harus saling mengingatkan untuk waspada,” katanya. (***)