- Salp adalah organisme laut yang unik dengan kemampuan tumbuh sangat cepat, menjadikannya hewan multiseluler dengan pertumbuhan tercepat di dunia.
- Mereka memiliki siklus hidup yang menarik, berganti kelamin dari betina menjadi jantan, memastikan keberlangsungan populasi mereka.
- Salp berperan penting dalam ekosistem laut dengan menyaring air dan mengurangi karbon dioksida, berkontribusi dalam mitigasi perubahan iklim.
Salp (Salpa fusiformis) merupakan organisme laut yang mungkin tidak begitu dikenal oleh banyak orang. Hewan kecil ini memiliki keunikan yang luar biasa, salah satunya adalah kemampuan mereka untuk tumbuh dengan sangat cepat, membuat mereka dinobatkan sebagai hewan multiseluler dengan pertumbuhan tercepat di dunia. Hewan ini juga memainkan peran yang sangat penting dalam ekosistem laut dan bahkan dalam upaya melawan perubahan iklim.
Salp dapat ditemukan di berbagai belahan dunia, khususnya di Samudra Pasifik dan Atlantik. Tersebar luas mulai dari permukaan laut hingga kedalaman sekitar 800 meter, yang mencakup berbagai ekosistem laut dari zona epipelagik hingga mesopelagik. Salp memiliki bentuk tubuh yang menyerupai tong, dengan ukuran yang bervariasi dari 0,2 sentimeter saat lahir hingga sekitar 10 sentimeter ketika dewasa. Mereka biasanya ditemukan dalam kelompok besar yang dikenal sebagai rantai salp, di mana mereka bergabung bersama dan mengapung mengikuti arus laut.
Baca juga: Berukuran Raksasa, Ubur-ubur Ini Hanya Hidup Satu Tahun
Pertumbuhan yang Sangat Cepat
Salah satu keunikan paling mencolok dari salp adalah kemampuan mereka untuk tumbuh dengan kecepatan yang luar biasa. Salp dapat mencapai kematangan hanya dalam 48 jam, menjadikannya hewan multiseluler dengan pertumbuhan tercepat di dunia. Dalam waktu singkat tersebut, salp mampu meningkatkan panjang tubuhnya hingga 10% per jam, sebuah kecepatan yang menakjubkan bagi makhluk hidup mana pun. Kecepatan pertumbuhan ini tidak hanya memungkinkan mereka untuk cepat beradaptasi dengan perubahan lingkungan, tetapi juga membantu populasi mereka untuk berkembang dengan cepat dalam kondisi yang menguntungkan.
Baca juga: Berbahaya, Jauhi ‘Ubur-ubur’ Perang dari Portugis ini di Pantai
Siklus Hidup yang Unik
Salp memiliki siklus hidup yang sangat unik yang terdiri dari dua fase utama: fase aseksual (oozoid) dan fase seksual (blastozooid). Pada fase aseksual, salp dewasa membentuk rantai panjang dari salp yang merupakan klon dari dirinya sendiri. Setiap salp dalam rantai ini pada akhirnya berkembang menjadi blastozooid, yang kemudian bereproduksi secara seksual. Pada awalnya, seluruh rantai terdiri dari salp betina yang menghasilkan telur. Telur ini kemudian dibuahi oleh salp jantan di sekitarnya, yang melepaskan sperma mereka ke dalam air. Setelah telur berkembang dan menetas, salp muda lahir dan segera mulai tumbuh dan berkembang menjadi oozoid dewasa, memulai siklus hidup baru.
Baca Juga: Unik, Ubur-Ubur Ini Bisa ‘Hidup Abadi’
Menariknya, rantai salp ini dapat berubah jenis kelamin dari betina menjadi jantan seiring dengan perkembangan mereka. Hal ini memungkinkan rantai salp untuk memaksimalkan potensi reproduksi mereka, memastikan bahwa populasi salp dapat terus berkembang meskipun dalam kondisi lingkungan yang berubah-ubah.
Memiliki Peran Ekologis yang Luar Biasa
Salp memainkan peran penting dalam ekosistem laut, terutama melalui kemampuannya untuk menyaring air laut dalam jumlah besar. Mereka memakan fitoplankton dan partikel-partikel kecil lainnya yang tertangkap dalam jaring lendir di dalam tubuh mereka. Karena kemampuan mereka untuk menyaring air laut dalam jumlah besar, salp dapat berkontribusi secara signifikan terhadap pengurangan kadar karbon dioksida (CO2) di lautan. Sebuah studi menunjukkan bahwa segerombolan salp yang tersebar di area seluas 100.000 kilometer persegi dapat menangkap hingga 4.000 ton CO2 dalam satu malam. Ini menjadikan salp sebagai salah satu organisme yang secara tidak langsung berperan dalam mitigasi perubahan iklim.
Selain itu, ketika salp mati, mereka tenggelam ke dasar laut, membawa serta karbon yang mereka serap selama hidup mereka. Proses ini, yang dikenal sebagai “pompa biologis,” membantu menyimpan karbon di dasar laut dalam jangka waktu yang lama, mencegahnya kembali ke atmosfer sebagai gas rumah kaca.