- Polusi plastik merupakan masalah kesehatan masyarakat global yang mendesak. Krisisnya sedang berlangsung, sementara orang-orang yang sampahnya tidak terkumpul tidak memiliki pilihan selain membuang atau membakarnya.
- Negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah memiliki timbulan sampah plastik yang jauh lebih rendah, tetapi sebagian besar sampah plastik tidak terkumpul atau dibuang ke tempat pembuangan sampah.
- India merupakan jumlah terbesar penghasil polusi plastik terburuk: 9,3 juta metrik ton, yang setara dengan hampir seperlima emisi plastik global. Peringkat kedua adalah Nigeria 3,5 juta metrik ton; dan disusul Indonesia: 3,4 juta metrik ton.
- Terdapat 10 perusahaan pencemar plastik teratas di seluruh dunia [2022]. Urutan pertama adalah Coca-Cola yang merupakan pencemar plastik terbesar dengan selisih cukup signifikan. Hanya perjanjian global yang dapat membantu mengurangi produksi plastik, untuk meminta pertanggungjawaban perusahaan yang telah mengabadikan sampah plastik global.
Apakah Anda termasuk orang yang memiliki kebiasaan membakar sampah?
Perilaku ini ditemukan di Indonesia, baik pada masyarakat perkotaan, pedesaan, atau pesisir dan pulau kecil. Hasil pembakaran tersebut memberikan kontribusi besar terhadap polusi plastik secara global.
Menurut World Population Review [2024], dunia telah mengalami krisis polusi plastik. Sejak 1950, manusia telah memproduksi lebih dari 8 miliar ton plastik, lebih dari setengahnya langsung dibuang ke tempat sampah dan hanya sekitar 9% yang didaur ulang.
Negara-negara yang lebih besar dan lebih padat penduduk, seperti halnya Indonesia, cenderung menghasilkan lebih banyak sampah plastik secara keseluruhan. Tetapi, ketika hasilnya disaring untuk menunjukkan produsen terbesar per kapita, yaitu per orang, peringkatnya berubah secara signifikan.
Penelitian terbaru yang dilakukan University of Leeds, Inggris, mengungkapkan skala besar sampah yang tidak terkumpul dan pembakaran sampah plastik secara terbuka dalam inventarisasi polusi plastik global.
Para peneliti ini menggunakan AI [Artificial Intelegence] untuk memodelkan pengelolaan sampah di 50.702 kota di seluruh dunia dari lima sumber emisi sampah plastik di darat. Model ini memungkinkan tim memprediksi, berapa banyak sampah yang dihasilkan secara global dan hal apa yang terjadi.
Penelitian tersebut diterbitkan dalam jurnal Nature, edisi 4 September 2024, dengan menghitung 52 juta metrik ton produk plastik yang masuk ke lingkungan tahun 2020, yang jika digabungkan akan membentang di seluruh dunia lebih dari 1.500 kali.
Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa lebih dari dua pertiga polusi plastik di Planet Bumi, berasal dari sampah yang tidak terkumpul dan hampir 1,2 miliar orang atau 15% dari populasi global, hidup tanpa akses ke layanan pengumpulan sampah.
Baca: Teknologi: Sekarang Polutan Mikroplastik di Air dapat Dilacak dengan AI
Tiga besar negara penghasil polusi plastik
Para peneliti yang terdiri Joshua Cottom, Ed Cook, dan Costas A. Velis juga mengidentifikasi titik-titik polusi plastik baru. Berdasarkan temuan mereka, emisi polusi plastik paling tinggi terjadi di seluruh negara Asia Selatan, Afrika Sub-Sahara, dan Asia Tenggara.
Hal ini berarti bahwa India merupakan jumlah terbesar penghasil polusi plastik terburuk: 9,3 juta metrik ton, yang setara dengan hampir seperlima emisi plastik global. Peringkat kedua adalah Nigeria 3,5 juta metrik ton; dan disusul Indonesia: 3,4 juta metrik ton.
“Sementara China yang sebelumnya disebut sebagai penghasil polusi plastik tertinggi di dunia, berada di peringkat keempat dalam penelitian kami, yakni 2,8 juta metrik ton. Kontribusi yang lebih rendah terhadap emisi plastik dari China ini mencerminkan penggunaan data terbaru yang menunjukkan kemajuan substansial dalam mengadopsi insinerasi sampah dan TPA terkendali,” ungkap para peneliti dalam publikasi mereka.
Negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah memiliki timbulan sampah plastik yang jauh lebih rendah, tetapi sebagian besar sampah plastik tidak terkumpul atau dibuang ke tempat pembuangan sampah. India muncul sebagai kontributor terbesar karena memiliki populasi yang besar, sekitar 1,4 miliar, dan sebagian besar sampahnya tidak terkumpul.
Setiap tahun, lebih dari 400 juta metrik ton plastik diproduksi. Banyak produk plastik yang hanya sekali pakai, sulit didaur ulang, dan dapat bertahan di lingkungan selama beberapa dekade atau abad, dan sering kali terfragmentasi menjadi barang-barang yang lebih kecil. Beberapa plastik yang mengandung bahan kimia tambahan berpotensi mengancam kesehatan manusia, terutama jika dibakar di tempat terbuka.
Para peneliti mengatakan bahwa inventarisasi global polusi plastik yang pertama kali dilakukan ini memberikan data dasar, yang disebut sebanding dengan data emisi perubahan iklim, yang dapat digunakan para pembuat kebijakan untuk mengatasi bencana lingkungan.
Baca: Inilah Dampak Cemaran Mikroplastik untuk Plankton dan Penyerapan Karbon di Laut
Menurut Costas A. Velis, polusi plastik adalah masalah kesehatan manusia global yang mendesak, krisisnya sedang berlangsung. Sementara, orang-orang yang sampahnya tidak terkumpul tidak memiliki pilihan selain membuang atau membakarnya.
“Membakar plastik mungkin terlihat membuat mereka menghilang, tetapi pada kenyataannya pembakaran sampah plastik secara terbuka dapat menyebabkan kerusakan kesehatan manusia yang substansial. Termasuk, gangguan perkembangan saraf, reproduksi, dan cacat lahir, dan pencemaran lingkungan lebih luas,” kata Velis, dikutip dari situs ilmiah Science X di phys.org.
Baca juga: Sampah Plastik dan Perubahan Iklim, Seperti Apa?
10 perusahaan pencemar plastik
Selain negara penghasil polusi plastik, terdapat 10 perusahaan pencemar plastik [2022] teratas di seluruh dunia. Coca Cola urutan pertama, disusul PepsiCo, Nestlé, Unilever, Mondelëz International, Mars, Procter & Gamble, Philip Morris International, Danone, dan Ferrero Group.
Menurut hasil penelitian tahunan #BreakFreeFromPlastic itu, hanya perjanjian global yang dapat membantu mengurangi produksi plastik, untuk meminta pertanggungjawaban perusahaan yang telah mengabadikan sampah plastik global.
Solusi yang telah terbukti, berpusat pada penggunaan ulang dan pengisian ulang, telah menunjukkan keberhasilan di berbagai belahan dunia guna mengatasi masalah plastik.
Di Tengah Minimnya Data, Hentikan Polusi Mikroplastik di Laut jadi Tantangan Global