- Puluhan rumah di kampung Tembesi Tower, Kecamatan Sungai Beduk, Kota Batam, Kepulauan Riau, banjir berkepanjangan karena terdampak proyek kawasan industri. Banjir ada yang sampai satu meter.
- Banjir mulai terjadi sekitar tujuh bulan ini, bersamaan dengan pembangunan proyek industri di belakang Kampung Tembesi Tower. Warga menghitung hampir 30 kali banjir sejak tujuh bulan terakhir. Sebagian warga mengungsi, sebagian kecil bertahan dan tidur di atas air coklat yang mengenang.
- Proyek kawasan industri itu menyebabkan parit tertutup. Meskipun ada parit baru, tetapi posisi lebih tinggi dari kampung.
- Wan Taufik, Kepala Bidang Sumber Daya Air Dinas BMSDA Kota Batam, membenarkan, penyebab banjir terdampak proyek PT Tanjung Piayu Makmur (TPM) di sekitar rumah warga. Dinas sudah rapat dengar pendapat dengan DPRD Kota Batam tetapi belum ada solusi.
“Kampung tenggelam.” Ungkapan itu bisa merepresentasikan kondisi Kampung Tembesi Tower, Kecamatan Batu Aji, Kota Batam, Kepuluan Ria, setiap musim hujan. “Makin lama hujan makin tinggi banjirnya,” kata Joko Sasmita, warga Tembesi kepada Mongabay, 4 September lalu.
Untuk mobilitas, warga menyiapkan perahu kecil. “Kita ingin biar semua orang tau kampung kami seperti ini sekarang, semoga diperhatikanlah.”
Ada 26 rumah terendam banjir lebih satu meter. Sebagian warga masih bertahan di rumah dengan cara meninggikan tempat tidur mereka. “Sebagian sudah mengungsi ke rumah sewaan atau rumah saudara mereka,” kata Joko.
Dia menunjukkan rumah yang terendam. Perkakas basah. Alat yang biasa untuk usaha rusak. “Usaha saya otomatis berhenti, ini mesin (pemanggang kue) harga puluhan juta,” kata Joko, menunjukkan dalam rumahnya yang terendam.
Muhammad Ravi, juga warga Tembesi hanya bisa pasrah. Rumah dan ruangan usaha fotokopi juga kebanjiran. “Ini mesin fotokopi juga terendam, harga sekitar Rp10 juta,” kata Ravi yang terpaksa beralih kerja jadi sopir ojek online.
Dia masih tinggal di rumah tetapi sudah mengungsikan anaknya. Awalnya, anaknya bertahan lalu sakit. “Diperiksa rupanya gejala tipes.”
Di belakang kampung mereka ada pembangunan kawasan industri. Warga menduga banjir karena pematangan lahan di kawasan industri itu.
” Banjir ini semenjak pembangunan mulai, sekitar tujuh bulan lalu,” kata Andi Jamaludin, Ketua RT3/RW15 Tembesi Tower, kepada Mongabay 4 September lalu.
Proyek kawasan industri itu menyebabkan parit tertutup. Meskipun ada parit baru, tetapi posisi lebih tinggi dari kampung. “Kalau air besar bahkan air parit masuk ke rumah warga,” kata Andi.
Tak hujan pun, air tetap menggenang karena tak ada jalan saluran air. “Saya sudah lapor lurah, camat bahkan ke Walikota Batam tetapi sampai sekarang belum ada respon dari pihak terkait termasuk pemerintah,” katanya.
Wan Taufik, Kepala Bidang Sumber Daya Air Dinas BMSDA Kota Batam, membenarkan penyebab banjir terdampak proyek PT Tanjung Piayu Makmur (TPM) di sekitar rumah warga.
“Kami sudah beberapa kali turun ke lapangan, dan instruksikan perusahaan meminimalisir dampak pembangunan,” katanya.
Dia bilang sudah rapat dengar pendapat dengan DPRD Kota Batam. “Solusi belum ada juga.”
Tak hanya persoalan banjir juga kepemilikan lahan. Perusahaan, katanya, mengaku sebagai pengelola lahan.
Namun, kata Wan, Bina Marga fokus ke persoalan nasib masyarakat terdampak. “Soal kepemilikan lahan itu masalah jangka panjang, butuh waktu lama penyelesaiannya, yang harus diperhatikan itu warga terdampak, ini soal kemanuasian,” kata Wan.
Wan bilang, sudah memanggil perusahaan dan warga. Kedua pihak mengklaim lahan mereka.
“Kemarin sudah rapat. Kita sudah pertemukan warga dengan PT. Hasilnya, kalau penjelasan dari Tanjung Piayu Makmur itu lahan mereka. Menurut warga itu kampung tua.”
Dalam rapat kata Wan, perusahaan juga sampaikan siapkan tiga opsi warga pindah dari Tembesi Tower. “Katanya ada pola, sagu hati, kavling siap bangun,” katanya.
Wan minta, perusahaan harus segera siapkan pompa air agar banjir tak menggenang di kampung Tembesi Tower.
“Malahan perusahaan minta warga segera relokasi,” katanya.
Terkait bantuan korban banjir, katanya, dari Pemerintah Kota Batam belum ada.
Johanes Kennedy Aritonang Chairman Panbil Group, induk perusahaan Tanjung Piayu Makmur, tahu banjir melanda Kampung Tembesi. Pasalnya, elevasi timbunan kawasan industri berada di atas perkampungan warga. “Elevasinya memang berada di bawah yang akan kita bangun, maka mereka terendam,” kata Johanes kepada Mongabay, 26 September 2024.
Namun Johanes mengklaim, lahan rumah warga di Kampung Tembesi Tower tersebut masuk dalam kawasan industri.
Sejak dua tahun lalu, katanya, mereka meminta warga pindah. “Sekarang kita juga sudah sediakan rumah kavling dan uang sagu hati untuk mereka.”
Dia bilang, perusahaan sudah mendapatkan legalitas tanah dari dua perusahaan sebelumnya. Menurut Johannes, kawasan itu bukan untuk perumahan tetapi industri.
“Awalnya, 2000 keluarga lebih terdampak, sebagian besar sudah pindah, sekarang tinggal sekitar 100 keluarga lagi,” katanya.
Johannes akan melakukan pendekatan persuasif kepada warga agar pindah ke rumah kavling. ” Kenapa bertahan disitu? Apalagi sekarang kampung sudah jelek karena banjir ini,” katanya.
******
Warga Rempang Alami Kekerasan, Komnas HAM: Kedepankan Perlindungan Warga