- Koalisi Bali Emisi Nol Bersih memulai kampanye dan upaya mendorong warga dan pemerintah membangun jalan menuju target Bali nol emisi pada 2045
- Dengan skenario tanpa intervensi atau membiarkan aktivitas penghasil emisi terus terjadi, Bali diperkirakan harus menangani 10 juta ton CO2 pada 2045.
- Ketika kampanye dan inovasi teknologi untuk penurunan emisi digalakkan, aktivitas besar yang memproduksi emisi di Bali tak pernah henti seperti konferensi dan event internasional
- Sejumlah upaya mengurangi emisi sudah dijalankan dalam skala terbatas seperti aplikasi energi surya di bidang pertanian, pengelolaan sampah, dan pengembangan ekosistem kendaraan listrik.
Apa itu nol emisi? Ketika puluhan orang sedang berkumpul mendiskusikan upaya pengurangan emisi dan target nol emisi pada 2045, pada saat bersamaan ada acara besar yang menghasilkan emisi karbondioksida di Bali.
Dari lama websitenya disebutkan, Bali International Airshow 2024 didukung oleh perusahaan-perusahaan kedirgantaraan internasional besar yang menekankan pengaruh Indonesia yang semakin besar di sektor kedirgantaraan dan pertahanan global. Acara ini berlangsung dari 18 hingga 21 September 2024 di Bandara Internasional Ngurah Rai yang menampilkan raksasa kedirgantaraan dan pertahanan global termasuk Airbus, Boeing dan Bell Helicopters.
Pertunjukan udara tersebut dinilai langkah penting dalam perjalanan Indonesia untuk menjadi pusat regional bagi inovasi kedirgantaraan dan teknologi pertahanan.
Lanskap penerbangan di Indonesia sedang dalam lintasan yang menanjak, dengan proyeksi tingkat pertumbuhan tahunan sebesar 5 persen dalam armada pesawat selama lima tahun ke depan dan Indonesia diperkirakan menjadi pasar penerbangan terbesar ke-4 pada tahun 2037. Dalam rilis media, juga disinggung upaya pengembangan dan penerapan bahan bakar penerbangan berkelanjutan (SAF) oleh Petronas.
Tak hanya Airshow, kegiatan yang menghasilkan emisi tinggi juga kerap dilakukan di Bali. Seperti sejumlah konferensi internasional yang mendatangkan ribuan orang dengan berbagai moda transportasi, kebutuhan logistik pangan, hiburan, dan lainnya.
Baca : Makin Macet, Ubud Jadi Percontohan Kawasan Rendah Emisi di Bali
Lalu, bagaimana cara Bali bisa optimis mendorong nol emisi pada 2045, jauh lebih cepat dibanding target nasional pada 2060.
Pertanyaan-pertanyaan mendasar apa itu emisi, kenapa harus dikurangi, bagaimana cara menurunkannya muncul dalam diskusi dan pameran Bali Beraksi untuk Iklim, pada pertengahan September 2024 di Sanur. Acara ini didukung oleh Koalisi Bali Emisi Nol Bersih, yang didukung oleh World Resources Institute (WRI) Indonesia, Institute Essential Services for Reform (IESR), New Energy Nexus, dan CAST Foundation.
I Gusti Muryayasa, pendiri BioSolar Farm yang menggunakan energi surya pada aplikasi usaha pertanian mengingatkan cara sederhana memahami emisi adalah menghitung emisi yang dihasilkan ketika membuat kegiatan. Menyesuaikan kebutuhan energi dengan yang bisa dihasilkan dari energi bersih. Sejumlah cara transisi energi yang pernah dilakukan adalah mengaplikasikan tenaga surya untuk alat pertanian seperti mesin pencacah.
Teknologi Minim Emisi
Alfina Febrilia dari Griya Luhu mempromosikan pengelolaan sampah untuk mengurangi emisi dari pengelolaan sampah. Ia mengatakan karbondioksida itu nggak selalu negatif. Tapi kenapa sih sampah itu sekarang selalu dikaitkan dengan emisi karbondioksida? Karena kebanyakan masyarakat Indonesia membakar sampah yang menghasilkan karbondioksida.
Bahkan instalasi pegelolaan sampah juga bisa menghasilkan emisi karena menggunakan metode open dumping atau menggunakan mesin pembakaran sampah. Griya Luhu mendoorng warga memilah dan mengelola sampahnya mandiri agar tak banyak berakhir menghasilkan karbon. Salah satu caranya dengan menyiapkan bank sampah digital.
Baca juga : Inilah Aksi Anak Muda Bali Kurangi Energi Kotor dan Emisi
Kedua inisiatif itu sudah diimplementasikan lebih dari lima tahun. Namun ada juga rintisan yang dikembangkan dari teknologi yang sudah ada.
Misalnya Desa Hidrogen Hijau. Sebuah prototipe teknologi ini diperlihatkan pada publik. Uji coba direncanakan di Pulau Serangan, pulau kecil bagian dari Bali yang kini bertambah daratannya karena reklamasi.
Tafia Sabila dari Fablab Bali menjelaskan proyek ini memperkenalkan teknologi hidrogen hijau untuk komunitas pesisir. Bukan teknologi baru tapi terapan yang memanfaatkan struktur H2O dipecah dengan sistem elektrolisis, menghasilkan gas hidrogen dan oksigen sehingga hidrogennya dapat dimanfaatkan menjadi energi baru.
Oksigennya bisa dikembalikan ke air laut. Teknologi ini dipersiapkan untuk komunitas pesisir di skala yang lebih kecil. Di desa hidrogen ini ada dua aspek utama, yaitu pengembangan komunitas dan inovasi teknologi hidrogen hijau yang frugal.
Upayanya adalah pendekatan langsung secara ke komunitas melalui edukasi, pengembangan skill, dan pengembangan kewirausahaan. “Tantangan kami saat ini adalah bagaimana membangun narasi dan memperkenalkan konsep, serta teknologi hidrogen hijau,” ujarnya.
Teknologi Transplantasi Karang
Menyerap emisi juga bisa dari ekosistem laut. Prawita Tasya Karissa dari Biorock Indonesia mengampanyekan peningkatan nilai tambah bagi warga pesisir dengan meningkatkan pertumbuhan terumbu karang dengan bantuan listrik.
Teknologi ini sudah diaplikasikan sejak tahun 2000 dimulai dari Pemuteran, Buleleng. Selama ini semangat untuk merawat kebun bawah laut seringkali hilang karena begitu mudahnya bantuan sejumlah pihak. Biorock berasal dari kata bio dan rock, batu yang hidup. Pada saat listrik dialirkan ke air laut, dia akan menghasilkan elektrolisis. “Jadi ada reaksi di air laut, seolah-olah kita mau nyetrum air lautnya, tapi dia bertegangan rendah. Jadi tegangan yang rendah itu berhasil menarik kalsium dari air laut. Cara kerjanya dia menarik karbondioksida di air laut,” paparnya.
Tak hanya menumbuhkan terumbu karang dengan lebih cepat, mekanisme ini juga membantu makhluk hidup bercangkang. Taman laut Pemuteran kini menjadi atraksi wisata.
Baca : Bali Sedang Rancang Pergub Energi Bersih. Seperti Apa?
Sofwan Hakim dari Sekretariat Koalisi Bali Emisi Nol Bersih mengingatkan banyak inisiatif yang telah dilakukan oleh komunitas lokal seringkali tidak mendapatkan dukungan yang memadai. Oleh karena itu, Bali Beraksi untuk Iklim berusaha hadir sebagai sebuah platform strategis untuk menjawab tantangan-tantangan tersebut.
Di sisi lain, menurutnya, peran media juga sangat penting dalam menyebarkan pesan tentang pentingnya transisi menuju energi bersih dan ramah lingkungan, untuk meningkatkan kesadaran publik mengenai upaya-upaya yang telah dilakukan dan dampak positif yang bisa dicapai melalui partisipasi aktif masyarakat.
Skenario penurunan emisi Bali, jika dilakukan tanpa intervensi atau bussiness as usual maka pada 2045 akan ada 10 juta ton emisi karbondioksida yang harus ditangani. Sementara dengan langkah ambisius ada 2 juta ton emisi karbondioksida. Sehingga diperlukan langkah-langkah komprehensif menyerap emisi atau penurunan emisi.
Saat ini pemerintah membuat sejumlah regulasi diantaranya peraturan Gubernur Bali tentang kendaraan berbasis baterai. Dari data koalisi, ada peningkatan kendaraan listrik 38% dari 2022.
Demikian juga stasiun pengisian listrik untuk kendaraan listrik (SPKLU) dari 7 titik pada 2021 menjadi 101 pada 2024, namun masih didominasi oleh PLN 84%, sisanya swasta. Fokusnya masih infrastruktur transisi kendaraan berbasis bahan bakar minyak menjadi listrik dengan alasan penghasil emisi terbesar adalah sektor energi dan transportasi.
Bagaimana mendorong kesadaran personal dari kegiatan sehari-hari? Sejumlah poster bernada curhat di lokasi kegiatan Kolaborasi Bali untuk Iklim ini menunjukkan lingkaran sebab akibat. Misalnya “jalan kaki ibarat main temple run, trotoar rusak, panas pula. Mana bisa enjoy.”
Upaya mendukung pengurangan emisi dengan mulai jalan kaki terbentur minimnya peneduh di jalan dan trotoar yang tidak terawat. Ada lagi yang berbunyi, “naik transportasi umum macet dan haltenya tak terawat.” Menunjukkan bahwa transportasi umum perlu didukung infrastruktur yang baik. (***)
Konser Hijau Coldplay: Inspirasi untuk Industri Musik Kurangi Emisi