- Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono meresmikan secara langsung modeling budidaya lobster di Batam, Kepulauan Riau.
- Batam dan Kepri dipilih karena memiliki lokasi yang cocok, termasuk tersedianya pakan yang memadai.
- KKP juga memastikan budidaya bersifat berkelanjutan, dengan cara membudidayakan kerang sebagai pakan, tidak mengambil kerang yang ada di alam.
- Selain itu, membangun budidaya lobster ini upaya KKP untuk menguasai hulu dan hilir sektor perikanan lobster, sehingga mengurangi celah penyelundupan BBL ke luar negeri, terutama ke Vietnam.
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) meresmikan modeling budidaya lobster di Batam. Upaya ini dianggap salah satu cara mengatasi maraknya penyelundupan benih bening lobster (BBL) yang terjadi belakangan ini, termasuk di daerah perbatasan Batam.
Peresmian lokasi budidaya hewan dengan nama latin Nephropidae ini dilakukan langsung oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono, Kamis, (10/10/2024).
Trenggono mengunjungi lokasi budidaya yang terdapat di pesisir Pulau Setokok Kota Batam yang berada di kawasan kantor Balai Perikanan Budi Daya Laut (BPBL) Batam. Ia menyaksikan langsung proses pembibitan lobster, tempat pembesaran hingga tempat pakan lobster.
“Saya sudah melihat di sini sistem industri (budidaya lobster) sudah berjalan dengan baik, sudah diuji coba juga,” katanya. Diperkirakan tingkat kehidupan BBL bisa mencapai 70 sampai 80 persen.
Budidaya perikanan adalah sektor yang menjanjikan, terlihat dari angka ekspor yang surplus dibandingkan sektor lain. “Semenjak saya menjabat rata-rata (ekspor sektor perikanan) surplus 5.5 miliar dollar AS, sedangkan impor kita hanya ikan salmon dan salam yang tidak bisa hidup disini (Indonesia), itupun nilainya tidak sampai 1 miliar dollar AS, cuma 700 juta dollar AS. Bandingkan sektor protein hewani hampir 80 persen ekspor,” katanya.
Sehingga kemampuan budidaya itu harus dimiliki oleh Indonesia. Sebelumnya KKP telah meresmikan modeling budi daya udang di Kebumen, modeling budi daya rumput laut di Wakatobi, modeling budi daya ikan nila salin di Karawang. Satu lagi sedang dalam proses pekerjaan adalah modeling budi daya kepiting di Pasuruan.
Baca : Polisi Gagalkan Penyelundupan 134 Ribu Baby Lobster di Banten, Negara Rugi Rp32,8 Miliar
Saat ini budi daya lobster di Vietnam menjadi rujukan KKP. Setelah melihat budi daya lobster selama dua tahun di Vietnam, tantangan Indonesia adalah konsistensi membangun ekosistem budi daya lobster. “Vietnam ekosistem budi daya mereka sudah terbangun dengan baik, hanya satu kelemahan mereka yaitu bibit,” katanya.
Ia menjelaskan, kemungkinan besar bibit budi daya lobster di Vietnam bahkan berasal dari Indonesia. Menurutnya bibit itu dikirim ke negara dengan julukan “naga biru” itu secara ilegal.
“Saya tidak tahu cara mereka mendapatkan bibit itu seperti apa, yang pasti tidak legal, mungkin saja BBL berenang kesana, mungkin,” katanya.
Trenggono juga mendapatkan informasi dari para pelaku budidaya lobster yang ada di Vietnam. Bahwa penjualan BBL disana satu tahun tidak kurang dari 300-500 juta bibit lobster. “Kalau 300 juta bibit dikalikan harga di sana 2 dollar AS (per bibit), anggap 600 juta dollar AS, kalau 500 juta bibit menjadi 1 miliar dollar AS,” katanya.
Sayangnya Indonesia sebagai produsen BBL tidak dapat apa-apa dari nilai yang besar itu. “Kalau kita dapat 10 persen saja, kita bisa lebih banyak membangun bangsa ini,” katanya.
Direncanakan di kawasan modeling budi daya lobster di Batam ini akan dibangun 2000 keramba, jika produksi benih lobster butuh waktu 14 bulan atau satu tahun, pendapatan bisa mencapai Rp48 miliar per tahun. “Tidak pernah terbayangkan, ini akan menarik pertumbuhan lain, ekonomi akan jalan, saya hitung 2000 keramba akan menyerap tenaga kerja sebanyak 600 orang pekerja,” katanya.
Tidak hanya di Kepri, kawasan teluk seperti di Batam ini juga banyak di Riau. Trenggono akan membangun modeling sama di seluruh Indonesia. “Kita ingin buat di seluruh Indonesia, itu bisa jalan kalau pemerintah turun tangan, itu yang saya sebut dengan model intervensi,” katanya.
Sedangkan tantangan terberat soal budidaya hewan ini adalah pakan. Untuk itu KKP menjalin kerjasama dengan kelompok masyarakat di Batam. Mereka akan diajarkan bagaimana membudidayakan kerang-kerangan untuk dijadikan pakan lobster di modeling budidaya lobster ini. “Tadi kita sudah lihat juga, pakan lobster ini salah satunya kerang cokelat, kerang itu bagus, kalau pakan bagus lobsternya juga akan hidup bagus, tidak mudah mati,” katanya.
Baca juga : Penyelundupan 795 Ribu Benih Lobster Digagalkan

Tidak hanya memikirkan ekonomi, secara ekologi, KKP memastikan budidaya lobster ini berkelanjutan. Salah satunya dengan membangun budidaya pakan lobster yaitu kerang.
Jika pakan kerang diambil dari alam hal itu akan merusak ekosistem mereka. Apalagi satu kilogram lobster butuh 12 kilogram kerang. “Kalau 12 kilogram kerang itu bukan dari budidaya maka itu akan merusak ekologi, kalau 12 kilogram kerang itu dihasilkan dari budidaya itu akan sustainable,” katanya.
Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya KKP, Tb Haeru Rahayu mengatakan memilih Batam karena Batam atau Kepri lebih cocok terutama dari ketersediaan pakan. “Jadi ada tiga jenis kerang yang bisa dimanfaatkan jadi pakan lobster, yaitu lokal, kupang dan kerang coklat, kerang coklat juga kita buat modeling budidayanya nanti,” katanya.
Pembangunan modeling budi daya lobster di Batam, lanjutnya, juga dilaksanakan dalam rangka pembangunan kawasan percontohan budidaya lobster yang terintegrasi antara hulu (nursery), on-farm (KJA/kerangkeng pembesaran, kawasan budidaya kekerangan untuk pakan) dan hilir (gudang beku, dan unit pengolah lobster).
Beberapa dukungan mitra dan stakeholder terkait dalam pembangunan modeling budi daya lobster di BPBL Batam diantaranya dalam hal penyediaan benih lobster adalah dengan pelaku usaha budidaya lobster, pakan kekerangan dengan para pembudidaya kekerangan, teknologi perikanan budidaya dan pengembangan pakan dengan akademisi (IPB dan UNPAD). “Ke depan kita akan menggandeng UNAIR, ITB, ITS serta perguruan tinggi lainnya terkait teknologi,” katanya.
Merujuk dari Satu Data KKP, volume produksi budi daya lobster Indonesia pada tahun 2023 mencapai 433 ton dengan nilai sebesar Rp 179 miliar (angka sementara). Potensi pasar seafood dunia, termasuk krustasea seperti lobster, diproyeksikan akan mencapai USD 53,86 miliar pada tahun 2030. Namun, share ekspor lobster Indonesia di pasar global saat ini masih relatif kecil, yakni hanya 0,49%, dengan Indonesia berada di peringkat 23 eksportir dunia. Negara tujuan ekspor utama lobster Indonesia saat ini adalah China (47%), Taiwan (24%), dan Australia (13%).
Baca juga : Benih Bening Lobster: KKP Luncurkan Sistem Baru untuk Awasi Tata Kelola

KKP Gagalkan Penyelundupan
Usai meresmikan modeling budidaya lobster, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono melanjutkan kunjungan kerja menyaksikan langsung konferensi pers pengungkapan kasus penyelundupan Benih Bening Lobster (BBL) di Pangkalan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Batam.
Terlihat puluhan box styrofoam putih berjejer di lokasi konferensi pers. Menteri Trenggono melihat langsung BBL yang dibungkus dengan kantong plastik saat diselundupkan.
“Alhamdulillah tadi malam (Rabu 9 Oktober 2024) PSDKP berhasil menggagalkan aksi penyelundupan BBL,” kata Dirjen Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP), Pung Nugroho Saksono, dalam konferensi pers di Pangkalan PSDKP Batam, Kepri, Kamis (10/10/2024).
Tim PSDKP berhasil mengamankan 49 box styrofoam berizi 88.200 ekor benih bening lobster (BBL). Dengan total nilai mencapai Rp 13.3 miliar. Ipunk menjelaskan penangkapan berlangsung di perairan Batam. Seketika kejar-kejaran terjadi antara tim PSDKP dan pelaku penyelundupan.
Akhirnya, pelaku mengandaskan kapalnya di Pulau Bulan, Kota Batam. Kemudian melarikan diri. “Karena kondisi malam dan gelap, kami tidak bisa mengejar pelaku lagi, tetapi semua barang bukti berhasil kita amankan,” kata Ipunk.
Selain maraknya penyelundupan BBL di perairan perbatasan Kepri, kejadian pelaku yang melarikan diri terus berulang. Setidaknya dalam catatan Mongabay, beberapa bulan terakhir terdapat empat kali pengungkapan aksi penyelundupan BBL. Hampir semua kejadian pelaku melarikan diri.
Pada 2 Sepetember 2024, tim gabungan PSDKP dan Bea Cukai juga menggagalkan penyelundupan 795.500 benih lobster senilai Rp 90 miliar. Pelaku juga melarikan diri saat mengandaskan kapal cepat mereka di Pulau Panjang, Kabupaten Karimun, Kepri.
Begitu juga operasi yang sama pada 22 Agustus 2024 dengan barang bukti 177.300 benih lobster. Pelaku melarikan diri saat mengandaskan kapalnya di Pulau Paku, Batam. Pada 2 September 2024 pelaku juga kabur di Pulau Topang Kabupaten Meranti, Riau. Ditemukan 275.000 benih lobster yang hendak diselundupan ke luar negeri. (***)
Harapan Besar dari Transformasi Tata Kelola Benih Lobster Pasca Ekspor ke Vietnam