- Tikus babi atau bandikut adalah satwa endemik Papua yang unik, karena termasuk hewan marsupial, atau mamalia yang memiliki kantung, seperti halnya kanguru dan juga koala yang ada di Benua Australia.
- Nama bandikut bukan berasal dari Papua, melainkan diambil dari istilah “pandi-kokku”, dalam Bahasa Telugu, India, yang memiliki arti tikus babi.
- Sebagai hewan berkantung, tikus babi betina memiliki kantung tempat anak-anaknya tumbuh dan minum susu dari putingnya.
- Tikus babi adalah hewan soliter atau suka menyendiri dan omnivora atau pemakan segalanya, baik tumbuhan maupun daging.
Jika di Pulau Sulawesi memiliki satwa endemik dan unik bernama babirusa, maka di tanah Papua ada hewan khas bernama tikus babi [Echymipera kalubu]. Oleh masyarakat Papua, tikus babi ini juga disebut tikus tanah dan secara umum terkenal dengan nama bandikut.
Disebut tikus babi karena dari bentuknya, hewan nokturnal ini kecil seperti tikus dengan moncong yang panjang, berkaki pendek, sehingga menyerupai babi.
Pada dasarnya, nama bandikut bukan berasal dari Papua melainkan diambil dari istilah “pandi-kokku”, dalam Bahasa Telugu, India, yang memiliki arti tikus babi.
Menariknya, tikus babi yang termasuk dalam famili Peroryctidae, termasuk hewan marsupial atau mamalia yang memiliki kantung, seperti halnya kanguru dan juga koala yang ada di Benua Australia. Untuk alasan itulah, spesies tikus babi memiliki sebaran di Pulau Papua dan Australia.
Keunikan lainnya, tikus babi adalah hewan soliter atau suka menyendiri dan omnivora atau pemakan segalanya, baik tumbuhan maupun daging.
Berdasarkan penelitian ilmiah, berjudul “The Morphology External Organs of the Body of Bandicoot Echymipera Kalubu”, dijelaskan bahwa satwa ini memiliki bulu-bulu peraba pada batang dan pipi di bawah mata.
Telinganya memiliki tragus (bagian menonjol dekat pipi), serta tungkai depan yang lebih pendek dari tungkai belakang. Tungkai belakangnya unik, hanya terdiri empat jari kaki dan lima cakar. Ekornya panjang, namun ada juga individu yang tidak memilikinya.
“Keunikan juga terdapat pada organ eksternal sistem reproduksi yang hanya terdapat skortum, di luar perut tubuh. Penis tidak ditemukan di sekitar skortum. Kondisi sistem reproduksi tikus babi jantan seperti kloaka pada unggas dan penis, hanya akan terlihat ketika terjadi koitus. Sedangkan pada betina memiliki kantung dengan puting susu,” tulis Ursula Maker, dalam laporannya.
Baca: Apakah Babirusa dan Rusa Memiliki Hubungan Kekerabatan Secara Genetik?

Hidung sensitif
Dikutip dari Bush Heritage Australia, tikus babi mencari makan malam hari menggunakan hidungnya yang sensitif untuk mencium bau makanan. Hewan ini kemudian menggunakan jari-jari kakinya yang panjang dan melengkung untuk menggali makanan di bawah tanah. Sebagai omnivora yang oportunis, ia memakan tumbuhan dan hewan, mulai dari serangga, larva serangga, kadal, tikus dan siput, hingga jamur, biji rumput, beri dan buah.
Mereka disebut terlihat mendengus dengan gembira ketika moncongnya menemukan makanan, dan mengeluarkan suara melengking ketika diganggu. Siang hari, tikus babi tidur pada sarang kamuflase, yakni pada lubang dangkal yang dilapisi rumput, serasah daun, dan puing-puing lain.
Selain soliter, tikus babi juga bersifat teritorial. Wilayah jelajah seekor betina sekitar 1-4 hektar, dan seluas 18-40 hektar untuk seekor jantan. Uniknya, hewan ini akan menandai wilayahnya dengan kelenjar di belakang telinga. Hal unik lain, tikus babi berkembang biak hingga empat kali dalam setahun dan memiliki masa kebuntingan terpendek (sekitar 11 hari) dibandingkan hewan berkantung lain. Mereka dapat melahirkan hingga lima bayi.
Sebagai hewan berkantung, tikus babi betina memiliki kantung tempat anak-anaknya tumbuh dan minum susu dari putingnya. Kantung ini “terbalik”, yakni terbuka di bagian belakang sehingga kotoran tidak masuk saat ia menggali.
Anak tikus babi yang belum berkembang dan tidak berbulu hanya berukuran 1 cm saat dilahirkan, dan membutuhkan waktu tiga bulan untuk hidup mandiri. Bahkan jika makanan langka, tikus babi betina ada kemungkinan akan memakan anaknya.
Baca juga: Dari Manakah Nenek Moyang Orang Papua Berasal?

Populasi stabil
Masyarakat lokal Papua sebagian besar terkenal dengan tradisi berburu. Baik itu unggas maupun mamalia. Tikus babi tidak luput dari perburuan, yang dagingnya juga menjadi bagian dari sumber protein masyarakat. Meski banyak diburu, populasinya tidak mengalami ancaman kepunahan, sebagaimana statusnya di daftar merah IUCN.
Menurut publikasi ilmiah berjudul “Sifat Biologis dan Karakteristik Karkas Bandikut (Echymipera kalubu)”, dalam setahun seekor tikus babi betina dewasa mampu melahirkan 5–6 kali. Jumlah anak per kelahiran 3–4 ekor, lama bunting 12–13 hari, dan lama menyusui 50–60 hari dengan masa sapih satu minggu.
Siklus estrus rata-rata 21 hari dan induk mulai kawin kembali setelah anak dalam kantung umur 50 hari. Selama menyusui, induk masih bunting dan menyapih anak sehingga induk mampu memelihara tiga generasi dalam waktu yang sama.
“Bobot badan tikus babi dewasa antara 2–3 kg dan ditemukan berat 4,6 kg,” tulis peneliti Irba Warsono dan R Priyanto.
Ikan Kaca, Ikan Aneh yang Hanya Ditemukan di Papua dan Australia