- Plastik dapat mengandung ribuan bahan kimia yang berbeda, banyak di antaranya terkait dengan kanker dan berbagai gangguan reproduksi.
- Sebuah studi menemukan bahwa lebih dari 3.600 bahan kimia telah ditemukan baik dalam kemasan makanan plastik maupun dalam darah manusia.
- Para ilmuwan mengatakan butuh waktu riset bertahun-tahun untuk melacak mekanisme bagaimana mikroplastik dan ribuan bahan tambahan plastik akan memengaruhi kesehatan kita.
- Para aktivis dan ilmuwan dari berbagai negara mulai menyerukan pentingnya perjanjian perihal plastik yang mengikat untuk membatasi produksi plastik global.
Krisis limbah plastik saat ini sudah menjadi masalah global. Dari tahun 1950 hingga 2022 saja lebih dari 11 miliar metrik ton plastik murni diproduksi di seluruh dunia. Lajunya telah melonjak mencapai 71 persen dari plastik yang diproduksi pada abad ke-20.
Mengenaskannya, tiga perempat dari plastik yang diproduksi berakhir di tempat pembuangan sampah atau mencemari lingkungan! Saat ini, lautan, pesisir pantai, sungai-sungai, kota, bahkan berbagai kawasan konservasi pun dibanjiri oleh plastik dan tekstil sintetis. Bahkan, mikroplastik, telah terdeteksi dari kutub ke kutub, di puncak-puncak gunung terpencil, hingga di awan.
Lalu, -ini hal yang menjadi kekhawatiran utama, adalah apa dampak cemaran plastik terhadap kesehatan manusia?
Mikroplastik yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang, telah memasuki tubuh manusia dan menjadi penyebab kerusakan internal. Ribuan bahan kimia masuk ke dalam tubuh melalui berbagai bungkus makanan, wadah penyimpanan, peralatan masak, dan berbagai cara lain. Berbagai penelitian telah mengindikasikan hal ini dapat berakibat sebagai penyebab kanker.
Hasil riset terbaru yang terbit pada 7 November di jurnal One Earth, sekelompok pakar internasional melaporkan seluruh dampak negatif plastik dalam kerangka global untuk putaran akhir negosiasi perjanjian plastik global yang berlangsung pada 25 November hingga 1 Desember di Busan, Korea.
Para peneliti, aktivis, dan koalisi dari 66 negara yang dikenal sebagai High Ambition Coalition to End Plastic Pollution menyerukan agar siklus hidup penuh plastik perlu diatur, mulai dari ekstraksi minyak bumi, hingga pembuatan bahan petrokimia plastik dan pembuangannya yang aman.
Hal ini mereka sampaikan pada pertemuan puncak perjanjian plastik PBB kelima di Busan, Korea Selatan. Perwakilan kelompok ini mendesak agar para delegasi dapat menyelesaikan perjanjian untuk ratifikasi di masa mendatang oleh para pimpinan negara-negara di dunia.
“Plastik dianggap sebagai hasil temuan yang memudahkan hidup kita dan dapat ‘dengan mudah dibersihkan’ setelah menjadi limbah. Namun, ini jauh dari kenyataan,” kata kandidat PhD Patricia Villarrubia-Gómez dari Stockholm Resilience Centre di Stockholm University dan penulis utama laporan ini.
“Plastik terbuat dari kombinasi ribuan bahan kimia yang kita gunakan dalam hidup sehari-hari.”
Petrokimia sebagai Bahan Dasar Plastik
Saat minyak bumi diekstraksi, bahan polimer murni yang lalu disebut plastik diproduksi, menjadi berbagai turunan seperti poliester, poliuretan, PVC dan sebagainya. Dalam proses tersebut residu dari PVC dan polistirena dapat melepaskan zat berbahaya seperti stirena, ftalat, dan vinil klorida, ada bahaya lain.
Kemasan plastik, mainan, pakaian, peralatan dapur, dan bahan konstruksi hampir selalu mengandung campuran bahan kimia yang dipatenkan: bahan pembantu pemrosesan dan aditif seperti plasticizer, penunda api, dan pigmen, yang dapat mencapai hingga 70% dari beratnya, menurut laporan One Earth.
Beberapa bahan kimia ini diketahui bersifat karsinogenik, mutagenik, dan beracun bagi reproduksi dan perkembangan (pertumbuhan).
Dari lebih dari 16.000 bahan kimia yang digunakan untuk membuat plastik, atau terdapat dalam bahan dan produk plastik, lebih dari 4.200 — hingga dua pertiga dari bahan kimia yang digunakan atau ditemukan dalam jenis plastik yang diteliti perlu menjadi perhatian.
Pasalnya karena bahan kimia tersebut bersifat persisten, bioakumulatif, mudah bergerak, dan/atau beracun. Informasi bahaya tidak tersedia untuk 10.000 bahan kimia lainnya.
Sebuah studi yang diterbitkan pada bulan September menemukan bahwa lebih dari 3.600 bahan kimia telah ditemukan baik dalam kemasan makanan plastik maupun dalam darah manusia. Berbagai bahan kimia ini larut dari plastik, baik dari kemasan ke dalam makanan maupun dari mikroplastik yang kita konsumsi ke dalam tubuh kita.
Para pakar pun memperingatkan bahwa meningkatnya jumlah penderita kanker, penyakit paru-paru, infertilitas, dan obesitas tidak hanya disebabkan oleh faktor gaya hidup tetapi juga oleh polutan lingkungan, termasuk yang ada dalam plastik.
Sebuah studi pada bulan Mei 2024 mengaitkan tingkat kanker payudara yang lebih tinggi dengan keberadaan bahan kimia yang digunakan untuk membuat plastik polistirena dan PVC di area udara luar.
Yang perlu diperhatikan secara khusus adalah plasticizer, atau bahan kimia pengganggu endokrin yang ditambahkan ke plastik untuk membuatnya lunak dan lentur, termasuk BPA dan banyak sepupunya bisfenol dan ftalat.
PFAS, digolongkan sebagai “bahan kimia beracun abadi” karena sifatnya yang tidak akan pernah rusak atau hilang, juga menjadi pengganggu endokrin yang sering ditemukan dalam plastik.
Bahan kimia pengganggu hormon telah dikaitkan dengan kanker terkait hormon, diabetes, dan penyakit kardiovaskular.
Sebuah meta-analisis tahun 2020 menunjukkan bahwa orang dengan kadar pengganggu endokrin yang lebih tinggi dalam tubuh mereka lebih mungkin mengalami obesitas. Sebuah studi tahun 2022 menunjukkan bahwa keberadaan lebih banyak pengganggu endokrin dalam tubuh wanita yang mencoba hamil dikaitkan dengan peluang keberhasilan yang lebih rendah.
Daur ulang sebagai solusi untuk krisis plastik pun ternyata menjadi sumber racun. Sebagai contoh, spatula plastik hitam, wadah makanan, dan bahkan mainan anak-anak yang mengandung penunda api tingkat tinggi sebagai agen masalah kesehatan masyarakat.
Diperkirakan 14% dari semua plastik yang dibuat telah dibakar, ini yang menjadi penyebab cemaran partikel kecil ke udara dan lingkungan dalam bentuk partikel kecil yang dikaitkan dengan penyebab penyakit paru-paru dan jantung, logam berat seperti timbal dan merkuri, dan dioksin, yang dikaitkan dengan gangguan sistem kekebalan tubuh, sistem reproduksi, dan perkembangan sistem saraf pada anak.
Mikroplastik: Yang Tak Terlihat Tapi Jadi Masalah Makro
Mikroplastik yang berasal dari berbagai sumber dapat masuk ke dalam tubuh. Seperti dari serat mikro yang terlepas dari pakaian dan perabotan; nanoplastik yang larut dari kemasan dan wadah makanan dalam microwave.
Mikroplastik juga dapat berasal dari produk yang kita makan, air minum plastik kemasan, dan udara yang kita hirup. Satu penelitian menemukan bahwa mikroplastik dapat berakhir dalam susu formula bayi saat disiapkan dalam botol polietilen.
Di dalam tubuh manusia, mikroplastik dijumpai di jaringan otak, paru-paru, plasenta, ASI, hati, testis, dan darah. Plastik mikroskopis yang ditemukan pada manusia berasal dari jenis PET (digunakan dalam pakaian poliester dan botol air plastik), polietilena (plastik elastis, botol susu, dan botol sampo) dan PVC (tirai kamar mandi, produk konstruksi vinil, dan aksesori fesyen plastik bening).
Lalu bagaimana efek mikroplastik di dalam tubuh manusia? Hal ini belum banyak diketahui, karena mikroplastik dan kesehatan manusia adalah studi baru.
Para ilmuwan mengatakan mungkin butuh waktu bertahun-tahun untuk melacak mekanisme pasti yang menyebabkan mikroplastik dan ribuan bahan tambahan plastik memengaruhi kesehatan kita. Hal ini menjadi rumit, karena partikel mikroplastik hadir dalam berbagai ukuran, bentuk, warna, dan jenis, yang mengandung campuran dari ribuan bahan kimia.
Namun setidaknya, sebuah studi yang diterbitkan pada bulan Maret menemukan bahwa setengah dari pasien berpenyakit kardiovaskular asimtomatik memiliki mikroplastik di plak arteri karotis mereka. Pasien ini berisiko lebih tinggi terkena serangan jantung, stroke, dan kematian dalam tiga tahun ke depan.
Korelasi serupa telah ditemukan antara keberadaan mikroplastik dalam tinja dan penyakit radang usus. Di laboratorium, mikroplastik dapat mematikan sel-sel tubuh manusia. Penelitian pada hewan pengerat menunjukkan mikroplastik memengaruhi paru-paru, hati, usus, serta sistem reproduksi dan saraf.
Berita ini dilaporkan oleh tim Mongabay Global dan dipublikasikan perdana di sini pada tanggal 19 November 2024. Artikel ini diterjemahkan oleh Akita Verselita.
Referensi:
Bergmann, M., Collard, F., Fabres, J. et al. Plastic pollution in the Arctic. Nat Rev Earth Environ 3, 323–337 (2022). doi:10.1038/s43017-022-00279-8
Aves, A. R., Revell, L. E., Gaw, S., Ruffell, H., Schuddeboom, A., Wotherspoon, N. E., LaRue, M., and McDonald, A. J.: First evidence of microplastics in Antarctic snow, The Cryosphere, 16, 2127–2145, doi:10.5194/tc-16-2127-2022, 2022
Villarrubia-Gómez, P., Carney Almroth, B., Eriksen, M., Ryberg, M., & Cornell., S. E. (2024). Plastics pollution exacerbates the impacts of all planetary boundaries. One Earth. doi:10.1016/j.oneear.2024.10.017
Geueke, B., Parkinson, L.V., Groh, K.J. et al. (2024). Evidence for widespread human exposure to food contact chemicals. J Expo Sci Environ Epidemiol. doi:10.1038/s41370-024-00718-2
Heindel, J. J., Howard, S., Agay-Shay, K., Arrebola, J. P., Audouze, K., Babin, P. J., … Blumberg, B. (2022). Obesity II: Establishing causal links between chemical exposures and obesity. Biochemical Pharmacology, 199, 115015. doi:10.1016/j.bcp.2022.115015
Ribeiro, C. M., Beserra, B. T., Silva, N. G., Lima, C. L., Rocha, P. R., Coelho, M. S., … Amato, A. A. (2020). Exposure to endocrine-disrupting chemicals and anthropometric measures of obesity: A systematic review and meta-analysis. BMJ Open, 10(6), e033509. doi:10.1136/bmjopen-2019-033509
Land, K.L., Miller, F.G., Fugate, A.C., Hannon, P.R. The effects of endocrine-disrupting chemicals on ovarian- and ovulation-related fertility outcomes. (2022). Mol Reprod Dev. 89(12):608-631. doi:10.1002/mrd.23652
Bhat, M.A. (2024). Unravelling the microplastic contamination: A comprehensive analysis of microplastics in indoor house dust. Indoor and Built Environment. 33(8):1519-1541. doi:10.1177/1420326X241248054
Conti, G. O., Ferrante, M., Banni, M., Favara, C., Nicolosi, I., Cristaldi, A., … Zuccarello, P. (2020). Micro- and nano-plastics in edible fruit and vegetables. The first diet risks assessment for the general population. Environmental Research. Retrieved from https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0013935120305703
Kosuth, M., Mason, S. A., & Wattenberg, E. V. (2018). Anthropogenic contamination of tap water, beer, and sea salt. PLOS ONE, 13(4), e0194970. doi:10.1371/journal.pone.0194970
Smith, M., Love, D. C., Rochman, C. M., & Neff, R. A. (2018). Microplastics in seafood and the implications for human health. Current Environmental Health Reports, 5(3), 375-386. doi:10.1007/s40572-018-0206-z
Li, D., Shi, Y., Yang, L., Xiao, L., Kehoe, D. K., Gun’ko, Y. K., … Wang, J. J. (2020). Microplastic release from the degradation of polypropylene feeding bottles during infant formula preparation. Nature Food, 1(11), 746-754. doi:10.1038/s43016-020-00171-y
Garcia, M. A., Liu, R., Nihart, A., El Hayek, E., Castillo, E., Barrozo, E. R., … Campen, M. J. (2024). Quantitation and identification of microplastics accumulation in human placental specimens using pyrolysis gas chromatography mass spectrometry. Toxicological Sciences, 199(1), 81-88. doi:10.1093/toxsci/kfae021
Ragusa, A., Notarstefano, V., Svelato, A., Belloni, A., Gioacchini, G., Blondeel, C., … Giorgini, E. (2022). Raman Microspectroscopy detection and characterisation of microplastics in human Breastmilk. Polymers, 14(13), 2700. doi:10.3390/polym14132700
Horvatits, T., Tamminga, M., Liu, B., Sebode, M., Carambia, A., Fischer, L., … Fischer, E. K. (2022). Microplastics detected in cirrhotic liver tissue. eBioMedicine, 82, 104147. doi:10.1016/j.ebiom.2022.104147
Hu, C. J., Garcia, M. A., Nihart, A., Liu, R., Yin, L., Adolphi, N., … Yu, X. (2024). Response to comment on: Microplastic presence in dog and human testis and its potential association with sperm count and weights of testis and epididymis. Toxicological Sciences. doi:10.1093/toxsci/kfae137
Marfella, R., Prattichizzo, F., Sardu, C., Fulgenzi, G., Graciatti, L., Spadoni, T., … Paolisso, G. (2024). Microplastics and Nanoplastics in Atheromas and Cardiovascular Events. New England Journal of Medicine. Retrieved from https://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMoa2309822
Yan, Z., Liu, Y., Zhang, T., Zhang, F., Ren, H., & Zhang, Y. (2022). Response to comment on “Analysis of microplastics in human feces reveals a correlation between fecal microplastics and inflammatory bowel disease status”. Environmental Science & Technology, 56(17), 12779-12780. doi:10.1021/acs.est.2c05327
Liu, W., Zhang, B., Yao, Q., Feng, X., Shen, T., Guo, P., … Liu, N. (2023). Toxicological effects of micro/nano-plastics on mouse/rat models: A systematic review and meta-analysis. Frontiers in Public Health, 11. doi:10.3389/fpubh.2023.1103289
***
Foto Utama: Kawasan pantai utara Kabupaten Tuban, Jawa Timur, mempunyai panjang sekitar 65 km. Sampah yang mencemari kawasan ini tidak hanya dari pemukim warga, tetapi juga industri dan kegiatan pertambangan ekstraktif. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia
Penelitian: Indonesia Urutan Ketiga di Dunia Penghasil Polusi Plastik