- Henry, seekor buaya nil merupakan buaya tertua di dunia yang hidup dalam penangkaran di Pusat Konservasi Crocworld di Scottburgh, Afrika Selatan
- Henry yang diperkirakan berumur 124 tahun itu merupakan buaya berukuran raksasa dengan panjang 5 meter dan beratnya 700 kilogram. Lebih besar daripada buaya nil pada umumnya
- Hanya dalam beberapa dekade terakhir, buaya tua-tua keladi ini telah menjadi ayah dari ribuan keturunan.
- Hewan reptil seperti buaya memang bisa berusia panjang karena memiliki protein yang bersifat antibakteri
Tahukah anda jika di bumi ini ada satwa yang sudah memiliki hingga 10.000 anak?
Jika belum, maka jawabannya adalah Henry, si buaya Nil yang kini sudah berulang tahun ke-124 tahun.
Buaya Crocodylus niloticus ini telah tinggal di Pusat Konservasi Crocworld di Scottburgh, Afrika Selatan sejak tahun 1985. Henry, menjadi penghuni senior sejak tiba sekitar 40 tahun yang lalu.
Meskipun tanggal lahirnya tidak diketahui secara pasti, pengelola Crocworld memperkirakan ia lahir sekitar tahun 1900. Mereka merayakan ulang tahunnya pada tanggal 16 Desember setiap tahunnya.
“Dia jelas sudah tua,” kata Steven Austad, seorang ahli biologi yang mempelajari penuaan hewan dari University of Alabama, seperti dikutip dari Live Science. “Apakah dia berusia 100 atau 130 tahun, kami tidak benar-benar tahu. Usia 124 tahun bukanlah hal yang mustahil bagi seekor buaya.”
Hanya dalam beberapa dekade terakhir, buaya tua-tua keladi ini telah menjadi ayah dari ribuan keturunan. Barangkali daya pikatnya berasal dari pada bobotnya yang berukuran lebih dari 5 meter dari moncong hingga ekornya dan beratnya mencapai 700 kilogram.
Baca : Nasib Buaya Kuba yang Terancam Punah
Ternyata ukuran itu lebih besar dari kebanyakan buaya pada umumnya. Sebagai gambaran, buaya Nil rata-rata tumbuh hingga 4,5 meter dan beratnya sekitar 410 kilogram.
Buaya memang dikenal dengan umur panjangnya. Biasanya, patokan yang dipakai untuk mengetahui umur hewan adalah dengan melihat ukurannya. Ukuran yang lebih kecil biasanya hidup lebih pendek karena mereka memiliki metabolisme yang lebih tinggi.
Artinya hewan kecil membakar lebih banyak energi sehingga mudah menua lebih cepat. Namun, berbeda dengan reptil yang cenderung berumur lebih panjang karena pola pengaturan suhu tubuhnya.
Austad mengatakan bahwa buaya merupakan predator berdarah dingin (poikiloterm). Sehingga mereka dapat menghemat energi dengan mengandalkan sumber panas eksternal untuk mengatur suhu tubuh mereka.
“Seekor buaya yang ukurannya sama dengan manusia hanya perlu makan sekitar 4% lebih banyak daripada mamalia seperti kita,” katanya.
Kehidupan Henry di penangkaran juga membantunya mencapai usia setua itu. Jadwal makan yang teratur hingga jaminan aman dari kecelakaan dan penyakit menjadi faktor penunjang yang menguntungkan lainnya.
“Hewan yang dengan alasan apa pun, hidup di lingkungan yang aman, cenderung hidup lebih lama,” lanjut Austad.
Baca juga : Tersisa 605 Ekor di Dunia, Buaya Purba ini di Ambang Kepunahan
Rahasia Umur Panjang Buaya
Sebagian peneliti berpendapat bahwa buaya jarang menunjukkan penuan secara biologis. Mereka menyatakan bahwa buaya, secara teoritis, tidak mati karena ‘usia tua’, melainkan hanya terpengaruh pada faktor eksternal, seperti kelaparan atau penyakit.
Teori lain menyatakan bahwa protein yang ditemukan dalam darah buaya Nil memiliki sifat antibakteri dan membantu mereka melawan infeksi. Demikian pula, beberapa peneliti mengklaim bahwa mikrobioma usus mereka dapat berkontribusi pada sistem kekebalan tubuh mereka yang kuat.
Peneliti pun dibuat bingung untuk mempelajari penuaan terhadap buaya seperti Henry. Tantangannya adalah para peneliti harus menangkap buaya pada masa kanak-kanak, menandainya, dan kemudian mengikutinya sepanjang hidupnya.
Adapun sejauh ini banyak teori mengenai rahasia penuaan reptil masih bersifat spekulatif, seperti karena peran sistem kekebalan tubuh dan mikrobioma. Persoalannya, kata Austad, buaya hidup lebih lama daripada karier ilmuwan yang mempelajarinya.
Menurut acara TV Inggris Killer Crocs bersama Steve Backshall, Henry ditangkap pada tahun 1903 oleh seorang penangkap gajah bernama Sir Henry, sesuai dengan namanya. Namun, kisah ini tampaknya tidak sesuai dengan informasi di situs web Crocworld, yang mengklaim bahwa Henry menghabiskan sebagian besar hidupnya di Delta Okavango atau rawa-rawa di Botswana.
Baca juga : Video: Saat Buaya Berusaha Memangsa Belut Listrik
10.000 Anak Henry
Terlepas dari latar belakangnya, Henry tentu saja merupakan hewan yang mengesankan. Dia juga ditemani oleh buaya tua lainnya yang bernama Colgate, yang diperkirakan berusia 90 tahun.
Setelah dipindahkan ke Crocworld, usianya baru 85 tahun. Saat ini, Henry diyakini sebagai buaya Nil tertua di dunia yang ada di penangkaran.
“Buaya jantan (Henry) yang berpoligami kini berbagi rumah dengan keenam istrinya, dan bangga telah menjadi ayah dari lebih dari 10.000 keturunan selama ia bekerja di Crocworld,” tulis Crocworld.
Seperti diketahui, buaya dikenal sebagai hewan yang setia pada pasangannya. Buaya jantan dan betina akan bekerja sama untuk menjaga sarang dan melindungi telur-telur mereka.
Akan tetapi dari kisah Henry, agaknya buaya tidak benar-benar setia. Dia bisa hidup dan berkembangbiak dengan banyak betina dalam satu habitat dalam penangkaran di Crocworld. (***)