- Penelitian terbaru mendeskripsikan tiga spesies kumbang baru dari Genus Litargus (Famili Mycetophagidae), yang satu spesiesnya, Litargus dumogaboneus, ditemukan di Taman Nasional Bongani Nani Wartabone (TNBW), di Provinsi Gorontalo dan Sulawesi Utara.
- Sebelumnya, telah ditemukan spesies kumbang dari Genus Trigonopterus di Sulawesi.
- Kumbang pemakan jamur, seperti Litargus, berperan penting dalam ekosistem hutan sebagai dekomposer, yaitu membantu mendaur ulang nutrisi dalam tanah dengan memakan jamur.
- Kumbang juga sering digunakan sebagai bioindikator, yaitu organisme yang kehadirannya, kelimpahannya, atau kondisi fisiknya dapat memberikan informasi tentang kualitas lingkungan.
Keanekaragaman hayati Sulawesi kembali memukau dunia sains. Penelitian terbaru mengungkap tiga spesies baru kumbang pemakan jamur dari genus Litargus, di kawasan Asia Tenggara. Satu spesies ini, ditemukan di kawasan hutan yang menjadi bagian Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (TNBNW), yang terletak di dua provinsi yakni Gorontalo dan Sulawesi Utara.
Temuan ini dipublikasikan di jurnal Munis Entomology & Zoology (2025) berjudul “Three new species of Litargus Erichson (Coleoptera: Mycetophagidae) from southeastern Asia” oleh Jiri Hava.
Khusus di Sulawesi Utara, kumbang bernama Litargus dumogaboneus sp. nov, ini ditemukan bersembunyi di antara pepohonan di hutan Dumoga, Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara. Para ilmuwan mengidentifikasi spesies baru ini sebagai kumbang pemakan jamur.
Dua spesies baru lain adalah Liturgus (Litargosomus) paralatus sp. nov, juga dari Sulawesi, dan Liturgus (Litargosomus) bryanti sp. nov, dari Malaysia (Sarawak dan Sabah).
Dalam publikasi ilmiah ini dijelaskan, kumbang tersebut masuk Ordo Coleoptera, kelompok serangga yang sangat beragam dengan ciri khas sayap depan keras, seperti perisai.
“Genus Litargus, yang dideskripsikan oleh Erichson pada 1846, merupakan bagian dari famili Mycetophagidae dan berkat penelitian ini, bertambah tiga spesies baru. Ketiganya dikelompokkan dalam subgenus Litargosomus, yang dideskripsikan oleh Motschulsky pada 1858,” tulis Jiri Hava, yang juga seorang entomolog dari Republik Ceko.
Baca: Kepik Emas, Kumbang Imut Indah Nan Mempesona

Spesies kumbang di Sulawesi
Berdasarkan jurnal tersebut, spesies kumbang dumoga betina berukuran antara 2,6 hingga 3,1 milimeter (mm) dengan lebar 1,4-1,6 mm. Tubuhnya lonjong-oval dan sedikit cembung di punggung. Warna dasarnya cokelat kehitaman dengan kilau samar.
“Spesies baru ini mirip Litargus latus Grouvelle, 1900, dan Litargus ueyersi Grouvelle, 1900, tetapi dapat dibedakan berdasarkan susunan pola oranye kekuningan pada sayap elitra dan struktur antenanya,” jelas Jiri Hava lagi dalam penelitiannya.
Sebelumnya, pada 2021, National Geographic Indonesia memberitakan penemuan 28 spesies kumbang baru dari Genus Trigonopterus di Sulawesi Tengah oleh tim peneliti Indonesia dan Jerman. Kumbang-kumbang moncong ini, yang sebagian besar berukuran 2-3 mm, ditemukan di Gunung Dako dan Gunung Pompangeo.
Penemuan tersebut dipublikasikan di jurnal ZooKeys dan menambah jumlah spesies Trigonopterus yang diketahui di Sulawesi menjadi 132 jenis, saat itu. Menariknya, beberapa spesies diberi nama yang terinspirasi tokoh populer seperti Unyil dan Gundala, bahkan ada yang dinamakan Trigonopterus corona sebagai pengingat masa pandemi.
Kedua penemuan ini, baik Litargus maupun Trigonopterus, menekankan bahwa Sulawesi merupakan pusat keanekaragaman kumbang yang luar biasa dan masih banyak spesies yang belum teridentifikasi. Studi-studi ini juga menggarisbawahi pentingnya museum sebagai sumber penemuan biologi dan perlunya inventarisasi spesies untuk studi konservasi dan bioprospeksi di masa mendatang.
Baca: Trilobita, Kumbang Aneh Penghuni Hutan Pulau Bangka

Peran ekologis dan bioindikator
Kumbang pemakan jamur, seperti spesies Litargus ini, memiliki peran penting dalam ekosistem hutan. Mereka berperan dalam dekomposisi bahan organik, khususnya jamur, yang membantu mendaur ulang nutrisi dalam tanah.
Kumbang juga sering digunakan sebagai bioindikator, yaitu organisme yang kehadirannya, kelimpahannya, atau kondisi fisiknya dapat memberikan informasi tentang kualitas lingkungan.
Keberadaan spesies Litargus di suatu area dapat mengindikasikan kesehatan ekosistem hutan tersebut, terutama terkait ketersediaan jamur dan kondisi mikrohabitat.

Hal ini seperti yang dijelaskan dalam penelitian Rizkawati et al. (2020) bahwa kumbang secara umum digunakan dalam studi bioindikator mengenai tingkat kerusakan ekosistem karena memiliki sensitivitas terhadap perubahan lingkungan.
“Beberapa kelompok kumbang memegang peran dalam siklus nutrien yang penting untuk kesuburan tanah,” jelas laporan tersebut.