- Dua foto kamera jebak menunjukkan momen langka saat dua macan tutul jawa dewasa membawa kucing kecil di mulutnya. Macan tutul ini dipastikan sebagai individu berbeda, setelah dilakukan pemeriksaan lebih teliti pada roset atau tutul yang menjadi penanda keduanya.
- Foto pertama dihasilkan pada 12 Oktober 2022. Sementara foto kedua pada 15 Oktober 2022. Kedua foto berasal dari stasiun yang terletak di utara dan timur laut hutan Gunung Muria, Jawa Tengah, pada pukul 4.19 dan 4.25 pagi hari.
- Macan tutul jawa sebelumnya diketahui memangsa rusa, babi hutan, banteng, kerbau, monyet, kukang jawa, burung, dan lemur terbang. Sementara, mangsa potensial di Gunung Muria adalah rusa, babi hutan, monyet ekor panjang, lutung jawa, ayam hutan merah, landak, tikus, dan musang. Dengan temuan itu, para peneliti mengusulkan menambahkan kucing kuwuk ke dalam daftar makanan macan tutul jawa.
- Di kawasan Gunung Muria terdapat hutan produksi terisolasi yang saat ini dikelola Perum Perhutani. Namun dari 1990-2006, Gunung Muria kehilangan 85,5 persen hutan alamnya yang menjadi lahan pertanian, perkebunan, permukiman, dan infrastruktur.
Dua foto dari kamera jebak itu menarik perhatian peneliti. Ada foto tampak depan seekor macan tutul Jawa jantan dewasa membawa seekor kucing dengan mulutnya. Sementara foto lain yang tampak samping, terlihat seekor macan tutul jawa jantan dewasa menggigit seekor kucing.
Kelompok Felidae biasa memindahkan anaknya menggunakan mulut. Namun, perilaku itu lebih sering ditunjukkan oleh sang induk. Sementara dalam foto, keduanya adalah jantan dewasa. Memang sama-sama bertotol. Namun bisa dipastikan bahwa yang sedang dibawa macan tutul itu bukan anaknya. Lalu satwa jenis apa?
Pada September 2022 hingga Maret 2023, sejumlah peneliti dari SINTAS Indonesia memasang 80 unit kamera jebak di 40 stasiun di Gunung Muria. Masing-masing stasiun mewakili kepadatan seluas 4 km persegi. Luas keseluruhan kawasan yang dipantau adalah 160 km persegi di bentang alam tersebut.
“Gunung Muria, Jawa Tengah, Indonesia, merupakan satu dari 29 lanskap yang sesuai untuk macan tutul jawa (Panthera pardus melas) yang terancam punah, spesies endemik Pulau Jawa,” tulis Alya Faryanti Purbahapsari bersama tim, dalam laporan yang diterbitkan Cat News, 2024. Ini adalah laporan berkala dari kelompok spesialis kucing IUCN.
Ada tujuh orang yang berkontribusi pada penyusunan laporan itu. Semuanya dari SINTAS. Turut serta menyusun laporan, Hariyo T. Wibisono, ilmuwan sekaligus praktisi konservasi asal Indonesia, yang aktif di dalam maupun luar negeri, dan memiliki pengalaman panjang dalam penelitian terkait ekologi karnivora besar.
Baca: Nasib Macan Tutul Kala Hutan Muria Terus Terambah

Gunung Muria
Di kawasan Gunung Muria terdapat hutan produksi terisolasi yang saat ini dikelola Perum Perhutani. Namun dari 1990-2006, Gunung Muria kehilangan 85,5 persen hutan alamnya yang menjadi lahan pertanian, perkebunan, permukiman, dan infrastruktur. Mengutip tulisan itu, luas tutupan hutan hanya tersisa 1.892 hektar pada 2010. Meskipun hutannya kian menyempit, namun kawasan itu menjadi habitat penting bagi macan tutul jawa.
“Kami mengidentifikasi 13 individu macan tutul jawa dari 172 foto dengan total 7.200 hari jebak,” tulis laporan itu.
Menariknya, mereka menemukan momen langka saat dua macan tutul jawa dewasa membawa kucing kecil di mulutnya. Macan tutul ini dipastikan sebagai individu berbeda, setelah mereka memeriksa lebih teliti roset atau tutul yang menjadi penanda keduanya.
Baca: Konflik Manusia dengan Macan Tutul Jawa Belum Berakhir

Foto pertama dihasilkan pada 12 Oktober 2022. Sementara foto kedua pada 15 Oktober 2022. Kedua foto berasal dari stasiun yang terletak di utara dan timur laut, pada pukul 4.19 dan 4.25 pagi hari. Jarak dua stasiun sekitar 6 km, masing-masing di lahan pertanian campuran dan perkebunan kopi.
“Kucing kecil tersebut tampak memiliki karakteristik tubuh yang mirip dengan kucing macan tutul, termasuk pola berwarna gelap di dahi dan bintik-bintik bulat di tubuhnya, yang berbeda dari roset macan tutul jawa yang khas,” imbuh laporan itu.
Analisis ini menepis kemungkinan yang dibawa adalah anak macan tutul jawa. Kucing yang dibawa itu lebih mirip kucing macan tutul atau dalam bahasa lokal disebut kucing kuwuk (Prionailurus javanensis).
Untuk memvalidasinya, mereka membandingkan dengan foto-foto momen langka itu dengan foto kucing kuwuk berkualitas tinggi yang diperoleh selama survei. Hasilnya, cocok dengan sejumlah foto yang menunjukkan bahwa memang itu adalah kucing kuwuk atau disebut juga kucing hutan.
Sebenarnya, macan tutul beradaptasi untuk membunuh mangsa besar. Namun, mungkin sangat bergantung pada ketersediaan pakan. Mereka juga akan memangsa satwa berukuran kecil di masa-masa sulit atau saat populasi mangsa kecil melimpah.
Macan tutul jawa sebelumnya diketahui memangsa rusa, babi hutan, banteng, kerbau, monyet, kukang jawa, burung, dan lemur terbang. Sementara, mangsa potensial di Gunung Muria adalah rusa, babi hutan, monyet ekor panjang, lutung jawa, ayam hutan merah, landak, tikus, dan musang. Dengan temuan itu, para peneliti mengusulkan menambahkan kucing kuwuk ke dalam daftar makanan macan tutul jawa.
Baca: Macan Tutul Jawa, Sang “Penjaga” Hutan yang Semakin Terdesak Hidupnya

Survei macan tutul
Laporan yang lebih baru, dengan area pengamatan lebih luas di Pulau Jawa menyimpulkan kehadiran macan tutul jawa di suatu wilayah mengindikasikan keberagaman spesies di wilayah itu.
Kehadiran macan tutul jawa juga menunjukkan kelimpahan spesies yang lebih tinggi, dibanding daerah tanpa kehadirannya. Laporan diterbitkan dalam jurnal Global Ecology and Conservation, September 2024.
Para peneliti menganalisa hasil kamera jebak yang dipasang di empat taman nasional di Pulau Jawa yaitu Ujung Kulon, Gunung Gede Pangrango, Meru Betiri, dan Alas Purwo. Keempatnya mewakili ekoregion darat yang berbeda di Jawa. Mereka menganalisa 7.461 foto, dari 12.983 hari jebak.
Sebanyak 201 kamera jebak ditempatkan di empat taman nasional itu dalam kurun 2020 hingga 2022. Kamera aktif 24 jam, dan mengambil gambar setiap 3 detik. Hasilnya, total kamera yang merekam macan tutul sebanyak 98 buah. Selain itu, ada 21 jenis satwa terpilih lain yang terekam.
“Kami menemukan aktivitas banteng, kijang, rusa jawa, kancil jawa, babi hutan, ayam hutan, lutung hitam berbintik, monyet ekor panjang, dan anjing hutan sangat tumpang tindih dengan macan tutul jawa dalam ruang dan waktu. Ini menunjukkan bahwa spesies tersebut calon mangsa potensial bagi macan tutul jawa,” tulis Andhika C. Ariyanto, bersama tim dalam laporan itu. Sebanyak sembilan orang berkontribusi menyusun laporan, yang terdiri peneliti Indonesia dan Belanda.
Menurut mereka, ini adalah investigasi komprehensif pertama terhadap mangsa potensial macan tutul jawa yang memanfaatkan kamera jebak dari empat tipe ekoregion darat di Pulau Jawa.
Baca juga: Peneliti LIPI: Satwa yang Tertangkap Kamera Itu, Lebih Tepat Macan Tutul Ketimbang Harimau Jawa

Sementara itu, sejak Februari 2024, telah dimulai program Java Wide Leopard Survey oleh pemerintah bekerja sama dengan SINTAS Indonesia. Survei menggunakan 600 kamera jebak yang dipasang di 10 taman nasional, 24 suaka alam, dan 55 kawasan hutan lain.
Sejumlah laporan awal menyebutkan, sebanyak 24 individu macan tutul jawa diperkirakan mendiami kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Macan tutul jawa juga tertangkap kamera jebak di hutan kawasan Sindoro-Dieng. Survei masih berjalan dan estimasi sementara populasi macan tutul jawa di seluruh kawasan Pulau Jawa yang disurvei adalah 336 individu matang seksual. Rentang estimasinya antara 192 hingga 701 individu.