- Meskipun kecoak sering disebut makhluk paling tahan nuklir, studi ilmiah justru menunjukkan bahwa tawon parasit Trichogramma jauh lebih tangguh. Mereka mampu bertahan dalam dosis radiasi 15 kali lebih besar daripada kecoak, dan 300 kali lebih tinggi dari batas toleransi manusia.
- Tidak seperti tardigrada yang harus masuk fase dorman untuk bertahan dari radiasi, Trichogramma tetap aktif dan berfungsi secara normal. Mereka bisa tetap hidup, kawin, dan menjalankan peran ekologisnya di lingkungan yang sudah “mati” bagi makhluk lain.
- Kemampuan ekstrem ini membuka pemahaman baru tentang adaptasi biologis dan bisa relevan dalam riset pertanian, ekologi ekstrem, hingga ketahanan hidup di masa depan. Dalam dunia pasca-bencana atau perubahan iklim ekstrem, pelajaran bisa datang dari makhluk paling kecil.
Selama puluhan tahun, kecoak telah mendapat reputasi sebagai makhluk tangguh yang diklaim mampu bertahan dari kiamat nuklir. Gagasan ini begitu melekat dalam budaya pop hingga kecoak sering dianggap sebagai simbol ketahanan hidup paling ekstrem. Dari film pasca-apokaliptik hingga obrolan ringan, kecoak selalu muncul sebagai ‘makhluk terakhir yang selamat’.
Namun, seiring berkembangnya sains dan teknologi, asumsi ini mulai diuji ulang secara serius oleh data. Penelitian dari University of Melbourne mengungkap bahwa kecoak memang lebih tahan radiasi dibanding manusia, tetapi masih kalah jauh dibanding beberapa jenis serangga dan mikroorganisme lain. Dalam eksperimen di Jepang pasca-ledakan nuklir Hiroshima dan Chernobyl, beberapa spesies serangga parasitoid seperti Trichogramma terbukti memiliki toleransi radiasi yang jauh lebih tinggi.

Faktanya, meskipun kecoak memang tahan terhadap radiasi lebih tinggi dibanding manusia, bukan mereka yang paling tangguh di Bumi. Gelar itu justru milik makhluk mungil tak terduga: Trichogramma, sejenis tawon parasit mikroskopis yang menyimpan ketahanan luar biasa terhadap paparan radiasi tingkat tinggi. Dan bukan hanya sekadar bertahan—mereka bisa tetap aktif, bereproduksi, bahkan berfungsi sebagai agen biologis di lingkungan yang mustahil bagi makhluk lain.
Trichogramma: Tawon Parasit Mikro dengan Ketahanan Super
Trichogramma adalah genus tawon kecil, dengan panjang tubuh hanya sekitar 0,2 mm. Mereka sering digunakan sebagai agen pengendali hama karena kemampuannya memparasit telur serangga lain. Namun yang lebih mencengangkan, beberapa studi menunjukkan bahwa mereka mampu bertahan hidup setelah terpapar radiasi ionisasi dalam dosis ekstrem yang akan mematikan hampir semua makhluk hidup lain.
Dalam studi yang dipublikasikan oleh Radiation and Environmental Biophysics, larva Trichogramma pretiosum mampu bertahan hidup dalam dosis radiasi hingga 150.000 rad (1.500 gray/Gy). Untuk memahami besarnya angka ini: “rad” (radiation absorbed dose) adalah satuan lama untuk mengukur jumlah energi radiasi yang diserap, dan 1 Gy setara dengan 100 rad. Jadi, 150.000 rad = 1.500 Gy—angka yang sangat tinggi.

Sebagai perbandingan, manusia akan mati pada dosis sekitar 500–1.000 rad (5–10 Gy), dan kecoak hanya mampu bertahan hingga sekitar 10.000 rad (100 Gy). Artinya, tawon ini 15 kali lebih tangguh dari kecoak, dan sekitar 300 kali lebih kuat daripada manusia dalam menghadapi paparan radiasi. Sederhananya: jika sebuah ledakan nuklir menghasilkan zona radiasi yang memusnahkan hampir semua kehidupan, Trichogramma kemungkinan masih bisa bertahan dan menjalankan siklus hidupnya.
Apa yang Membuat Trichogramma Begitu Tahan Radiasi?
Ketangguhan Trichogramma diduga berasal dari kombinasi faktor biologis: ukuran tubuh yang kecil, siklus hidup yang pendek, dan metabolisme yang rendah. Selain itu, sel-sel mereka memiliki kemampuan memperbaiki kerusakan DNA akibat radiasi secara efisien. Fase hidup mereka yang sebagian besar berlangsung di dalam telur inang juga memberi perlindungan tambahan terhadap paparan radiasi.
Menurut U.S. Environmental Protection Agency (EPA) atau Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat, serangga dan invertebrata lainnya memang memiliki toleransi lebih tinggi terhadap radiasi dibanding vertebrata seperti manusia. Namun Trichogramma menonjol karena mereka bukan hanya bertahan, tetapi tetap menjalankan fungsi biologis secara normal—mereka kawin, bertelur, dan tetap menjadi pengendali alami hama, bahkan dalam kondisi lingkungan yang sangat ekstrem.
Bagaimana dengan Kecoak dan Tardigrada
Meski tidak setangguh Trichogramma, kecoak tetap mengesankan. Mereka bisa hidup berminggu-minggu tanpa makanan, dan beberapa spesies bertahan tanpa kepala selama beberapa hari. Namun, gagasan bahwa kecoak adalah makhluk terkuat yang akan selamat dari perang nuklir adalah mitos yang mulai tergeser oleh bukti ilmiah.
Penelitian menunjukkan bahwa mikroorganisme, tardigrada, dan serangga parasitoid seperti Trichogramma memiliki ketahanan yang jauh melampaui kecoak. EPA mencatat bahwa organisme bersel tunggal dan beberapa invertebrata memang lebih resisten terhadap efek radiasi karena struktur tubuh dan metabolisme mereka yang sederhana.

Sementara itu, Tardigrada atau “beruang air” dikenal luas sebagai makhluk mikroskopik yang mampu bertahan dalam kondisi ekstrem—termasuk ruang hampa, suhu ekstrem, dan radiasi tinggi. Mereka bertahan melalui mekanisme yang disebut “tun”, yaitu keadaan dorman ekstrem yang menghentikan hampir seluruh aktivitas biologis.
Dalam studi-studi radiasi, tardigrada memang mengesankan: beberapa bisa bertahan di radiasi hingga 5.000–6.000 rad (50–60 Gy). Namun, ketahanannya bergantung pada kondisi dorman tersebut. Berbeda dengan Trichogramma yang tidak hanya bertahan, tapi juga tetap aktif secara fisiologis. Dengan kata lain, tardigrada bisa “tidur lelap” untuk bertahan, sementara Trichogramma bisa bertahan sambil tetap menjalani aktivitas normal.
Manfaat Praktis di Dunia Nyata
Mengetahui ada makhluk seperti Trichogramma yang bisa selamat dari tingkat radiasi sangat tinggi bukan sekadar trivia ilmiah. Ini membuka peluang luas dalam berbagai bidang, mulai dari riset bioteknologi, pertahanan ekologi, hingga pertanian berkelanjutan di masa depan. Misalnya, dalam konteks pertanian, Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) Trichogramma tetap efektif sebagai agen pengendali hama meskipun lingkungan mengalami pencemaran berat, termasuk paparan sinar UV tinggi dan bahkan residu pestisida.

Kemampuan bertahan hidup di kondisi ekstrem ini sangat menjanjikan bagi pengembangan teknologi pertanian yang lebih adaptif dan tahan terhadap perubahan iklim. Dengan kemampuan bertahan di lingkungan rusak atau terkontaminasi, Trichogramma bisa menjadi solusi untuk melindungi tanaman di wilayah-wilayah terdampak bencana nuklir, kebakaran lahan, atau daerah industri berat. Selain itu, memahami bagaimana tubuh Trichogramma menangani dan memperbaiki kerusakan DNA bisa memberikan wawasan baru dalam dunia biomedis dan teknologi genetika—misalnya, dalam pengembangan terapi radiasi yang lebih aman untuk manusia.
Lebih jauh lagi, adaptasi ekstrem makhluk seperti Trichogramma bisa menjadi model penting saat manusia mengeksplorasi kolonisasi luar angkasa. Jika kita ingin mengembangkan pertanian di lingkungan ekstraterestrial yang tidak bersahabat, organisme super-tahan seperti ini bisa memainkan peran kunci dalam membangun ekosistem artifisial yang stabil.