- Fosil kadal monitor purba Varanus cf. marathonensis ditemukan di Megalo Embolo, Yunani Utara, berusia sekitar empat juta tahun. Penemuan ini menunjukkan bahwa kerabat Komodo pernah hidup di Eropa ketika iklim masih hangat dan lembap.
- Analisis anatomi dan morfologi mengungkap kesamaan fosil Yunani dengan varanid Asia modern. Hasil ini memperkuat dugaan bahwa garis keturunan keluarga Varanus berasal dari Asia sebelum menyebar ke Eropa dan Afrika.
- Komodo di Indonesia kini menjadi satu-satunya keturunan raksasa keluarga varanid yang masih hidup. Penemuan di Yunani memperkaya pemahaman tentang sejarah evolusi Komodo dan mengingatkan pentingnya menjaga stabilitas iklim serta habitat untuk kelangsungan spesies besar.
Komodo (Varanus komodoensis) adalah ikon satwa Indonesia. Reptil besar ini hidup di Pulau Komodo, Rinca, Gili Motang, dan Flores. Panjang tubuhnya bisa mencapai tiga meter dan berat lebih dari 70 kilogram. Komodo menjadi predator puncak di ekosistem Nusa Tenggara Timur dan satu-satunya kadal raksasa yang masih hidup di dunia.
Penelitian genomik menunjukkan bahwa Komodo memiliki sejarah evolusi panjang yang berakar di Asia dan Australasia. Analisis DNA modern menemukan tiga kelompok genetik utama di antara populasinya di lima pulau utama. Hasil ini memperkuat pentingnya perlindungan tiap populasi di Indonesia. Kajian genom lengkap juga menunjukkan bahwa Komodo memiliki lebih dari 17 ribu gen aktif yang mendukung metabolisme tinggi seperti hewan berdarah panas. Fakta ini menegaskan posisi Komodo sebagai reptil purba yang berhasil beradaptasi di lingkungan ekstrem.
Namun, penelitian baru dari Yunani memperlihatkan bahwa kerabat purba Komodo pernah hidup jauh dari Indonesia, di benua Eropa, sekitar 9.000 kilometer dari habitatnya sekarang. Fosil kadal monitor berukuran besar dari masa Pliosen awal, sekitar empat juta tahun lalu, ditemukan di Megalo Embolo dekat kota Thessaloniki, Yunani Utara. Analisis anatomi menunjukkan fosil tersebut termasuk spesies Varanus cf. marathonensis, kerabat dalam keluarga evolusioner yang sama dengan Komodo. Penemuan ini memperluas peta sejarah genus Varanus dan menunjukkan betapa luas penyebarannya di masa lalu.
Fosil yang Mengungkap Eropa Purba
Penelitian ini dipimpin oleh Hara Drakopoulou dari Universitas Aristotle Thessaloniki, bekerja sama dengan Georgios Lazaridis dan Profesor Dimitrios Kostopoulos. Tim tersebut meneliti fosil yang ditemukan di Megalo Embolo, kawasan perbukitan di utara Yunani, sekitar 15 kilometer dari kota Thessaloniki. Lapisan sedimen tempat fosil ditemukan berasal dari lingkungan sungai dan danau purba yang kaya bahan organik. Kondisi lembap dan endapan halus membantu menjaga tulang tetap utuh meski telah berumur jutaan tahun.
Fosil yang diteliti terdiri atas potongan tengkorak, rahang, gigi, dan tulang belakang yang terawetkan sangat baik. Di lokasi yang sama, para ilmuwan juga menemukan fosil mamalia besar seperti mastodon, badak purba, dan kuda kecil Hipparion, serta reptil besar seperti kura-kura Titanochelon cf. bacharidisi dan ular raksasa Laophis crotaloides. Keberagaman fauna ini menunjukkan bahwa kawasan tersebut dulu memiliki ekosistem tropis hingga subtropis yang subur, dengan vegetasi lebat dan sumber air melimpah.

Hasil penelitian yang terbit di jurnal The Anatomical Record ini menunjukkan bahwa spesimen ini hidup pada masa antara 4,2 hingga 3,2 juta tahun lalu, di era Pliosen awal. Pada periode itu, Eropa bagian selatan memiliki iklim hangat dan lembap, sangat berbeda dari kondisi Mediterania kering saat ini. “Hewan-hewan ini hidup dalam kondisi yang sama sekali berbeda dengan Yunani sekarang,” kata Lazaridis. “Temuan ini membantu kami memahami hubungan antara iklim purba dan penyebaran reptil besar seperti varanid.”

Analisis anatomi menunjukkan bahwa kadal purba ini termasuk Varanus cf. marathonensis, kerabat dekat keluarga kadal monitor modern. Struktur tengkorak dan giginya memperlihatkan kemiripan dengan spesies Asia seperti Varanus flavescens yang kini hidup di India dan Bangladesh. Kesamaan ini memperkuat dugaan bahwa garis keturunan Varanus berasal dari Asia, kemudian menyebar ke Eropa dan Afrika sebelum punah di wilayah yang mengalami pendinginan ekstrem. Temuan ini bukan hanya menambah catatan tentang evolusi varanid, tetapi juga menggambarkan kembali peta fauna Eropa ketika benua itu masih hangat dan kaya reptil besar.
Baca juga: Komodo Berkeliaran di Luar Habitat, Apa Penyebabnya?
Kaitan dengan Komodo di Indonesia
Keluarga Varanidae sudah ada sejak lebih dari 20 juta tahun lalu. Saat ini, kelompok ini mencakup lebih dari 80 spesies yang tersebar di Afrika, Asia, dan Australia. Komodo (Varanus komodoensis) merupakan anggota terbesar yang masih hidup dan menjadi satu-satunya varanid raksasa yang bertahan di alam liar. Struktur anatomi mereka relatif tidak berubah selama jutaan tahun, menandakan efisiensi evolusi yang luar biasa dalam menghadapi beragam iklim dan ekosistem, dari gurun kering Afrika hingga hutan hujan tropis Asia Tenggara.

Fosil Varanus cf. marathonensis dari Yunani menunjukkan bahwa kadal monitor besar pernah menghuni Eropa sebelum Zaman Es. Ketika iklim global mulai mendingin di akhir Pliosen, habitat lembap mereka menghilang, dan populasi di Eropa punah. Hanya varanid yang hidup di wilayah tropis dan subtropis (seperti Asia Tenggara dan Australia) yang berhasil bertahan. Dalam konteks ini, Komodo adalah hasil dari garis keturunan yang lolos dari krisis iklim purba.
Baca juga: Gigi Komodo Seperti Pedang, Gigitannya Sangat Berbahaya

Indonesia kini menjadi benteng terakhir bagi garis evolusi kadal raksasa tersebut. Komodo di Kepulauan Sunda Kecil menempati posisi unik dalam sejarah alam. Analisis genom modern menunjukkan bahwa leluhur mereka kemungkinan berasal dari populasi Asia Selatan dan Tenggara yang bermigrasi ke timur, mengikuti jalur pulau-pulau yang kini menjadi bagian dari Indonesia. Di Nusantara, mereka berevolusi secara terpisah hingga membentuk populasi khas di Komodo, Rinca, Flores, dan Gili Motang.
Penemuan di Yunani memberikan konteks penting bagi kisah panjang itu. Fosil varanid besar di Eropa membuktikan bahwa genus Varanus dulu memiliki penyebaran lintas benua. Ketika iklim bumi berubah drastis, sebagian punah, sementara yang lain beradaptasi di kawasan tropis. Komodo menjadi saksi hidup dari perjalanan evolusi itu, sebuah garis keturunan yang bertahan dari dunia purba menuju masa kini, menandai ketangguhan dan sekaligus kerentanan spesies besar terhadap perubahan iklim global.
Empat juta tahun lalu, Yunani adalah wilayah berhutan lebat dengan sungai dan rawa yang menopang kehidupan reptil raksasa, kura-kura besar, dan mamalia purba. Ketika Zaman Es datang, suhu bumi turun drastis dan banyak spesies besar menghilang. Jejak mereka kini menjadi arsip alam yang mengungkap perubahan besar di planet ini.