Wilayah Sundaland meliputi pulau-pulau utama di bagian barat Indonesia seperti Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, dan pulau-pulau kecil di sekitarnya.  Pulau-pulau tersebut diyakini merupakan satu kesatuan pulau yang lebih besar pada sekitar 50 juta tahun yang lalu sebelum akhirnya terpisahkan oleh gerakan kerak bumi dan naiknya permukaan air laut (Hall 1995, Lohman 2011).

Pulau Sumatera terkenal memiliki hutan dataran rendah yang luas yang didominasi jenis pohon Dipterocarpaceae.  Umumnya hutan dataran rendah telah dibalak perusahaan kayu Hak Pengusahaan Hutan (HPH).  Saat ini hutan dataran rendah Sumatera banyak yang menjadi hutan sekunder.  Sementara itu, hutan pegunungan atas masih dalam kondisi yang baik berada pada kawasan perlindungan seperti Gunung Leuser dan Gunung Kerinci.  Keduanya merupakan kawasan konservasi berbentuk taman nasional.

Kajian CEPF (Critical Ecosystem Partnership Fund) pada 2001 menyimpulkan bahwa Sumatera merupakan ekosistem pulau yang kaya keanekaragaman hayati, tetapi juga mengahadapi ancaman yang tinggi.  Sumatera menjadi rumah bagi 16 spesies mamalia endemik, dan 17 spesies mamalia endemik hidup di pulau mentawai.  Delapan spesies mamalia yang hidup di kedua pulau tersebut termasuk dalam kategori terancam punah.

Daftar panjang jenis burung di Sumatera hanya bisa dikalahkan Papua.  Di pulau yang panjangnya mencapai 1800 km dan lebar 400 km hidup 282 spesies burung, 14 diantara endemik pulau.  Maka tak salah apabila BirdLife Internasional menetapkan 34 Derah Penting Burung (Important Bird Area).

Sayangnya sejumlah 54 % DPB tersebut berada di dalam hutan dataran rendah yang terancam di luar kawasan konservasi.  Sumatera dihuni oleh 69 spesies reptil dan amfibi endemik.  Sama kayanya dengan 270 speseies ikan air tawar, dimana 42 merupakan spesies endemik.

Vegetasi Pulau Kalimantan hampir sama dengan Sumatera terutama karena memiliki hutan dataran rendah yang didominasi oleh Dipterocarpaceae. Kalimantan memiliki tipe vegetasi mangrove, gambut, rawa, dan hutan kerangas yang paling luas di Asia Tenggara.  Belakangan, hutan hujan yang luas di Kalimantan telah berubah menjadi alang-alang dan gurun pasir akibat eksploitasi batu bara.

Eksploitasi kayu juga telah menyebabkan fragmentasi hutan-hutan penting sebagai habitat orang utan kalimantan Pongo pygmaeus. Akibat fragmentasi habitat, para ahli bahkan menetapkan tiga sub spesies Orang utan kalimantan yaitu Pongo pygmaeus pygmaeus yang terkonsentrasi di barat laut borneo, P. p. morio di Borneo bagian tengah, dan  P.p.  wurmbii di timur laut Borneo.

Sementara itu, Pulau Jawa mengalami perkembangan populasi penduduk yang pesat.  Tutupan hutan alami sudah semakin berkurang dengan meningkatknya kebutuhan manusia terhadap lahan.  Hutan dalam bentuk aslinya tersisa di puncak-puncak gunung.  Sisa hutan hujan dataran rendah dalam skala luas hanya terdapat di Jawa Barat bagian selatan dan di pegunungan.

Hutan dataran rendah di Jawa berbeda dengan Kalimantan dan Sumatera.  Pepohonan di hutan dataran rendah di Jawa tidak didominasi oleh Dipterocarpaceae yang merupakan suku dominan di Sumatera dan Kalimantan.  Di Jawa tidak ada kombinasi jenis pohon tertentu, dan tidak memiliki jenis atau suku dominan.

Di beberapa sisa ekosistem hutan dataran rendah yang ada saat ini, jenis pepohonan yang umum dijumpai di antaranya benda Artocarpus elasticus, langsat hutan Dysoxylum caulostchyum, langsat Lansium domesticum, dan putat Planchonia valida. Di Bali, sisa hutan di bawah ketinggian 500 m sudah sangat sedikit.

Namun demikian, jenis palahlar Dipterocarpus hasseltii yang merupakan sisa jenis pohon hutan dataran rendah masih bisa ditemukan di jurang yang dalam (Whitten et al. 1999).

Hutan monsun tropis dapat ditemukan pada wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur.  Tipe vegetasi hutan monsun berupa savana dapat ditemukan di Taman Nasional Baluran.  Pada masa lalu hutan monsun alami banyak dikonversi menjadi hutan tanaman misalnya jati Tectona grandis.

Sementara itu, hutan mangrove dalam bentuk kelompok yang terpecah-pecah dapat ditemukan di sepanjang pantai utara dan selatan. Hutan mangrove kian mengalami kerusakan akibat konversi menjadi areal tambak maupun permukiman.

kembali

Berita dan Inspirasi dari Garda Terdepan Alam