Orangutan Tapanuli (Pongo tapanuliensis) kini berada dalam pertahanan terakhirnya untuk bertahan hidup. Dengan populasi global yang tersisa kurang dari 800 individu, spesies kera besar paling langka di dunia ini sedang bertarung di dua front yang terisolasi dan sama-sama terancam. Front utama adalah benteng bersejarah mereka di Ekosistem Batang Toru. Di sinilah populasi inti, yang secara unik beradaptasi untuk hidup di dataran tinggi (300-1.300 mdpl), telah terfragmentasi menjadi Blok Barat dan Blok Timur. Isolasi ini diperparah oleh ancaman industri ekstraktif yang nyata yang mengancam ratusan hektar hutan untuk fasilitas penimbunan limbah baru. Front kedua adalah penemuan populasi terpencil yang baru-baru ini ditemukan di Hutan Gambut Lumut Maju. Jauh dari Batang Toru, kelompok ini adalah gema dari habitat leluhur mereka, namun kini terjebak di lahan berstatus APL (Area Penggunaan Lain) yang sangat rentan dikonversi menjadi perkebunan. Dengan lebih dari 70% habitat spesies payung ini berada di luar kawasan konservasi resmi, pertarungan di Batang Toru dan Lumut Maju merepresentasikan perjuangan terakhir yang putus asa melawan kepunahan akibat fragmentasi habitat dan ekspansi industri.