Mongabay.co.id

Jembatan di Pulau Orangutan Haven ini Menggunakan Konstruksi Bambu, Mengapa?

Visualisasi keberadaan orangutan di pulau buatan bernama Orangutan Haven yang saat ini tengah dibangun. Sumber: SOCP

Jembatan artistik sepanjang 32 meter yang keseluruhannya berbahan bambu, dibangun di lokasi Pulau Orangutan Haven, Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Mengapa bambu yang dipilih?

Gilbert Murrer, Koordinator Haven Yayasan Ekosistem Lestari – Sumatran Orangutan Conservation Programme (YEL-SOCP) mengatakan, alasan dipilihnya bambu adalah kekuatannya yang bisa diandalkan selain mudah didapat dan pastinya ramah lingkungan. Setidaknya, dibutuhkan sebanyak 1.500 batang untuk merampungkan jembatan bercorak Budaya Karo tersebut. “Jembatan ini membentang indah, membelah aliran sungai yang deras. Masyarakat yang tinggal di sekitar bisa menyeberang dari sini.”

Gilbert menuturkan, jika dikalkulasikan, dana yang dihabiskan sekitar 100 ribu Dollar. Nilai ini lebih murah, dibanding menggunakan baja atau besi, atau kayu besar yang harus menebangi hutan. Menurutnya, semua konstruksi jembatan ini menggunakan bambu, termasuk atap, pagar samping kanan dan kiri, serta dasarnya. Untuk penyangga, jenis bambu betung yang dipilih karena terbukti kokoh.

“Kualitas bambu sama kuatnya dengan kayu, tangguh hingga 50 tahun. Kita membangun tanpa harus merusak alam. Bambu banyak manfaatnya. Kampanye menggunakan bambu, bisa menekan kerusakan hutan, yang merupakan habitatnya satwa liar termasuk orangutan. Jika permintaan tinggi, petani bambu akan meningkat ekonominya, apalagi masa tumbuh bambu cukup cepat,” terangnya baru-baru ini.

 

Baca: Orangutan Haven, Pulau Buatan untuk Orangutan yang Tidak Bisa Dilepasliarkan

 

Orangutan   Haven   merupakan pulau buatan yang dibangun untuk orangutan sumatera yang yang tidak bisa lagi dilepasliarkan (unreleasable) di hutan rimba akibat kendala fisik maupun kebutaan. Pulau ini, kedepannya dijadikan pusat pengembangan ilmu pengetahuan orangutan dan konservasi keragaman hayati.

 

Jembatan bambu sepanjang 32 meter ini dibangun di Pulau Buatan Orangutan Haven. Sudah saatnya, kita memanfaatkan bambu yang teruji handal digunakan untuk konstruksi bangunan, jembatan, dan rumah. Foto: Ayat S Karokaro/Mongabay Indonesia

 

Sebelumnya, Ian Singleton, Direkur SOCP menjelaskan, nasib orangutan sumatera terancam akibat habitatnya yang beralih fungsi menjadi perkebunan dan peruntukan lain. “Tentu juga, perburuan yang masih saja terjadi.”

Ian mengatakan, saat ini terdapat 54 individu orangutan di kandang karantina SOCP. Sebanyak lima individu tidak bisa dilepasliarkan lagi. Ada orangutan bernama Leuser, yang mengalami kebutaan akibat ditembak senapan angin serta Luis yang juga buta akibat luka yang sama.

“Kelima orangutan tersebut dipastikan tidak akan mungkin dikembalikan lagi ke hutan. Sehingga, mereka akan ditempatkan di Orangutan Haven seluas 48 hektar yang dibentuk seperti habitat aslinya. Direncanakan, akhir Desember 2018 pulau ini selesai,” paparnya.

 

Bambu dipilih sebagai bahan keseluruhan jembatan di Orangutan Haven, dikarenakan mudah didapat, ekonomis, dan daya tahannya juga tidak kalah dengan kayu. Pastinya ramah lingkungan. Foto: Sumatran Orangutan Conservation Programme

 

Banyak manfaat

Komponen kimia pada bambu memang ada kemiripan dengan jenis kayu, sehingga kualitasnya tidak kalah, khususnya sebagai bahan dasar konstruksi. Pada bambu terdapat senyawa holoselulosa dan alfa selulosa yang merupakan serat kualitas tinggi dengan tingkat lestabilan yang tinggi juga.

Bambu merupakan anggota Famili Poaceae yang terdiri dari 70 genus. Di Indonesia, berdasarkan penelitian Silva Sembiring, Sarjana Pertanian Universitas Sumatera Utara, ada 12 jenis bambu yang mudah di temukan di sekitar kita. Di antaranya bambu betung, buluh kecil, juga lengka. 

 

Inilah Pulau Buatan Orangutan Haven seluas 48 hektar yang direncanakan selesai pada desember 2018. Foto: Sumatran Orangutan Conservation Programme

 

Berdasarkan penelitian dan uji laboratorium yang dilakukan Forum Teknik Kimia Sumatera, disebutkan bahwa selain bagus untuk rangka konstruksi bangunan, bagian bambu dan turunannya juga bermanfaat untuk kesehatan.

Syarifah Ainun, analis dari Forum Teknik Kimia Sumatera, kepada Mongabay mengatakan, daun bambu yang sudah diekstraksi pengeringan, akan menghasilkan senyawa yang mampu   menurunkan kadar gula   darah. “Ini ditemukan pada seratnya dan juga mampu memperbaiki sistem pencernaan tubuh,” terangnya, Sabtu (26/1/2018).

 

Bambu betung yang merupakan kekayaan hayati Indonesia ini belum dimaksimalkan potensinya. Foto: Rahmadi Rahmad/Mongabay Indonesia

 

Daun bambu juga memiliki anti-oksidan yang mampu menekan bahaya radikal bebas dalam tubuh manusia.   Juga, ada sifat anti-inflamasi alami   yang bisa melakukan   proses detoksifikasi, mencegah terjadinya liver.

“Jadi banyak sekali manfaat bambu serta turunannya. Bukan saja batang utama yang berfungsi penting sebagai konstruksi bangunan dan kegunaan lainnya, tetapi juga untuk kesehatan kiat,” jelas   Syarifah.

 

 

Banner:  Visualisasi orangutan di pulau buatan bernama Orangutan Haven yang tengah dibangun. Sumber: Sumatran Orangutan Conservation Programme (SOCP)

 

 

Exit mobile version