Mongabay.co.id

Pelindung Penyu dari Kepunahan itu Bernama Taman Pesisir Jeen Womom

Provinsi Papua Barat di pulau Papua menjadi provinsi paling penting untuk keberlangsungan habitat penyu. Tak hanya di Indonesia, Papua Barat juga berperan sangat penting bagi habitat penyu dunia karena Kabupaten Tambrauw menjadi habitat utama bagi empat dari total enam jenis penyu yang ada di Indonesia.

Direktur WWF-Indonesia Program Papua, Benja V Mambai menjelaskan, habitat penyu di Tambrauw berlokasi di dua kawasan pantai, yaitu pantai Jamursba Medi (Jeen Yessa) dan pantai Warmon (Jeen Syuab). Kedua pantai penting yang masuk dalam wilayah Distrik Abun tersebut, pada 2015 kemudian dilebur menjadi satu kawasan dan diberi nama pantai Jeen Womom oleh masyarakat adat setempat.

baca : Belajar dari Konservasi Penyu Belimbing di Papua Barat, Seperti Apa?

Perubahan nama tersebut, menurut Benja, dilakukan saat upacara adat pemanggilan Penyu Belimbing (Dermochelys coriacea) oleh masyarakat adat di tahun tersebut. Perihal pemberian nama Jeen Womom, masyarakat adat memilihnya karena itu berasal dari bahasa setempat dan bermakna sebagai pantai penyu. Jarak kedua pantai yang sudah dilebur tersebut mencapai 30 kilometer.

“Perubahan nama tersebut diresmikan melalui SK Bupati No.522/303 Tahun 2015. Dalam SK tersebut dijelaskan bahwa kedua pantai yang sudah dilebur tersebut total luasnya mencapai 32.250,86 hektare,” jelas dalam keterangan resmi WWF, minggu kemarin.

 

Seekor penyu belimbing (Dermochelys coriacea) merangkak kembali ke laut usai bertelur di kawasan Taman Pesisir (TP) Jeen Womom, Tambrauw, Papua Barat. Jeem Womom ditetapkan sebagai Taman Pesisir untuk wilayah konservasi utama bagi 6 jenis penyu yang ada di Indonesia. Foto : WWF-Indonesia / Mongabay Indonesia

 

Selain penyu Belimbing, Benja menyebutkan, di Jeen Womom juga terdapat tiga jenis penyu yang statusnya kini dilindungi oleh Pemerintah Indonesia. Ketiga penyu tersebut, adalah Lekang (Lepidochelys olivacea), Hijau (Chelonia mydas), dan Sisik (Eretmochelys imbricata). Keempat jenis penyu yang menjadikan Jeen Womom sebagai habitat, terbiasa melakukan peneluran rutin sepanjang tahun.

Atas dasar pertimbangan sebagai habitat penyu, Pemerintah Indonesia kemudian memutuskan Jeen Womom sebagai Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (KP3K) dan kemudian dikelola menjadi Taman Pesisir (TP) Jeen Womom. Keputusan tersebut diatur resmi melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No.53/KEPMEN-KP/2017 tertanggal 22 Desember 2017 tentang Kawasan konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Jeen Womom Kabupaten Tambrauw dan Perairan sekitarnya.

baca : Penyu Sisik, Penyu Pengembara Yang Terancam Punah

Untuk luas kawasan keseluruhan, Benja mengatakan bahwa itu mengikuti keputusan Pemerintah Kabupaten Tambrauw yang lebih dulu diterbitkan saat peleburan pantai Jamursba Medi dan Warmon dan menamainya dengan Jeen Womom.

Penetapan sebagai Taman Pesisir (TP) tersebut memberi kontribusi dalam pencapaian visi dan misi Kabupaten Tambrauw yang mendeklarasikan diri sebagai kabupaten konservasi. Apalagi, Tambrauw sebelumnya telah menjadi kabupaten pertama di Papua Barat yang menyerahkan Prasarana, Personel, Pendanaan dan Dokumen (P3D) dibidang Kelautan kepada Pemprov Papua Barat sebagai amanat UU No.23 Tahun 2014.

“Dengan luas kawasan mencapai 32.000 hektar lebih, kawasan ini menjadi kebanggaan bagi masyarakat dan Pemkab Tambrauw. Selain sebagai tempat peneluran terbaik, kita bisa melihat penyu dengan daya jelajah yang luas,” ujar Benja.

baca : Catatan Pelayaran Rainbow Warrior: Penyu Belimbing dan Kearifan Lokal Yenbuba

 

Indahnya Taman Pesisir Jeen Womom di Kabupaten Tambrauw, Papua Barat. Jeen Womom telah ditetapkan sebagai Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (KP3K) berbentuk taman pesisir karena merupakan habitat peneluran 6 dari 7 jenis penyu di dunia yang statusnya dilindungi. Foto : WWF-Indonesia / Mongabay Indonesia

 

Sepanjang Tahun

Dikutip dari laman WWF-Indonesia, Technical Leatherback Conservation Management Coordinator WWF-Indonesia Program Papua Hadi Ferdinandus, menjelaskan, aktivitas peneluran penyu belimbing terjadi sepanjang tahun di Pantai Syuab yang sekarang ada dalam satu kawasan TP Jeen Womom. Dari 12 bulan, aktivitas puncak berlangsung sekitar dua bulan pada Desember hingga Januari.

Hadi menjelaskan, berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, populasi penyu belimbing di TP Jeen Womom terus mengalami penurunan setiap tahun sepanjang 27 tahun terakhir yang dihitung hingga 2016. Selama periode tahunan tersebut, populasi terus menurun hingga 78,3 persen.

“Untuk itu, WWF-Indonesia merasa perlu untuk melakukan pemantauan penyu dan pengendalian predator sebagai salah satu upaya untuk melindungi penyu,” tutur dia.

baca : Penelitian: Sarang Penyu Belimbing di Papua Barat Musnah 78% Dalam Tiga Dekade

Menurut Hadi, di Jeen Syuab terdapat sejumlah jenis hewan yang secara alami memangsa penyu dan telurnya, seperti babi hutan, anjing (peliharaan dan liar), biawak, elang, kepiting, dan buaya muara.

Untuk biawak dan anjing, memiliki indera penciuman yang sangat baik, mampu mendeteksi keberadaan telur penyu lekang dengan kedalaman sarang antara 30 hingga 40 centimeter. Bahkan mampu mendeteksi keberadaan telur penyu belimbing dengan kedalaman sarang antara sekitar 80 hingga 100 cm.

Dari pemantauan penyu yang dilakukan Tim monitoring WWF-Indonesia pada periode Januari-September 2016, Hadi mengatakan, ditemukan 26 sarang yang rusak dimangsa oleh biawak, terdiri dari 15 sarang penyu lekang dan 11 sarang penyu belimbing. Sedangkan sarang yang rusak dimakan anjing jumlahnya sebanyak 23 sarang dan terdiri dari 7 sarang penyu lekang dan 16 sarang penyu belimbing.

baca : Yuk, Selamatkan Penyu dari Kepunahan!

 

Penyu belimbing (Dermochelys coriacea) berjalan ke laut setelah menetas di kawasan Taman Pesisir Jeen Womom, Tambrauw, Papua Barat. Jeen Womom ditetapkan sebagai Taman Pesisir untuk wilayah konservasi utama bagi 6 jenis penyu yang ada di Indonesia. Foto : WWF-Indonesia / Mongabay Indonesia

 

Dikutip dari laman WWF-Indonesia,  Community Organizer Site Abun WWF Indonesia Program Papua Efraim Kambu menambahkan, hewan pemangsa seperti biawak biasanya melakukan aksinya pada pagi hari sekitar pukul 07.00 hingga 10.00 Waktu Indonesia Timur (WIT) dan sore hari mulai pukul 16.00 hingga 18.00 WIT. Sementara, hewan seperti anjing waktunya berbeda, karena melakukan pemangsaan hingga sepanjang waktu.

“Tidak saja memangsa telur tapi juga tukik yang menetas,” sebutnya.

Untuk burung elang, Efraim menjelaskan, waktu memangsa biasanya dilakukan pada siang hari. Kemudian, untuk kepiting biasanya memangsa penyu pada saat malam hari. Sementara, buaya muara (Crocodolus porosus) yang banyak terdapat di muara Sungai Pantai Jeen Syuab memangsa penyu karena makanan utama mereka seperti rusa dan kanguru pohon dari waktu ke waktu terus menurun populasinya.

“Tercatat pada tahun 2016, ditemukan satu individu penyu belimbing dan tiga individu penyu lekang yang mati dimangsa buaya muara. Pemangsaan penyu oleh buaya dilakukan pada malam hari, tepatnya pada saat penyu mendarat di pantai untuk bertelur,” papar dia.

baca : Kampung Penyu ini Bisa Hilang, Makin Terancam Abrasi

Agar para pemangsa penyu bisa dikendalikan, Efraim mengatakan, WWF-Indonesia dan masyarakat lokal di Pantai Jeen Syuab bahu membahu untuk melakukan pemasangan jerat dan pancing biawak. Selain itu, juga dilakukan relokasi sarang penyu yang terancam oleh predator, dan pengawasan terhadap pelepasan penyu ke laut.

 

Seorang staf WWF Indonesia memasang satelite tag ke seekor penyu belimbing (Dermochelys coriacea) untuk pemantuan spesies itu di kawasan Taman Pesisir Jeen Womom, Tambrauw, Papua Barat. Foto : WWF-Indonesia / Mongabay Indonesia

 

Tujuh Spesies

Selain di Indonesia, penyu juga bisa ditemukan di sejumlah negara. Total, saat ini tersisa tujuh spesies penyu yang ada di dunia. Dari jumlah tersebut, enam spesies diketahui habitatnya ada di Indonesia. Jumlah keseluruhan tersebut, disebut menyusut karena sebelumnya penyu jumlahnya mencapai 30 spesies. Hal itu dikatakan Marine Species Conservation Coordinator WWF Indonesia Dwi Suprapti, saat di Jakarta pada 2015.

Dwi mengungkapkan, 6 (enam) spesies penyu yang ada di Indonesia adalah penyu hijau (Chelonia mydas), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu lekang (Lepidochelys olivacea), penyu belimbing (Dermochelys coriacea), penyu tempayan (Caretta caretta), dan penyu pipih (Natator depressus).

Dari 6 spesies tersebut, Dwi menyebutkan, saat ini 3 spesies statusnya sangat memprihatinkan. Terutama, spesies penyu sisik dan penyu hijau. Kedua penyu tersebut saat ini sudah bersatus hampir punah. Sementara, penyu belimbing kondisinya tak jauh berbeda, namun sudah lebih baik dari kedua saudaranya tersebut.

Penyebab utama terus menyusutnya populasi penyu di dunia, dan khususnya di Indonesia, adalah karena terjadinya alih fungsi lahan di pesisir pantai dan juga perubahan gaya hidup di masyarakat yang mendorong berlangsungnya perburuan terhadap penyu-penyu yang statusnya adalah satwa langka.

“Ini memang memprihatinkan. Kita harus bisa menyelamatkan penyu dari ancaman kepunahan. Mereka juga makhluk hidup yang harus diberi kesempatan untuk hidup,” tandas dia.

baca : Benarkah Daging Penyu Berkhasiat untuk Kesehatan Manusia? Ini Jawabannya…

 

Seekor penyu belimbing (Dermochelys coriacea) kembali ke laut setelah bertelur di kawasan Taman Pesisir Jeen Womom, Tambrauw, Papua Barat. Jeen Womom ditetapkan sebagai Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (KP3K) berbentuk Taman Pesisir untuk wilayah konservasi utama bagi 6 jenis penyu yang ada di Indonesia. Foto : WWF-Indonesia / Mongabay Indonesia

 

Secara spesifik, Dwi mengatakan, WWF Indonesia sudah berupaya melakukan penyelamatan terhadap penyu. Dan dia sendiri mengaku sudah terlibat aktif dalam penyelamatan penyu belimbing yang habitatnya masih terbatas di Pantai Jamursba Medi di Kabupaten Tambrauw, Papua Barat dan di sepanjang pesisir barat Pulau Sumatera.

“Penyu belimbing itu populasinya sekarang sudah di bawah 2000-an ekor. Itu berbeda dengan beberapa dekade lalu yang masih diatas 8.000-an ekor. Kami berupaya untuk menjaga populasi yang ada sekarang,” papar dia.

Semakin langkanya penyu belimbing yang merupakan spesies penyu terbesar saat ini, menurut Dwi, diakibatkan karena masih terjadinya perburuan telur penyu oleh masyarakat sekitar pesisir pantai dan atau terjadinya ketidaksengajaan tertangkap oleh alat tangkap kapal.

 

Exit mobile version