Mongabay.co.id

Begini Kampanye Satu Pulau Satu Suara untuk Bebas Sampah Indonesia

Ajakan memungut sampah di hilir masih terus digemakan. Pantai kotor, terlebih dikaitkan dengan pariwisata memang bisa menarik perhatian lebih mudah.

Puluhan orang terlihat memunguti sisa sampah di Pantai Legian, Bali, pada Kampanye Satu Pulau Satu Suara (One Island One Voice) pada Sabtu (24/2/2018) pagi. Panitia melalui siaran pers mengklaim aksi pungut sampah ini juga dilakukan di lebih 100 lokasi.

Para pemrakarsa menjadikan Pantai Legian sebagai lokasi peringatan tahun ini. Hari itu Pantai Legian sudah terlihat bersih. Para pedagang dan petugas rutin membersihkan beberapa kali dalam sehari. Terlebih pantai ini dipadati ratusan pedagang minuman dengan menyediakan kursi santai dan payung yang berisiko kehilangan pengunjung jika banyak sampah. Musibah sampah terparah terjadi akhir tahun saat angin monsoon barat kencang menampar-nampar bibir pantai, membuat bak sungai tercemar.

baca : Inilah Para Pahlawan Sampah Bali

 

Sejumlah warga ikut aksi pungut sampah di Pantai Legian, Kuta, Bali, Sabtu (24/2/2018). Foto: Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia

 

Tak perlu waktu lama aksi bersih pantai ini pun usai. Kampanye ini mengajak sejumlah pihak dari pengusaha, artis, usaha pemilahan sampah, dan pemerintah pusat. Di Pantai Legian ada Suzy Hutomo, founder SustainableSuzy.com dan The Body Shop Indonesia. Juga I Made Gunarta, Baga Palemahan (Komite Departemen Lingkungan) Desa Pakraman Padangtegal, Ubud dan I Ketut Mertaadi dari EcoBali.

Kemudian Safri Burhanuddin, Deputi IV Bidang Koordinasi SDM, IPTEK dan Budaya Maritim Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Haruki Agustina, Kasubsit sampah spesifik dan daur ulang, Direktorat pengelolaan sampah, Ditjen Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya (PSLB3), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Juga ada perwakilan Bappenas, artis Hamish Daud dan Eka personil band Superman Is Dead.

Melati dan Isabel Wijsen, adalah kakak beradik yang mengampanyekan Bye Bye Plastic Bags dan Satu Pulau Satu Suara. Melati dengan penuh semangat berharap Bali bisa bebas sampah plastik. Agar tak berakhir di pantai. “Indonesia banyak pulau jadi kita punya laut sekeliling kita. Saya tinggal 100 meter dari pantai, saya cinta pantai. Penting sekali semua berubah mindset,” kata perempuan 17 tahun ini.

Ia mengakui clean-up beach bukan solusi karena sampai kapan harus bersih-bersih pantai? Menurutnya perlu regulasi pemerintah dan peran teknologi serta inovasi dalam pengurangan sampah plastik.

baca : Puncak Sampah di Pantai Kuta Awal 2018. Apa yang Bisa Dilakukan?

 

Kolaborasi pengusaha, aktivis lingkungan, pemerintah, artis, dan lainnya dalam Kampanye Satu Pulau Satu Suara (One Island One Voice) di Pantai Legian, Kuta, Bali,pada Sabtu (24/2/2018). Foto: Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia

Suzy Hutomo memberi catatan perusahaan harus memiliki tanggungjawab pada sampah dan limbahnya sendiri. Ini akan mendorong ekonomi sirkular sehingga limbah anorganik tak terbuang sembarangan. Perusahaannya memiliki kampanye Back Our Bottle (BOB) pada tahun 2017 dan disebut menerima sekitar 1,2 juta kemasan kosong dari pelanggan.

Safri Burhanuddin menyebut pemerintah pusat sudah punya rencana aksi nasional megurangi sampah plastik. “Target 2020 Indonesia bebas sampah plastik. TPA Suwung pada bulan September tidak akan bau lagi,” janjinya. Mongabay Indonesia pernah menulis soal proyek pengurugan sampah di TPA terbesar di Bali ini menjadi taman, sebagai langkah cepat pengurangan bau saat sidang tahunan IMF dan World Bank yang akan dihelat di Bali tahun ini.

I Made Gunarta dari Desa Padang Tegal yang terkenal dengan obyek wisata Monkey Forest di Ubud menyontohkan upaya desanya dalam kewajiban pemilahan sampah. Salah satunya membuat Rumah Kompos, area percontohan dan edukasi. Desa Padang Tegal kini melayani pengangkutan sampah 727 rumah tangga dan 400-an bisnis hotel resto dengan truk.

baca : Menariknya Produk Olahan Sampah dari Desa Hutan Monyet

 

Desa adat Legian, Kuta, Bali, menyiagakan ekskavator membawa sampah sekitar pantai ke lokasi pengumpulan. Foto: Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia

 

“Saya mulai 6 tahun lalu. Ubud banyak permasalahan misal waste dan traffic, ini black campaign buruk,” serunya. Masalahnya di Indonesia adalah mengubah mindset, sampah bukan masalah jika bisa dikelola. Gunarta menyebut tiga hal yang diserukan ke warganya adalah tidak buang sampah anorganik sungai, tak menanam sampah di tanah karena lindinya bisa beracun, dan tak bakar sampah. Desa yang kaya dari habitat monyet ekor panjang ini disebut mendorong program edukasi anak, dengan menyiapkan tim dan tutorial gratis.

“Kami kompetisi dengan investor mencari tanah 19,5 ha dijadikan pusat parkir untuk kurangi macet di Ubud dan jadi pusat edukasi lingkungan,” imbuhnya. Namun persoalan yang masih membayang adalah setelah dipilah di sumbernya lalu diapakan di TPA?

Sementara Gunarta menyebut TPA Temesi di Gianyar tak berfungsi hanya jadi penimbunan 300 truk sampah per hari kemudian dipilah 200 pemulung. “Kita masih open dumping, konsistensi regulasi tak nyambung,” keluhnya. Desanya bersiasat dengan aturan adat, pengolahan sampah dituangkan dalam perarem adat. Jika tak memilah, sampah tak diangkut. Untuk mekanisme ini, ia mengaku desa masih subsidi Rp65 juta per tahun yang dialokasikan dari tiket masuk Monkey Forest.

Eka personil band Superman Is Dead menyebut fans mereka juga melakukan aksi pungut sampah karena band ini sudah beberapa kali melakukan kampanye kebersihan pantai.  “Kita tidak menyelamatkan bumi tapi diri kita sendiri,” ingat gitaris ini.

baca : OutSIDers Bali Rayakan Pesta Ultah Dengan Mengangkat Sampah…

 

Menyusuri pantai dan memunguti sampah buangan wisatawan yang belum sadar lingkungan. Foto: Superman is Dead/OutSIDers Bali/Mongabay Indonesia

Hamish Daud sendiri mengaku sedang mendalami proses recycle terutama bagaimana agar botol minuman bekas bisa didaur ulang dan digunakan kembali. “Infonya kita sudah punya fasilitas recycling, tak perlu bikin botol baru. Kita sudah krisis, harus cari jalan ke depannya,” ujar pasangan penyanyi Raisa ini.

Sejumlah kebijakan penanganan sampah plastik yang tak konsisten adalah kewajiban pengenaan biaya kresek yang gagal dilakukan secara konsisten. Safri menyebut saat diterapkan 6 bulan, mampu mengurangi 20% kresek namun mulai banyak dihentikan karena belum jelas pengelolaan biaya tambahan itu. “Kenapa stop? Karena kresek sudah bagian biaya produksi, bingung uangnya mau ke mana jadi kembali ke perusahaan,” jelasnya. Banjarmasin dinilai berhasil konsisten melakukan program ini.

Berdasarkan data Ditjen PSLB3 KLHK, sekitar 9,85 miliar lembar sampah kantong plastik dihasilkan setiap tahun dan mencemari lingkungan selama lebih dari 400 tahun. Hanya 5% sampah kantong plastik yang bisa didaur ulang dan sisanya menguasai hampir 50% lahan TPA dan membutuhkan lebih dari 100 tahun agar bisa terurai.

Jargon-jargon bebas sampah plastik tampaknya hanya kosmetik. Indonesia dan pemerintah kabupaten, serta Pemprov Bali beberapa kali mendeklarasikan bebas sampah namun persoalan justru bertambah. Misalnya menggunungnya sampah di TPA, gagalnya proyek pengolahan sampah jadi listrik, dan pencemaran di laut.

baca : Proyek “Penghijauan” Gunungan Sampah Bali Diresmikan. Apakah Efektif?

 

Sebuah truk melintasi tempat pembuangan akhir sampah (TPA) Suwung, yang terbesar di Bali. Foto : Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia

 

Sampah anorganik di laut menjadi masalah serius baru karena sejumlah riset memastikan sejumlah satwa dilindungi terkontaminasi mikroplastik dan juga ikan-ikan sumber pangan. Kabupaten Badung mengumumkan darurat sampah laut sejak akhir tahun untuk beri peringatan turis, jangan kaget jika mandi atau menyelam bersama sampah.

Aksi ini dirangkai dengan peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2018. Target pelayanan dan pengelolaan sampah yang akan dicapai dalam Rencana Pemerintah Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 adalah sebesar 100% mencakup pengurangan sampah, penanganan sampah, dan pengomposan.

 

Exit mobile version